Bagaimana rasanya kalau kamu mencintai seseorang yang tidak pernah menganggapmu ada, padahal kamu mencintainya dengan sangat tulus. Kecantikan Ara tidak bisa membuat hati Revan luluh.
Ara Anastasia selama beberapa bulan ini tanpa lelah mengejar cinta seorang Most Wanted sekaligus ketua OSIS di sekolahnya SMA Negeri Harapan 1 bernama Revan Prayoga. Tetapi sayangnya Revan sudah mempunyai gadis yang ia sukai bernama Angel.
Usaha Ara untuk bisa mendapatkan cinta Revan sia-sia ketika pria itu menyuruhnya berhenti mengejarnya. Ara yang merasa kalah dengan perasaannya sendiri akhirnya mengabulkan permintaan Revan dan mulai menjauh.
Tetapi setelah Ara menjauhi Revan selama beberapa waktu membuat cowok itu uring-uringan tidak jelas. Angel sang kekasih turut menjadi korban kekesalannya hanya karena Revan melihat Ara berpelukan dengan salah satu cowok populer dan sahabat baiknya sendiri.
"Gue bisa gila Ra, kalau Lo terus bersikap kayak gini!"
"Emang sikap Gue kenapa Van? ada yang salah?" Tanya Ara menaikkan sebelah alisnya.
"Jangan jauhin Gue dan jangan deket sama cowok lain!" Ara tertawa sinis.
"Lo lupa Van, Bukannya Lo sendiri yang nyuruh Gue buat ngejauhin Lo?"
Skakmatt! Revan tidak bisa menjawab.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 (Jauhi Dia)
Happy Reading 😊
'Sayang, kenapa tadi gak ke kelasku? Kamu kemana sih, aku cari di kelas-mu gak ada?'
'Yank,, kok gak di angkat teleponnya, kamu kemana sih 🤧🥺?'
Revan membaca pesan-pesan dari Angel yang sejak tadi mencarinya. Ada 5 chat masuk dari Angel tapi belum ada yang di baca oleh Revan dan baru sekarang dia membukanya. Bahkan dua panggilan masuk dari Angel juga di abaikan.
Sepertinya dia harus membalas pesan kekasihnya itu agar berhenti mencarinya. Kemudian dia memutuskan untuk membalas pesan dari sang kekasih.
'Aku lagi gak enak badan, sekarang lagi di ruang UKS'
Sesingkat itu Revan membalas dan Angel sudah merasa lega.
'Istirahat dulu gak apa-apa, sayang, aku juga udah balik ke kelas,'
Revan tidak membalas pesan itu kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan menoleh ke arah samping di mana Vero juga sedang berjalan berbarengan setelah tadi sama-sama dari kelas Ara.
"Ehmm,,,!"
Revan menghentikan langkahnya dan di susul dengan Vero yang juga ikut berhenti memandang Revan.
"Ver, jam ke-3 Gue izin gak masuk, kepala Gue pusing, Gue mau istirahat di UKS," ucap Revan sambil menunjukan wajah yang seperti sedang menahan kesakitan.
"Oke, nanti Gue izinin ke Bu Tika, ya udah Gue duluan ke kelas," kemudian Vero melanjutkan jalannya ke gendung sebelah karena kelas Revan dan kelas Ara berbeda gedung.
Revan menarik kedua sudut bibirnya, kemudian dia benar-benar pergi ke ruang UKS yang berada tidak jauh dari kelas Ara. Entah kenapa sekarang dia sangat ingin tahu Ara sedang apa, apa saja yang di kerjakan Ara di kelas.
Revan duduk di ranjang UKS yang sedang tidak di jaga itu, entah kemana penjaga yang biasanya ada dan stand by, Revan tidak tidak mempermasalahkan. Cowok tampan itu mengambil ponselnya kembali, membuka aplikasi pesan dan melihat nama di daftar kontak.
'Gadis Bodoh 🙄'
Revan tersenyum sendiri jika membaca nama yang dia sematkan untuk nomer Ara. Tangannya tergerak untuk memencet tulisan Chat, mengetik kata-kata, kemudian menghapusnya lagi.
Revan menghela napas, kenapa rasanya gugup seperti ini, seumur hidupnya dia belum pernah merasa gugup saat akan mengirim chat pada seseorang. Bahkan dengan Angel saja Revan langsung mengirim apa yang ada di dalam pikirannya.
Tapi entah kenapa dia merasa gugup saat akan mengirim pesan untuk gadis yang sudah di tolaknya mentah-mentah itu. Ah, mungkin bisa jadi karena hal itu, menjadikan Revan merasa tidak enak dan gugup setengah mati.
"Gue beneran udah gila!" gumam Revan saat dia sudah berhasil mengirimkan pesan untuk Ara.
'Save nomor Gue,"
Revan merasa hal itu sedikit berlebihan, tapi setelah mengetahui bahwa memang nomernya tidak di simpan dengan Ara, membuat Revan sedikit kesal.
Centang biru dua.
Sedang mengetik ....
Revan tersenyum dengan jantung yang sudah berdebar menunggu balasan dari Ara. Tapi sesaat kemudian senyuman itu memudar kala tidak mendapatkan balasan dari Ara, bahkan saat ini dia sudah offline.
"Wah, parah ni cewek, udah bikin Gue jantungan setengah mati tapi cuma nge-prank, Aaggrkk!" Revan mengacak rambutnya frustasi dan dia merasa kesal karena Ara tidak membalasnya.
"Lihat aja, Gue bakal neror Lo, Ra. Seperti dulu Lo yang suka neror Gue," gumam Revan tersenyum sendiri.
Diapun memberondong chat un-faedah untuk Ara, tapi hanya centang satu. Revan mendesah kasar, kenapa sekarang dia jadi gila seperti ini.
###
Saat jam istirahat.
Ara sudah tidak pernah ke kantin lagi setelah mendapatkan 100 soal matematika dari guru killernya itu. Dia lebih menghabiskan banyak waktu untuk belajar memecahkan soal dari angka-angka yang membuatnya pusing itu.
"Hai, Ra,, udah makan belum? aku bawaain bakso bakar kesukaan Lo," ucap Vero menyodorkan sebuah kotak bekal di hadapan Ara.
"Makasih, Ver, Gue udah makan kok tadi," jawab Ara tersenyum.
"Oh, bagus deh kalau gitu, Gue kira Lo belum makan,"
"Gue sekarang bawa bekal terus, Ver, lumayan lah bisa ngirit," jawab Ara nyengir. Hal itu sukses membuat jantung Vero berdebar-debar.
"Ehmm, belum selesai juga, Ra?" tanya Vero mengalihkan, dia harus bisa mengontrol jantungnya saat ini.
"Baru selesai setengah, padahal waktu yang di kasih Pak Ridwan tinggal seminggu lagi," jawab Ara lemah.
"Lo gak mau sih, Gue yang kerjain, pasti udah selesai dari sekarang,"
"Kalau Lo yang ngerjain tugas Gue, itu sama aja Ver, lagian Lo Gue suruh ngajarin gak mau!".
"Bukannya gak mau, Ra. Tapi Gue gak bisa kalau di suruh ngajarin gitu, susah ngejelasinnya. Kalau Gue lihat angka-angka seperti itu, rasanya otak ini langsung bekerja gitu tanpa di perintah," jawab Vero tidak berbohong. Dia memang tidak bisa kalau di suruh menjelaskan rumus-rumus matematika seperti itu.
Tapi karena memang aslinya sudah cerdas, cowok itu tanpa kesulitan dalam menghafalkan rumus-rumus yang menjadi musuh Ara selama ini.
"Parah, parah, Gue juga mau donk di kasih otak encer kaya gini!" seru Ara sambil menyentuh rambut Vero yang di tata ala-ala jabrik itu.
Vero langsung menegang, jantungnya berdetak kencang lagi. Ara yang menyadari hal itu langsung menurunkan tangannya.
"Maaf," cicit Ara.
"Gak apa-apa kok, gue malah seneng." Vero tersenyum manis. Membuat Ara mengalihkan pandangannya agar tidak melihat ketampanan Vero yang luar biasa. Dia selevel Revan kalau masalah wajah.
###
Bruukk!! Revan melempar beberapa buku pelajaran di hadapan Vero.
"Buku Lo, Gue balikin semuanya," ucap Revan tanpa menoleh dan berjalan duduk di kursinya. Vero menatap Revan dengan tatapan aneh.
"Lo udah gak butuh, ya udah, bilang makasih atau traktir juga boleh, Van," Vero berusaha bercanda.
Tapi Revan malas menanggapi sahabat baiknya itu apalagi setelah tadi dia melihat Vero dan Ara duduk bersebelahan di kelas dan terlihat bercanda bersama. Hal itu membuat Revan merasa kesal pada Vero.
"Sepertinya akhir-akhir ini Lo dekat sama Ara, ya?" Vero langsung menoleh dan mendapati Revan yang sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Iya, Gue emang sengaja deketin Ara, biar dia gak ganggu Lo lagi," jawab Vero terkekeh. Berusaha membuat suasana tidak begitu tegang.
Tapi memang suasana sudah tidak baik sejak Revan masuk ke dalam kelas dengan wajah yang kesal. Apalagi setelah melihat Vero dan Ara yang semakin terlihat akrab.
"Sebaiknya mulai sekarang Lo gak perlu dekat sama gadis itu!" Vero mengerutkan keningnya.
"Memangnya kenapa kalau Gue deketin Ara?" tanya Vero yang kali ini lebih serius.
Revan bingung harus menjawab apa. "Ya, gak usah deket-deket sama cewek itu, Lo gak pantes sama dia," jawab Revan.
"Apa motivasi Lo berkata seperti itu, Van!" kali ini suara Vero penuh penekanan.
"Lo gak pantes sama Ara, karena dia itu cuma gadis bodoh!" jawab Revan yang membuat Vero kali ini bungkam.
####
Keesokan paginya.
Ara berlari masuk ke dalam sekolah karena dia terlambat datang, gadis itu harus sampai di kelas sebelum Pak Ridwan hadir.
BRUUKK!!
"Aduh,, woii, Lo halangi jalan Gue! sakit nih!!" Ara menabrak sebuah punggung seorang cowok yang saat ini tengah menoleh ke arahnya. "Sori, sori,, Gue bantuin Lo berdiri," cowok itu menyodorkan tangannya untuk membantu Ara berdiri.
"Gak perlu!" Ara berdiri sendiri dan sudi kalau harus di bantu sama cowok yang tidak dia kenal.
"Gue Gilang, salam kenal, ya? Gue murid baru di sini," cowok itu menyodorkan tangannya kembali.
Ara menatap cowok tampan itu, kulitnya putih, hidung mancung dan alis yang tebal, sungguh mahluk Tuhan yang sempurna selain Revan.
Bersambung.
Parah kali Cere cuma Krena masalah yg sbenarnya gaada😭 rill miss komunikasi+salah paham ini sampe kandas prnikahaan🤦