bella di paksa ibu tirinya menikahi paktua kaya demi uang yang di janjikan pak tua itu. namun siapa sangka, saat di sebuah hotel, dia memberontak berusaha kabur dari paktua itu hingga bella bersembunyi di sebuah ruangan yang sedikit gelap bella kira di dalam ruangan itu tidak ada siapa siapa. ternyata seorang lelaki sedang sempoyongan karena pengaruh obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasbyhasbi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkara tidur
"Dasar playboy cap kadal, wanita kolot aja lo mau garap.." celetuk Richard mengejek Ray.
"Hey bro, kalo lagi bersandiwara itu kudu terlihat nyata." sahut Ray.
"Selera lo aja yang buruk.."lagi lagi Richard mengejek sahabatnya itu.
"Lo ya... walau tampang gue gak setampan elo, masih banyak cewek yang ngantri buat jadi mainan gue. (bangganya) gak nafsu gue sama emak emak kayak dia." ucap Ray sembari meneguk segelas wine.
"Kenapa si lo, gak serahin aja mereka ke polisi. Kan beres, gak perlu ribet nyuruh anak anak turun tangan." tambahnya.
"Gue punya cara sendiri." ujar Richard cepat, yang sama menenggak segelas wine sambil menyaksikan pertunjukan di hadapannya. Sorot matanya begitu tajam pada pemandangan yang ada di hadapannya. Ia menikmati setiap jeritan yang keluar dari mulut dua orang wanita yang sedang di eksek*si anak buahnya.
Dina dan Fani yang menjadi korban kekejaman Richard. Pria itu tak terima jika calon istrinya di sakiti oleh dua wanita kejam itu. Apalagi setelah mendengar Stefan yang mengatakan bahwa Bella selalu menjadi korban keserakahan ibu dan adik tirinya.
Richard menolak untuk membawa dua wanita itu ke kantor polisi, dan memilih untuk membawa mereka ke basecamp pribadinya. Menurutnya hukuman itu terlalu ringan untuk mereka. Lelaki itu punya cara sendiri untuk menghukum mereka.
Seperti sekarang, lelaki itu dengan kejam memerintah anak buahnya untuk mencambuk Dina dan Fani sebanyak lima puluh kali.
Jeritan juga rintihan yang keluar dari mulut mereka, menjadi alunan musik yang indah untuk lelaki itu. Apalagi saat bawahannya itu mulai menyay*t kulit dua wanita itu, mereka terus berteriak memohon, berharap pria di hadapan mereka itu mau melepaskan mereka.
Namun mustahil untuk seorang Richard yang dengan mudah melepaskan mereka. Karena setiap orang yang berani berhadapan dengan lelaki itu, mereka akan berakhir sial. Apalagi mereka sudah menghancurkan pernikahannya, acara yang di adakan dengan sangat meriah kini harus batal karena calon mempelai wanita hilang karena ulah mereka.
Tak banyak orang tahu bahwa selain keangkuhan dan sifat dinginnya itu. Richard juga seseorang yang kejam, ia tak akan segan dengan orang orang yang berani berbuat masalah dengannya. Hampir mirip dengan mafia, namun bedanya lelaki itu tak terlibat dalam perdagangan ilegal, ia lebih mementingkan bisnis dari keluarganya dan mengembangkannya menjadi lebih sukses dan terkenal.
"Buang mereka ke pinggiran kota!" Tegas lelaki itu memerintah pada sang bawahan. Ia melenggangkan kakinya keluar basecamp yang di ikuti oleh asisten pribadinya.
"Lo mau kemana sekarang?" Tanya sang asisten yang melihat majikannya itu terburu buru masuk ke dalam mobil.
"Lo juga tau tujuan gue mau kemana" segera Richard melajukan mobilnya, mrmbelah jalanan yang ramai dengan kendaraan yang berkalu lalang.
**********
Kembali lagi di rumah sakit Mahesa...
"Kamu lebih baik bermalam di rumah mom ya." Ajak nyonya Kayle.
"Saya tidak setuju, Bella lebih baik pulang bersama kami." Ucap tuan Anderson menyoloti, menolak jika Bella pulang ke rumah nyonya Kayle.
"Kenapa kau tidak setuju, di itu calon menantuku." Sungut nyonya Kayle.
"Baru calon, tidak baik untuk seorang perempuan bermalam di tempat lelaki yang belum sah menjadi suaminya."ucap Anderson tak mau mengalah.
Bella juga Stefan yang melihat percekcokan mereka, hanya menggelengkan kepalanya. Tak habis fikir melihat mereka yang berdebat hanya karena perkara tidur Bella.
Mahendra hanya diam, tak berani menyampuri mereka, ia merasa malu dengan dirinya sendiri karena menjadi ayah yang tak berguna, malah sering membuat anaknya menderita. Sedangkan Anderson, seorang konglomerat yang tidak ada kaitan darah sama sekali, begitu baik dan perhatian pada Bella. Bahkan sudi merangkul dan membimbing Bella untuk menjadi orang sukses.
"Daripada kita terus berdebat, lebih baik kita bertanya pada orangnya saja." ucap nyonya Kayle, tatapannya kini tertuju pada Bella.
"Nak Bella, kamu tidur di rumah mom ya." Pinta nyonya.
"Tapi nyonya, eh mom... Benar kata papa Anderson, lebih baik saya pulang bersamanya." ucap Bella. Membenarkan ucapan papa angkatnya itu.
"Uhuk....uhuk... Kau benar benar tidak kasihan denganku, aku ingin kau bermalam di rumahku agar besok kita bisa langsung ke kantor agama. Uhuk...uhuk.." ucap nyonya Kayle yang mulai melemahkan suaranya.
'mulai aktingnya..' batin Stefan yang tahu tabiat calon mertua adik angkatnya itu.
"Memangnya harus tetap dilanjutkan.." celetuk Bella.
"Harus sayang, apa kau mau mengingkari janjimu." kini raut wajah nyonya menjadi sendu.
"Bukan begitu nyonya, eh mom..."Ucapnya tidak enak."Baiklah, aku akan pulang kerumah mom." tambahnya.
"Tapi Bell...." ucap Anderson yang enggan mengizinkan Bella untuk ikut bersama nyonya Kayle.
"Ayah gak usah khawatir, aku akan ikut bersama mereka. Bolehkan nyonya?"timpal Stefan.
"Boleh...." ucap nyonya.
"Baiklah, kau jaga adikmu. Papa akan pulang bersama Mahendra." ucap Anderson lalu pergi bersama Mahendra yang di dorong oleh pelayan pribadi Anderson.