NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengikuti Petunjuk.

# Cover Story: Berkunjung Ke Rumah Mbak Tari

Mbak Tari menangis terharu sambil memegang gembor yang tumpah. Dia akhirnya mendapatkan teman.

Ke empat wanita itu memeluk Mbak Tari dengan penuh kasih.

Salah satu anak Mbak Tari melempar mainannya dan mengenai kepala Bu Windi.

Bu Windi mengelus kepalanya dan memandang sinis ke arah bola datang.

##

"Oi, Kon! Mau kemana, cok? Bayar dulu, lah?" Pedagang angkringan melihat Yudha pergi dan memberhentikannya.

Yudha berhenti dan memandang pedagang angkringan dengan tatapan kesal. Dia merasa ingin marah karena kata-kata orang itu kasar. Tapi dia menahan amarahnya karena mereka sedang di *Provinsi Kambil Etan. Gaya bicara dan budaya di sini berbeda dengan di **Provinsi Krambil Madya.

*Kawung Timur diganti jadi Kambil Etan.

**Kawung Tengah di ganti Krambil Madya.

"Bayarannya di tanggung kedua orang itu," balas Yudha sambil memperlihatkan urat lehernya karena menahan marah.

"Oooo, ya udah. Pergi saja sana," ucap Pedagang sambil melambaikan tangan.

Yudha pergi dengan perasaan marah. Dia mengepalkan tangannya seakan ingin menghajar pedagang itu.

...****************...

Yudha mengikuti pemuda itu sampai keluar kota. Dia mengikutinya sampai di sebuah desa. Pemuda itu masuk ke dalam sebuah rumah kayu.

Yudha mendekat dan menghampiri rumah itu. Seseorang membuka pintu rumah dan membuat Yudha terkejut. Ternya pemuda itu yang membuka pintu.

Pemuda itu juga terkejut melihat Yudha ada di depan rumahnya.

"Kenapa kau? Kenapa terkejut seperti itu?" tanya Pemuda.

"Tidak ... bukan apa-apa. Hanya lewat." Yudha bertingkah seperti orang linglung. Dia bingung harus menjawab apa.

"Apa kau membuntuti ku?" ucap Pemuda curiga dengan sikap Yudha.

"Siapa yang ... membuntuti mu. Aku hanya ... berjalan ke arah sini dan ... tidak sengaja lewat depan rumahmu," ucap Yudha dengan suara sedikit gagap.

"Roni. Kamu bicara dengan siapa?" Seorang perempuan memanggil pemuda itu.

"Bukan siapa-siapa, Mbok. Hanya orang lewat," jawab Roni.

"Kau pergi saja sana. Jangan menggangguku," ucap Roni ketus. Roni membuang sampah di tempat sampah dan kembali masuk.

Yudha hanya memandang dengan wajah datar. Dia memperhatikan rumah itu sejenak dan pergi. Dia tidak ingin melakukan tindakan apapun. Mengetahui rumah targetnya sudah cukup baginya.

...****************...

Yudha kembali ke angkringan. Dia duduk di meja yang sama dengan Tian dan Supa.

"Bagaimana?" tanya Tian.

"Aku menemukan rumahnya," jawab Yudha. Dia meminum wedang dan makan kacang.

Supa menepuk tangan Yudha yang ingin mengambil kacang.

"Hei, kau harus main dulu baru makan kacang," ucap Supa.

"Hmm? Kalian masih main?" tanya Yudha heran.

"Dia tidak mau berhenti sampai dia menang. Sungguh sulit meladeni anak ini," ucap Tian.

"Aaarrggghhh, salah lagi!" Supa belum bisa menemukan warna yang tepat.

"Haaahhh, terserah lah. Bang, minta kacang satu canting," pinta Yudha. Pedagang angkringan membawakan kacang rebus satu canting.

Yudha memilih membeli kacang lagi dari pada harus berebut.

"Sepertinya, kita tidak tidur malam ini."

...****************...

Yudha menggendong Supa ke penginapan. Supa terlihat tertidur lelap. Yudha meletakkan Supa di kasur.

"Cih, merepotkan saja," keluh Yudha.

"Salah siapa kasih dia obat tidur."

"Kalau tidak begitu dia tidak akan mau berhenti bermain," balas Yudha sambil berwajah masam.

Tian pergi ke meja di dekat jendela. Yudha menyusulnya.

"Kita cari tau saja info tentangnya besok. Supa juga belum tau apakah dia anggota siluman atau bukan," ujar Yudha.

"Hmmm," sahut Tian.

"Bagaimana dengan tugasmu? Apakah ada kemajuan?" tanya Tian.

"Kau tau sendiri kalau kita sering bersama. Baru satu misiku yang selesai," ungkap Yudha.

"Yah, jalani saja."

Mereka menatap langit malam.

"Kau ingat waktu kita pertama kali bertemu?" tanya Tian.

"Yang kau hampir jadi buronan satu benua," sahut Yudha dengan nada mengejek.

"Kau ingatnya hanya bagian itu," ucap Tian jengkel.

...****************...

Yudha sedang membeli buah di salah satu toko buah. Dia memilih buah dan memasukkannya ke dalam tas.

...****************...

"Hooaamm."

Supa baru bangun dan mendapati kamar itu kosong. Dia pergi keluar penginapan. Dia tolah-toleh mencari temannya. Dia berjalan sesuai pikirnya. Dia melihat Yudha sedang di toko buah dan menghampirinya.

"Yudha, kemana Tian?" tanya Supa dengan wajah masih pucat.

"Dia pulang," sahut Yudha.

"Pulang? Kenapa? Ini bukan jadwalnya dia pulang," ucap Supa merasa temannya seenaknya sendiri pulang pergi.

"Katanya ada pesan dari rumah, kalau ibunya pengen biji keluweh," jawab Yudha.

"Ibunya lagi hamil atau kenapa tiba-tiba minta biji keluweh," ujar Supa merasa aneh dengan permintaan yang seperti ibu-ibu hamil yang sedang nyidam.

"Memang," sahut Yudha seakan tidak perduli.

"Apa? Ibunya Tian hamil? Berapa sekarang adiknya? Si ini, si ini, si ini."

Supa terkejut mendengar ibunya Tian hamil lagi. Tian sudah punya banyak adik dan sekarang nambah lagi. Supa mencoba menghitung jumlah saudara Tian.

"Ini, pak." Yudha memberikan beberapa uang koin.

"Makasih," balas penjual.

"Oi, kau sedang apa?" tanya Yudha heran dengan tingkah temannya seperti menghitung hutang.

Supa menghiraukan Yudha. Dia tetap menghitung.

"Dua puluh enam, dan tambah satu calon lagi berarti dua puluh tujuh ... haaaaa, ibunya ingin membuat suku sendiri," ucap Supa terkejut keluarga Tian sudah bisa di sebut sebuah suku.

"Ayahnya patriak dan ibunya matriak. Tian jenderal tempur ..." Supa bicara sendiri.

"Yang benar enam belas pasang," ucap Yudha membenarkan hitungan Supa.

"Haaaa, mereka ingin menyaingi 'Mama Besar'! Sepertinya sebentar lagi mereka akan membentuk kelompok bajak laut," ucap Supa yang asal ceplos.

"Jangan menghayal kamu. Cuci muka dulu sana. Wajahmu keliatan banget kalau baru bangun tidur."

Supa sedikit tersentak. Dia melihat kanopi kain di toko buah sedikit turun. Supa mengambil kayu yang ada di toko buah dan mendorong kanopi yang menggelembung ke bawah.

"Byuurrr." Air yang tertampung di kanopi langsung tumpah dan mengguyur Supa.

"Danc**! Apa yang kau lakukan, cok?" Pemilik toko menjadi marah dan memaki Supa karena dagangannya basah.

"Dasar bocah random. Suruh cuci muka malah guyuran." Yudha hanya bisa memegang kepalanya karena pusing dengan tingkah temannya yang tidak jelas.

"Pergi, kau!"

...****************...

Yudha dan Supa duduk dibawah pohon, memakan apel sambil mengawasi rumah Roni. Mereka belum melihat Roni keluar rumah.

Supa makan seperti bocah yang ketakutan aplenya habis di makan orang lain. Padahal yang beli Yudha.

Pintu rumah Roni terbuka. Seorang wanita paru baya keluar dengan membawa sampah dan membuangnya di tempat sampah.

Yudha memperhatikannya.

Wanita itu kembali ke dalam rumah.

Tak lama, datang kereta yang ditarik kuda mengambil sampah itu. Kereta itu juga melakukan hal yang sama di setiap rumah dan tempat sampah.

Roni akhirnya keluar rumah ketika matahari mulai terik. Datang kereta kuda dan membawanya pergi.

"Ayo, Supa. Kita pergi," ajak Yudha.

Merekapun mengikuti kereta itu.

Sampailah mereka di sebuah gudang di tengah desa.

Yudha dan Supa mewarnai gambar sebagai penyamaran. Supa mewarnai Ultraman dan Yudha mewarnai Loli Idol.

Yudha melihat Roni dan beberapa orang lain mengangkat kotak kayu ke atas kereta. Roni pergi lagi dan Yudha mengikutinya.

Yudha terus mengikuti mereka dengan berlari. Yudha sudah mengukir Aksara di sendalnya dan membuatnya bisa berlari cepat.

Supa berlari hanya mengandalkan kekuatan fisiknya. Dia memang berasal dari suku petarung yang punya stamina dan kekuatan besar.

Mereka sampai di desa sebelah. Ada dua kereta lagi yang mengikuti kereta Roni. Ketiga kereta itu melanjutkan perjalanan. Ketiga kereta berkendara cukup jauh.

Mereka bergerak dari Utara ke barat, menuju ibukota provinsi yang berada di tengah wilayah Ngatur.

**

Provinsi Kambil Etan terbagi menjadi empat wilayah:

- Timur laut—Ngatur, wilayah terecil yang menjadi letak Ibu Kota Provinsi, yang sekarang Yudha dan kelompoknya berada.

- Barat—Arek, berbatasan dengan Provinsi Krambil Madya dan Keraton. Markas pasukan militer utama berada di sini.

- Selatan—Martim, menjadi pusat pelayaran jalur Laut Katulistiwa. Semua kapal yang berlayar di laut berlabuh atau transit di wilayah ini.

-Tengah— Lumbung, wilayah terbesar di Provinsi Kambil Etan. Wilayah yang menjadi tempat penghasil bahan makanan pokok. Hampir seluruh wilayah tengah di penuhi lahan pertanian dan perkebunan.

**

Sesampainya di Ibu Kota, ketiga kereta itu berhenti di sebuah pertokoan yang berada di jalur utama. Roni dan kelompoknya menurunkan barang yang ada di ketiga kereta dan di masukkan di salah satu toko.

Yudha dan Supa membaur di kerumunan orang yang sedang menonton pertunjukan pantomim. Supa ikut melakukan pantomim dan melakukan gerakan seperti tarian perang, lengkap dengan tombak dan perisai. Yudha mengamati setiap gerak gerik Roni.

Roni dan kelompoknya selesai menurunkan barang dan pergi.

Yudha pergi ke toko itu. Dia ingin memeriksa apa yang di bawa mereka.

Dua pendekar golok penjaga pintu toko memberhentikan Yudha di depan toko.

"Ada urusan apa kau kesini, cok? Ini bukan tempat orang sembarangan boleh masuk!" ucap salah satu mereka. Mereka berdua menunjukkan tatapan bengis untuk mengintimidasi Yudha.

Yudha hanya memasang ekspresi datar. Dia tidak menggubris mereka berdua. Yudha membuka mata kanannya da menerawang ke dalam toko. Dia menemukan sesuatu di dalam toko.

"Hei, cok! Apa kau tuli atau bisu. Pergi sana!" usir penjaga toko dengan kasar.

Yudha melangkah pergi karena sudah tau apa yang ada di dalam toko. Dia kembali ke kerumunan penonton. Dia melihat Supa melakukan pertunjukan melompati lingkaran api dengan sepeda roda satu.

"Dia mau pantomim atau atraksi topeng monyet, sih? Gerakannya malah seperti akrobat." Yudha tidak bisa tidak heran dengan perilaku Supa. Dia memang orang yang bertingkah random.

Saku celana Yudha bergetar. Dia merogoh sakunya dan mengambil sesuatu dari dalam sakunya.

Itu adalah kertas berukuran A5. Yudha melihat ada pesan tertulis di kertas itu. Pesan itu dari Tian. Dia mengirim pesan; "Kau masih ada tebu, yang hitam. Kirimkan aku beberapa. Ada yang minta tebu hitam bakar."

Ada alat komunikasi yang berbentuk buku dan kertas. Buku bisa untuk mengirim pesan dan panggilan telepon. Biasanya di pakai perusahaan besar atau orang kaya. Kertas hanya bisa mengirim pesan. Keduanya bisa terhubung dan bisa di bawa kemana-mana. Jaringannya di dapat dari pancaran satelit langsung.

"Heh, perempuan itu sungguh makhluk yang aneh. Kadang di suruh pilih makanan, bilangnya terserah. Waktu nyidam, eeh, minta yang aneh-aneh dan gak bisa ganti. Sungguh misteri besar berbagai zaman," gumam Yudha.

Dia memang bisa tau segala hal, tapi untuk urusan perempuan, matanya tidak bisa melihat atau memprediksi isi kepalanya. Karena otak perempuan kosong, tidak ada yang bisa dilihat.

Yudha mengetik papan ketikan di kertas bagian bawah.

"Ada. Kau butuh berapa?" tanya Yudha.

"Lima. Kalau kau dapat informasi di mana letak markas Siluman, beritahu aku. Aku akan langsung kesana," balas Tian.

"Aku menemukan 'barang' milik mereka. Sepertinya mereka akan mengirimnya ke markas mereka. Aku akan memberimu info ketika sudah dapat."

"Oke. Aku tunggu."

Yudha memasukkan kertasnya kembali.

"Sepertinya akan ada pertempuran."

Yudha tersenyum seperti mengetahui kejadian selanjutnya.

"Eh, kemarin ... katanya ibunya minta biji keluweh, sekarang tebu hitam. Apa wanita bisa ganti pilihan saat nyidam? Atau ... ada wanita lain yang nyidam?" Yudha terlihat kebingungan dan tolah-toleh seperti orang linglung.

...****************...

Yudha kembali ke penginapan dan membongkar tasnya.

"Weh, kemana ini tebu hitamnya. Perasaan kemarin masih ada," gumam Yudha. Dia mencari-cari tebu hitam yang ada di tasnya dan mendapati tebu itu tidak ada.

"Supa! Kau tau tebu hitam di tasku?"

"Kau memanggilku?" Supa keluar kamar mandi dalam keadaan telanjang sambil menggigiti tebu hitam.

"Aaaaaaa! Mataku! Mataku ternodai! Loli! Loli! Aku butuh Loli! Tolong sembuhkan mataku, Gula-saaann!"

...****************...

Seorang pri membuka pintu dan memasuki ruangan yang terdapat penjara. Dia berjalan di depan pintu penjara dan memeriksa isi penjara satu persatu. Ada penjara yang berisi manusia, ada penjara yang berisi hewan. Beberapa hewan menunjukkan taringnya karena marah.

Pria itu hanya tersenyum sinis.

Dia mendatangi penjara yang memiliki jeruji besi paling besar dan cukup rapat. Tulisan Aksara terukir di jeruji besinya. Di dalamnya ada tahanan yang di rantai seluruh tubuhnya. Penjara itu gelap gulita, tidak memperlihatkan tahanan di dalamnya.

Pria itu menatap kedalam penjara.

"Kandang biasa tidak bisa menahan mu. Jadi, aku memberimu kandang khusus dan aksesoris (rantai) khusus. Coba saja kalau kau ingin melarikan diri dari sini. Ku dengar, kau sangat kuat," ucap Pria itu.

"Kiiyaaaak," suara tahanan itu.

Pria itu meletakkan tangannya ke telinga seakan tidak mendengar suara tahanan itu.

"Apa? Kau bicara apa? Coba kau bicara yang jelas. Aku tidak bisa bahasa hewan, hahahahaha!"

Pria itu tertawa lepas dan suaranya menggetarkan seluruh ruang penjara. Semua penghuni penjara ketakutan. Hewan-hewan yang marah sedikit menurunkan amarahnya dan wajah mereka tampak pucat.

"Aku akan segera pergi dari sini. Jadi, duduklah di sini—eh, bukan duduk, tapi apa, ya. Terserahlah. Nikmati harimu selagi masih bisa, hewan purba, hahaha!" Pria itu melangkah pergi keluar pintu.

**Di luar pintu.

"Menghajarku? Heh, coba saja." Pria itu tersenyum mengejek.

#*NusaNTara berhasil mendapatkan boneka elangnya dan Tian memukul samsak berupa batu besar sampai hancur.

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!