NovelToon NovelToon
Anak Kembar CEO Amnesia

Anak Kembar CEO Amnesia

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Genius / CEO Amnesia
Popularitas:8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Clara mengetahui dirinya mengandung setelah bercerai dengan suaminya Bara yang menikah dengannya di saat pria itu mengalami amnesia.Clara akhirnya melahirkan dua anak laki-laki kembar.
Di saat sedang membawa kedua bayinya jalan-jalan di taman, Clara kehilangan salah satu bayinya yang ternyata ditemukan oleh Bara, sang mantan suami. Bara yang biasanya tidak terlalu menyukai anak kecil, entah kenapa dia menyukai bayi yang ditemukannya dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Setelah besar, anak-anak yang dilahirkan Clara ternyata memiliki IQ tinggi.Tanpa sengaja anak-anak kembar itu bertemu di suatu tempat, karena suatu hal akhirnya mereka berdua bertukar posisi.Yang bersama Clara,tinggal dengan Bara dan begitu juga sebaliknya. Di saat sedang bertukar posisi,mereka mengetahui sebuah rahasia.
Rahasia apakah itu? apakah anak kembar itu akan berhasil mengungkapkan rahasia itu dan menyatukan kembali Clara dan Bara?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku akan membantumu

Sementara itu di lain tempat, tepatnya di kediaman mewah milik Bara, tampak seorang anak laki-laki yang tidak lain adalah Bara sedangkan serius menyelesaikan tugas sekolah milik Bimo. Walau tugas itu belum pernah dia pelajari atau belum sampai ke pelajaran itu, tapi Bima tetap bisa menjawab semuanya, karena baginya tugas itu tidak sulit sama sekali.

Di saat dia hendak menutup buku karena sudah selesai, tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh seseorang. Bima sontak menoleh dan melihat anak kecil lainnya yang tidak lain adalah Tristan.

Di tangan Tristan tampak anak itu membawa buku, hingga membuat Bima mengreyitkan keningnya.

"Hei, anak pungut, seperti biasa kamu harus menyelesaikan tugas rumahku. Nih bukunya! kerjakan dengan benar, awas kalau tidak kamu kerjakan!" titah Tristan sembari meletakkan bukunya di atas meja belajar milik Bimo.

Bima tidak menjawab sama sekali. Anak kecil itu hanya menatap buku itu dan menatap ke arah Tristan bergantian dengan tatapan tajam.

"Apa? kamu mau menolak? kamu tahu kan akibatnya kalau menolak?" Tristan balik menatap tajam ke arah Bima.

"Jadi, setiap hari begini yang selalu dialami Bimo? benar-benar anak lemah! mau aja diperalat!" Bima menggerutu, merutuki kebodohan Bimo.

"Hei, anak pungut kamu dengar perintahku nggak sih! Ayo kerjakan dan nanti setelah selesai, kamu antarkan ke kamarku! paham kamu!" suara Tristan terdengar meninggi begitu tidak mendapat tanggapan sama sekali dari Bima.

"Apa kamu tidak punya tangan untuk menyelesaikan sendiri? atau jangan-jangan kamu punya tangan tapi otaknya yang tidak ada?" sindir Bima dengan sangat sarkastik.

Tristan sontak terkesiap kaget mendengar ucapan Bima yang dia kira Bimo. Karena ini pertama kalinya anak yang dia panggil anak pungut itu menjawab kata-katanya dengan sangat berani seperti itu.

"Oh, kamu sudah berani menjawab ya! aku adukan kamu ke mama dan Oma ya? kamu tahu sendiri kan kalau aku pintar akting di depan Oma?" Tristan menyeringai licik.

"Sepertinya, aku harus mengikuti permainannya. Anak ini harus dikasih pelajaran sesekali," Bima membatin dengan seringai tipis di sudut bibirnya.

"Ba-baiklah, aku akan menyelesaikan tugasmu. Jangan adukan aku ke Oma ya!" Bima memasang muka ketakutan dan memohon dengan menangkupkan kedua tangannya.

Tristan sontak tersenyum merasa menang.

"Nah, gitu dong! jangan berani membantahku, karena yang cucu kandung adalah aku, bukan kamu! ayo kerjakan!" titah Tristan seperti layaknya seorang bos yang memerintahkan bawahannya.

Bima menganggukkan kepalanya dengan cepat, lalu membuka buku Tristan. Tristan, berbalik sembari menyeringai sinis lalu beranjak keluar dari kamar Bimo.

Bima dengan cepat menyelesaikan tugas Tristan, dan setelah selesai dia menutup buku itu.

"Sebaiknya aku mengantarkan bukunya nanti saja deh," batin Bima sembari melangkah menuju ranjangnya dan merebahkan tubuhnya.

"Apa yang dilakukan oleh Bimo dengan mamaku sekarang ya? apa dia sudah menanyakan yang aku minta tadi? dan pria yang bernama Theo itu masih di rumah ataupun tidak?" batin Bima dengan mata yang menerawang menatap langit-langit kamar.

"Emmm, sebaiknya aku hubungi dia lagi," lanjut Bima sembari kembali bangun dari ranjang untuk mengambil ponsel.

Baru saja tangannya hendak meraih ponsel, tiba-tiba ponsel itu sudah berbunyi lebih dulu. Tampak orang yang ingin dia hubungi, lebih dulu menghubunginya.

"Aku baru saja ingin menghubungimu, tapi kamu sudah lebih dulu menghubungiku. Apa kamu sudah melakukan apa yang aku minta tadi?" tanya Bima, tanpa basa-basi lebih dulu.

"Sudah," suara Bimo terdengar lemah dari ujung sana, hingga membuat kening Bima berkerut.

"Kenapa kamu tidak semangat seperti itu? apa ada sesuatu yang terjadi? dan apa jawaban mamaku?" tanya Bima beruntun.

Terdengar embusan napas yang cukup berat dari ujung sana. "Dugaan kamu ternyata benar. Kamu punya saudara kembar dan itu aku. Mama kehilanganku di waktu usia kita masih tiga bulan,"

Ucapan Bimo barusan membuat Bima bergeming. Walaupun sebenarnya dia sudah mempersiapkan diri sebelumnya, apapun jawaban yang diberikan mamanya, tapi anak kecil itu tetap saja merasa shock begitu mengetahui kalau dirinya memiliki saudara kembar.

"Apa kamu meragukan ucapanku?" suara Bimo seketika menyadarkan Bima dari lamunannya.

"Ingin aku meragukannya, tapi faktanya memang tidak bisa kupungkiri kalau tidak mungkin kemiripan wajah kita itu suatu kebetulan. Apa mama menceritakan bagaimana kamu bisa hilang?" nada bicara Bima terdengar lirih. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya ada perasaan bahagia begitu mengetahui kalau ternyata dia memiliki saudara di dunia ini.

Setelah menunggu beberapa saat, Bima akhirnya mendengar cerita Bimo, tentang bagaimana dia bisa hilang menurut apa yang dia dengar dari Clara mama mereka. Bimo menceritakan dengan detail tanpa ditambahi dan tanpa dikurangi sedikitpun.

"Jadi aku ini kakakmu? kalau begitu kamu harus panggil aku kakak mulai sekarang," Bima mulai sedikit bercanda untuk menutupi rasa harunya. Padahal sebenarnya mata anak kecil itu sudah mengeluarkan air mata.

"Enak saja. Kita ini hanya beberapa menit saja," Bimo terdengar menolak.

"Hei, jangankan beda beberapa menit, beda satu detik saja, aku tetap kakakmu. Jadi, panggil aku kakak!" suara Bima terdengar bergetar di balik ucapan tegasnya.

"Kamu menangis ya?" tukas Bimo dari ujung sana.

Bima dengan cepat langsung menyeka air matanya. Namun setelah menyadari kalau tidak mungkin Bimo bisa melihat dirinya menangis,anak kecil itu langsung mengumpat dalam hati.

"Enak saja, mana ada aku menangis," sangkal Bima dengan cepat.

"Kamu tidak usah berbohong! dari suaramu aku tahu kalau kamu menangis. Kamu tidak usah sok kuat, sok cool di depanku. Aku ini adikmu, jadi tidak perlu malu untuk mengakui kalau kamu menangis,"

Bima tersenyum disertai dengan air mata yang kembali menangis, mendengar ucapan Bimo yang ternyata adalah adiknya.

"Bimo, apa kamu sudah memberitahu kalau kamu itu Bimo ke mama?" nada bicara Bima tiba-tiba terdengar panik.

"Belum. Tapi nanti setelah mama selesai menerima telepon, aku berencana akan memberitahukannya pada mama," ucap Bimo, mantap.

"Jangan dulu!" cegah Bima dengan cepat.

"Kenapa? apa kamu takut kalau rasa sayang mama berkurang ke kamu? apa kamu tidak mau berbagi kasih sayang mama denganku?" tukas Bimo dengan nada kesal.

Bima menghela napasnya dengan cukup panjang dan berat. "Bukan seperti itu. Kamu jangan salah paham dulu!" sanggah Bima dengan cepat.

"Jadi apa?" nada bicara Bimo terdengar sinis.

"Aku sekarang sedang ada misi untuk menyelidiki Tante Tania dan supir pribadinya itu, karena sikap mereka sangat mencurigakan. Selain itu, aku belum puas membalas perbuatan mereka yang selama ini selalu menindasmu. Kalau kamu memberitahukannya sekarang pada mama mengenai identitasmu, mama pasti akan menanyakan di mana keberadaanku. Yang ada mama akan datang ke sini cepat-cepat untuk menjemputku. Kalau sudah seperti itu, tentu saja misiku bisa gagal. Kamu tidak mau kan kalau papa Baramu ini, terus-menerus terjebak dengan wanita jahat seperti Tante Tania? setelah semuanya terbukti, aku berjanji, kita akan sama-sama mengakui tentang kamu di depan Mama. Anggap saja yang aku lakukan ini, sebagai balas Budimu pada Om Bara, karena sudah merawatmu selama ini, bagaimana?" tutur Bima panjang lebar, berharap adiknya itu tidak salah paham dan bisa mengerti dengan rencananya.

"Emm, sepertinya kamu benar. Baiklah,aku setuju! karena sejujurnya aku juga sudah curiga pada dua orang itu selama ini. Aku mendukung rencanamu, dan aku juga akan membantu," pungkas Bimo yang akhirnya menyetujui rencana Bima. Bahkan dari suaranya, bisa diketahui kalau dia sekarang lebih antusias dari Bima.

tbc

1
Ester Hadasa Ruru
Luar biasa
nnk pw
Bimo, ga harus sampe gitu. pasti penghasilan kamu dh lebih dr gaji pegawai bumn. udah cukup kok. tinggal kepastiannya aja
Teresia Yestiu
Luar biasa
Atun Ismiyatun
bukan gelang kak tpi kalung..klu gelang ada pd sikembar bim bim
Rodiah Rodiah
😭😭😭
Datu Zahra
Apa sih "anak laknat" terus "keponakan laknat". Bjsa kan "dasar keponakan nakal" kayanya lebih bagus.

umpatan laknat itu kasar banget
Datu Zahra
paling benci kalau udah cewek ngomong "kamu tidak berhak melarangku" padahal udah jelas² masih cinta dan udah tau masalah yang terjadi apa. muter² aja
Datu Zahra
Clara adiknya Theo yang dijodohkan sm Bara, Tania anak pembantu
Datu Zahra
bimo donk pasti
Datu Zahra
good job boy
babygirl♡
wkwkwk
babygirl♡
keren kk
Prety Zhinta Pratama
ok
Prety Zhinta Pratama
siip
Nanik Rusmini
rasain Lo tanya...darah lebih kental dari air
Dian
Luar biasa
Debby Liem
waw seru banget cerita ny thot
na.prj_
.
na.prj_
...
Lenny Tumbol
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!