Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang gila
"Shaka, pleaseeee jangan kencang-kencang aku takuutt !!!"
Shazia terus menerus berteriak meminta Shaka untuk mengurangi kecepatan laju nya.
Dan selama itu pula, Shaka sengaja tak menggubris permintaan Shazia. Moge terus melaju ugal-ugalan. Kebetulan jalanan yang dilalui dalam keadaan lengang, jadi moge bisa melaju pesat bebas hambatan.
"Kalau kamu enggak mengurangi kecepatan, aku bakal lompat nih," ancam Shazia yang mulai tak tahan lagi dengan kelakuan Shaka.
Mendengar ancaman Shazia yang hendak melompat tersebut, Shaka mendadak khawatir. Bagaimana jika Shazia beneran nekad melompat? Oh tidak baby. Mba Shazia tak boleh melakukan hal konyol itu. Karena khawatir Shazia nekad, akhirnya Shaka menuruti keinginan nya.
Shazia mengatur nafas nya yang tersengal-sengal setelah Shaka mengurangi kecepatan dan tak lagi ugal-ugalan. Puk. Dengan geram ia memukul punggung Shaka cukup keras.
Shaka cengengesan.
"Turunkan aku disini," pinta Shazia yang kesal.
"Kok turun sih. Daerah sini banyak anak berandalan lho. Emangnya mba enggak takut diganggu sama anak berandalan?" Shaka menakuti-nakuti Shazia agar gadis itu mengurungkan keinginan nya.
"Apa bedanya sama kamu. Kamu juga anak berandalan, kan? Mana bawa motornya ugal-ugalan lagi. Kamu tau kalau kamu itu hampir aja buat aku celaka," balas Shazia.
Shaka terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Shazia. Gara-gara cemburu, Ia hampir saja membahayakan nyawa gadis yang dicemburui nya ini. Tak semua wanita senang diajak motoran sambil kebut-kebutan. Apalagi Shazia seorang cewek yang notabene nya wanita sholehah dan feminim.
"Cepat berhentiin motornya, Shaka !!" pinta Shazia.
Shaka yang masih terhanyut dalam lamunan nya pun tak mendengar permintaan Shazia.
Kerena Shaka tak kunjung menuruti keinginan nya, Shazia lantas mencubiti perut Shaka dengan geram.
Shaka terkejut saat merasakan geli di perutnya akibat perbuatan Shazia.
"Aduh, duh, duh......iya, iya, mba. Ampun aku berhenti." Shaka segera menyingkir ke pinggir jalan karena tak kuat menahan geli. Jika dipaksakan akan membahayakan mereka berdua. Jadi ya terpaksa ia menuruti keinginan Shazia dari pada celaka.
Shazia langsung turun dengan wajah di tekuk. Lalu berdiri bersedekap menghadap pada jalanan yang sepi.
"Mba beneran mau turun disini?" Tanya Shaka sambil celingukan ke sekitar.
"Yaaaaa," jawab Shazia yang seakan malas menjawab dan enggan melihat pada muka Shaka.
"Mba enggak takut sama_"
"Aku lebih takut sama kamu. Udah sana kamu pulang." Potong Shazia ketus.
Shaka menghembus nafas besar.
"Ya sudah kalau mau nya mba. Tapi sebelum aku pergi, coba mba lihat dulu kebelakang."
Kening Shazia mengernyit mendengar permintaan Shaka. Apa maksud nya menyuruh nya lihat kebelakang.
Dengan rasa penasaran, Shazia menuruti perintah Shaka melihat kebelakang. Seketika itu pula, ia terbelalak lebar saat melihat sosok pria berambut gimbal, berbadan dekil, pakaian compang camping, bahkan bagian anu nya terbuka dan anu nya terlihat gundal gandul. Pria tersebut menyengir pada Shazia.
"Hani, Hani I love youuuu......" seru pria tersebut sembari melangkah ke arah Shazia dan Shaka.
Astagfirullah. Shazia yang ketakutan lantas bergerak mundur hingga membentur pada Shaka lalu memalingkan muka. Jijik banget lihatnya.
"Gimana, mba? mba mau tetap disini saja dan ditemani sama orang gila itu atau ikut sama anak berandalan tapi waras ??" bisik Shaka di telinga Shazia seraya tersenyum penuh arti.
"Hani i love you !! Wait me Hani......"
Shazia geleng-geleng. Ia begitu ketakutan melihat orang gila tersebut yang semakin mendekat. Tanpa dipaksa, Shazia segera naik ke moge Shaka dengan sendirinya.
"Shaka ayok tancap gas !" Seru Shazia yang panik, karena orang gila tersebut semakin mendekat.
Shaka mengulum senyum, kemudian ngeng......
"Astagfirullah hal adzim...." Shazia mengusap-usap wajahnya. Jijik rasanya mengingat kejadian tadi. Seumur hidup baru kali ini ia merasa dilecehkan oleh orang gila. Orang gila tersebut tak senonoh mempertontonkan anu nya. Ia tahu orang itu orang gila yang tak waras. Tapi tetap saja ia jijik dan merasa matanya telah ternodai.
"Gila, anu nya mas-mas tadi gede juga ya, mba !!" celetuk Shaka.
Shazia sontak melotot dan puk, ia memukul punggung Shaka.
Shaka tergelak.
Rasanya puas sekali ngerjain Shazia, tapi ada kasihan nya juga. Mba Shazia pasti terbayang -bayang terus kejadian tadi. Shaka geleng-geleng seraya tersenyum membayangkan bagaimana wajah Shazia saat ini.
"Ka, berhenti disini aja," pinta Shazia saat sudah berada di jalanan kecil.
Shaka pun menuruti perintah Shazia, memberhentikan motor nya di pinggir jalan. Kemudian, ia melepas helm nya.
"Apa sudah sampai, mba?" Tanya Shaka.
"Sudah," jawab Shazia sembari merapikan jilbab yang bentuknya tak beraturan tertiup angin.
"Yang mana rumah, mba?" Tanya Shaka seraya celingukan.
"Itu." Shazia menunjuk dengan dagu nya ke suatu arah.
Shaka mengikuti arah yang ditunjuk Shazia. Dari jarak yang lumayan jauh, ia melihat sebuah rumah sederhana diterangi oleh lampu disekelilingnya. Rumah itu memang rumah sederhana, tapi tampaknya cukup nyaman dengan halaman yang cukup luas.
"Itu !" Tunjuk Shaka.
Shazia mengangguk.
"Tapi kan jaraknya masih jauh, mba. Kok mba minta turun di sini? Kenapa enggak di depan rumah aja. Ayok, naik lagi. Aku antar mba sampe depan rumah," ujar Shaka. Bersiap -siap menyalakan mesin motor nya lagi. Tapi, Shazia menggeleng.
"Enggak usah, ka. Di sini aja." Shazia menolak sembari celingukan. Ia khawatir ada tetangga julid yang melihat keberadaan mereka. Ya walaupun rumah Shazia cukup jauh dengan rumah para tetangga, tapi tetap saja ada beberapa tetangga yang selalu mengurusi hidupnya dan ibunya.
"Tapi kenapa, mba? "
"Maaf, ka. Aku enggak enak sama tetangga dan mama ku kalau bawa laki-laki malam-malam ke rumah," jelas Shazia.
"Ya tapi kan aku_"
"Sudah. Mending kamu pulang sekarang. Besok kamu harus kuliah, kan?" pungkas Shazia yang ingin Shaka segera pergi. Bukan apa-apa, ia hanya takut Shaka jadi bahan julid tetangganya. Jika bertemu dengan Emran pun, Shazia lebih memilih bertemu di luar. Oleh karenanya, Emran hanya pernah sekali saja ke rumah Shazia itu pun sembunyi-sembunyi.
"Please !! Kamu pergi sekarang ya !!" Shazia menangkup kedua tangan.
Shaka menghela nafas, kemudian mengangguk.
"Ya sudah. Aku pulang sekarang," tutur Shaka. Lalu menyalakan motor nya.
"Terima kasih ya, calon adik ipar !!" ucap Shazia tersenyum.
Calon adik ipar !! Glek. Shaka menelan ludah. Rasanya tak enak banget di panggil adik ipar. Andai saja.....
"Sudah cepet sana pergi !!" usir Shazia. Gadis itu celingukan dengan wajah cemas.
Dengan berat hati, Shaka pun pergi.
Setelah memastikan Shaka pergi, Shazia melangkah ke arah rumah nya. Pada saat tiba di teras, Aliyah keluar.
Melihat Aliyah, Shazia langsung mengucapkan salam dan menyalimi tangan nya dengan khidmat.
"Kamu kerja lembur lagi, sayang?" Tanya Aliyah yang sudah tahu jika setiap hari Senin puteri nya itu selalu kerja lembur.
"Iya, Bu."
"Pulang nya?"
"Naik ojek online."
Kening Aliyah mengkerut.
"Tapi kok ponsel kamu enggak di bawa, sayang. Terus gimana pesan ojek online nya?"
Shazia membola kan mata." Anu, Bu. Itu aku nebeng sama Nisa. Tadi aku minta tolong Nisa buat pesenin ojek Online." Shazia menggigit bibir. Ia tahu sekali nya berbohong maka akan menciptakan kebohongan baru dan terus begitu.
"Nisa lembur juga?"
"I-iya. Ya udah ya, Bu. Shazia mau bersih-bersih dulu." Shazia langsung masuk ke dalam rumah tanpa menunggu tanggapan ibunya.
Baru saja Aliyah menutup pintu, terdengar seseorang mengetok pintu dari luar.
"Siapa malam-malam begini yang bertamu !" Aliyah membatin keheranan. Tak biasanya rumah mereka di datangi seorang tamu di jam sebelas malam.
demi cinta jadi sopir pun d lakukan y shaka,tpi sayang yg d cintai cma nganggap adik aja.Tapi semoga mba shaziamu segera menyadari perasaannya.
Ihh nyebelin bgt keluarga pak ramlan benalu.
Waduh coky masa kamu lupa kalau bossmu absurt tapi baik hati itu sudah bucin sama mbak Shazia, jadi mau ada cewek cantik & tajir gak akan terlihat?? 😂😂😂 Gimana kalau Tasya buatmu saja🤭😅😅😍😍