Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
015 - Tinggal Di Lemari Pakaian
"Masuk!"
Saka memberi perintah pada Jelita untuk memasuki kamar milik pria itu.
Jelita mendorong koper berisi pakaian miliknya. Hari ini ia langsung pindah ke rumah mewah milik pria itu. Rumah mewah yang benar-benar seperti istana bergaya Eropa modern dengan sentuhan klasik.
Jelita mengedarkan pandangannya ke kamar pria itu yang benar-benar nampak kosong melompong, hanya ada sebuah tempat tidur besar di tengah ruangan.
Saka berjalan hingga ke sudut ruangan di samping pintu kaca. Membuka sebuah pintu geser yang tersembunyi.
"Mulai sekarang, ini adalah tempatmu untuk tidur dan beraktivitas selama kau berada di dalam kamarku," kata Saka.
Jelita memasuki ruangan itu, jika dilihat dari ukurannya, sepertinya ruangan itu dulunya adalah ruang pakaian karena di dalam ruangan tersebut berdinding cermin.
"Kau menyuruhku tinggal di lemari pakaianmu?" tanya Jelita.
"Barang jaminan memang sudah seharusnya disimpan dalam lemari," jawab Saka.
Astaga, pria ini, batin Jelita.
"Selama aku di dalam kamarku, kau gunakan pintu yang ada di situ untuk aksesmu masuk ke ruangan ini. Kau bisa menggunakan kamar mandi yang ada di luar, tepatnya di samping ruang gym-ku.”
"Untuk jam makan, aku akan meminta pelayan mengaturkan makananmu di meja luar yang ada di depan kolam renang," tambah Saka.
Jelita masih melemparkan tatapan skeptisnya pada Saka.
"Lalu satu hal lagi yang paling penting. Kau jangan pernah mengganggu waktu pribadiku. Apa pun yang terjadi, jangan pernah masuk ke kamarku terlebih saat aku berada di kamarku!"
"Dan aku tidak mau melihatmu keluyuran di tempat-tempat yang bisa membuatku melihatmu saat aku berada di rumah. Apa sampai di sini kau sudah paham?"
"Ya, aku rasa aku sudah mengerti," jawab Jelita.
"Baguslah, kalau begitu, makan malam akan disiapkan pelayan tepat pukul tujuh malam, jadi pada pukul delapan malam, kau tidak diperkenankan keluyuran di sekitar kamarku, mengerti?"
"Baiklah, aku mengerti," sahut Jelita.
Saka segera keluar dari ruangan tersebut, membiarkan Jelita berkeliling ruangan itu.
Jelita memeriksa pintu yang menjadi akses keluar dari ruangan. Terdapat sebuah kolam renang yang luas, beserta kolam ikan koi. Kemudian ada sebuah jalan yang menghubungkan kamar itu dengan area luar yang menjadi akses para pelayan menuju ke kamar Saka.
Jelita jadi berpikir, bagaimana jika ia hendak ke toilet di malam hari saat hujan turun?
Ia pasti akan basah kuyub karena lokasi toilet berada di seberang ruangannya.
Dasar pria gila! Dia benar-benar sungguh menjadikanku sebagai barang jaminan di dalam lemarinya! batin Jelita.
Tidak apa-apa, Jelita. Ambil hikmahnya saja. Kau memiliki kebebasan yang tidak kau dapatkan di rumah.
...***...
Saka baru saja keluar dari kamar mandi, ia tersentak kaget saat melihat sosok seorang wanita sedang duduk di meja bundar yang berada di depan kolam renang kamarnya.
Wanita berpakaian serba hitam itu benar-benar terlihat seperti hantu penunggu kolam renang. Wanita itu terlihat begitu santai menikmati hidangan makan malam yang disiapkan oleh pelayan.
"Ck, bagaimana bisa dia benar-benar seperti hantu begitu?" Saka bergumam.
Saka mengambil remot kontrol untuk menutup tirai di depan kamar agar penampakan wanita macam hantu penunggu kolam itu segera lenyap dari pandangannya.
Kemudian ia duduk di pinggir tempat tidur, membuka nakas di samping tempat tidurnya.
Obat-obatan yang diberikan Dokter Frans sama sekali belum disentuh olehnya. Entah mengapa ia merasa sedang berada di titik pasrah.
Saat mendengar kabar bahwa pamannya, adik dari pihak ayah meninggal karena penyakit kanker, di saat itulah Saka menjadi semakin yakin bahwa sebentar lagi adalah gilirannya.
Saka semakin yakin, bahwa keputusannya menikahi wanita macam hantu itu ada benarnya. Dengan begitu, ia tidak perlu membayangkan adanya tangis banjir air mata dari wanita itu. Tak sanggup rasanya jika harus membiarkan Sera menangis bak mengupas bawang bombay di samping peti matinya.
Tring..
Sebuah pesan masuk membuat lamunan Saka buyar.
Kakak.. Sera kangen..
Saka memejamkan matanya, ia merasa tak sanggup untuk membalas pesan itu.
Tapi hati kecil memaksanya untuk membalas pesan dari Sera.
Sudah lebih dari dua minggu mereka tidak saling memberi kabar.
Balas.. Tidak.. Balas.. Tidak..
Tok.. tok.. tok.. tok..
Saka tersentak kaget mendengar pintu kaca diketuk seseorang dari luar.
Saka turun dari tempat tidur, menyibak tirai dan mendapati sosok wanita menempel di pintu kaca.
"Whoaaaa!!"
Saka tersentak kaget hingga jatuh terduduk melihat penampakan mengerikan itu.
Saka segera berdiri, bukan sakit yang dirasakannya tapi malu.
Tok.. tok.. tok...
Saka membuka pintu kaca dengan cara menggesernya.
"Ada apa lagi?! Bukankah sudah kukatakan jangan menggangguku?!" geram Saka.
"Di kamarku tidak ada tempat tidur, bantal, atau pun selimut. Aku butuh itu semua untuk tidur," kata Jelita.
Saka langsung menutup kembali pintu kaca dan tirai di hadapannya.
"Hei! Apa-apaan kau ini?! Setidaknya barang jaminan juga disimpan di tempat yang nyaman dan dijaga dengan baik!" seru Jelita.
"Barang jaminan itu harus dikembalikan lagi dalam keadaan yang baik seperti semula! Apa kau sungguh tidak pernah tahu konsep gadai yang benar?!"
Percuma saja Jelita berseru namun pria itu benar-benar lenyap dari pandangan Jelita.
Tiba-tiba pintu kaca terbuka dan Saka langsung melemparkan bantal dan selimut ke arah Jelita. Jelita langsung menangkap bantal dan selimut itu sebelum jatuh ke lantai.
Pintu kembali tertutup dan Saka kembali menghilang di balik tirai.
Huuhh! Kau benar-benar harus membayar perbuatan semena-menamu ini suatu hari nanti! geram Jelita dengan penuh kekesalan.
...***...
Jelita duduk di sebuah kafe sambil menunggu kedatangan temannya, Okta.
Terlihat Okta memasuki pintu kafe, namun Okta celingukan sambil mengedarkan pandangan.
Jelita mengerutkan keningnya melihat kelakuan Okta.
Bahkan sebuah pesan masuk dari Okta.
Kau di mana? Aku sudah sampai.
"Okta!"
Okta celingukan mencari sumber suara Jelita yang didengarnya.
Okta merinding saat melihat seorang wanita berpenampilan angker melotot ke arahnya.
"Okta," panggil wanita itu.
"Je-Jelita?" Okta terperangah.
Okta segera menghampiri Jelita yang berpenampilan bak kuntilanak di siang bolong.
"Astaga! Aku benar-benar sampai tidak mengenalimu! Ada apa dengan riasanmu ini? Apa kau sedang cosplay hallowen?" tanya Okta.
"Kau sungguh tak mengenaliku?" tanya Jelita.
"Kalau kau tidak memanggilku, aku pasti sudah pulang sekarang!" sahut Okta.
"Bagaimana kulitmu bisa sampai gosong macam dijilat api neraka begini?" Okta terperangah.
"Okta, aku tanya sekali lagi, apa kau sungguh tidak mengenaliku jika aku berdandan seperti ini?"
"Apa kau sungguh benar-benar Jelita yang kukenal?" tanya Okta.
Sepertinya ia sudah menemukan ide yang bagus untuk mempercepat proses kebebasannya sebagai barang jaminan.
...----------------...