Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Saat bersantai Aylin mengambil puding dan membawanya ke ruang keluarga, ia akan mengerjakan beberapa materi tugas untuk para muridnya.
Aylin juga menyelesaikan makan siangnya lebih cepat demi untuk menghindari berpapasan dengan Alvian.
Bahkan saat malam tiba Aylin lebih memilih membaca buku di gazebo halaman rumah.
Jika dirinya tanpa sengaja berpapasan dengan Alvian, ia sendiri yang akan lebih dulu menghindar.
Hal itu membuat Alvian sulit sekali untuk memejamkan mata, sikap Aylin yang di tunjukan padanya membuatnya merasa tidak di hormati.
"Berani sekali dia menghindariku seharian ini, bukankah yang seharusnya menghindar darinya adalah aku!" gerutu Alvian sambil terus membulak-balikan tubuhnya di atas ranjang.
Semakin hari kebencian Alvian pada Aylin semakin menggunung, apalagi saat melihat sikap Aylin yang seolah acuh tak acuh terhadapnya.
Sikap ketusnya selama ini masih belum berhasil menggoyahkan Aylin.
"Kita lihat saja nanti! Setelah kita tinggal terpisah dengan Mama dan Papa, apa kamu masih bisa bersabar menghadapi sikapku?" batin Alvian dengan senyum jahat tersungging dibibirnya.
**
**
Malam ini Pak Bastian dan Mama Veny akan menghadiri sebuah acara pengajian di pondok pesantren tempat di mana mereka dulu menimba ilmu.
Sehingga malam itu Aylin hanya berdua saja dengan suaminya yang sangat menyebalkan.
"Kalau tahu akan begini, lebih baik tadi aku ikut Papa dan Mama saja dari pada bosan seperti ini," batin Aylin seraya mengehela nafas panjang.
Dirinya sudah selesai menyiapkan materi untuk bahan mengajar besok.
Ia lebih memilih tetap bertahan di ruang keluarga sambil membaca novel favoritnya.
"Kenapa hidupku tidak seindah drama-drama dalam novel? Apa mungkin suatu saat nanti aku bisa merasakan hal indah itu?"
Tatapan Aylin menerawang jauh, selama ini karena dirinya memakai cadar, tidak banyak lelaki yang berani mendekatinya kecuali Riko.
Hubungan mereka pun hanya sebatas pertemanan dan Riko menganggapnya tidak lebih dari seorang adik.
Meski pun tak dapat di pungkiri jika Aylin memang sedikit menaruh rasa kagum pada pria beranak satu itu.
Saat Aylin tengah asyik dengan lamunannya, tiba-tiba Alvian datang dan berdiri tak jauh dari Aylin sambil menempelkan benda pipih miliknya di telinga.
[Iya sayang, sebentar lagi aku berangkat. Kamu mau makanan malam apa?]
[Tentu saja, Sayang. Kamu boleh meminta apapun yang kamu mau dan kamu pantas mendapatkan itu dariku, karena satu-satunya perempuan yang aku inginkan. Lagi pula aku bosan di rumah. Rumah ini terasa seperti neraka semenjak ada...]
Alvian menggantung kalimatnya lalu melirik ke arah Aylin, namun Aylin sama sekali tak menghiraukan keberadaan Alvian.
[Ya sudah sayang, sebentar lagi aku berangkat. Bye honey]
Setelah mengakhiri panggilannya Alvian melangkah menghampiri Aylin.
"Aku mau pergi keluar sebentar,"
"Silahkan," jawab Aylin tanpa mengalihkan pandangan dari novelnya.
"Kamu tidak bertanya aku mau pergi kemana?" tanya Alvian dengan senyum sinisnya.
"Itu bukan urusanku? Jika ingin pergi, pergi saja. Kunci saja pintunya dari luar, aku tidak ingin tidurku terganggu karena harus membukakan pintu!" jawab Aylin seraya beranjak pergi meninggalkan suaminya.
Aylin dengan santai melangkah pergi meninggalkan Alvian yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Dasar bocah? Dia pikir dengan memamerkan kemesraan dengan pacarnya aku akan cemburu dan menangis darah? Kekanak-kanakan sekali! Kapan dia akan bersikap layaknya pria dewasa?" gerutu Aylin dalam hati.
Aylin segera masuk ke kamar dan merebahkan diri di sana.
Sebelum matanya benar-benar terpejam, Aylin mendengar ponselnya berdering menandakan pesan masuk.
Ia ternyata mendapatkan pesan dari Byan yang saat ini sedang merindukannya, sama halnya dengan dirinya.
Meskipun usia mereka terpaut cukup jauh, namun Byan adalah satu-satunya teman yang selalu bisa membuatnya tersenyum.
Aylin membalas pesan dari Byan sambil mengukir senyum di bibirnya.
Alvian masuk ke dalam kamar, ia melihat istrinya terlihat bahagia saat bermain ponsel dan hal itu berhasil memancing emosinya.
"Apa dia sedang bertukar pesan dengan pria yang bernama Riko itu?" batin Alvian kesal.
Meskipun Alvian memiliki seorang kekasih, tapi ia tak mau jika istrinya juga memiliki hubungan dengan pria lain.
Hal itu sungguh menodai harga dirinya sebagai seorang pria.
Karena merasa emosi, tanpa sadar Alvian meraih sesuatu dari atas meja rias dan menghempasnya ke lantai begitu saja.
Prang!!!
Suara pecahan kaca saat benda itu membentur lantai seketika membuat Aylin terhenyak.
Aylin bangkit dari tidurnya dan menatap ke arah lantai.
Aliran darahnya seketika naik hingga ke ubun-ubun saat melihat benda yang di lempar Alvian ternyata pelembab wajah yang baru dibelinya.
"Mas Alvian, apa yang kamu lakukan?" pekik Aylin kesal.
"Harusnya aku bertanya! Apa yang kamu lakukan? Berani sekali kamu berhubungan dengan pria lain di belakangku!" sentak Alvian tak mau kalah.
Aylin sama sekali tak memperdulikan pertanyaan bodoh Alvian, ia lebih memilih turun dari ranjang dan berjongkok demi memastikan keadaan pelembab wajahnya yang kini tergeletak di lantai.
Namun, sebelum Aylin berhasil meraih benda itu, Alvian sudah lebih dulu menendangnya.
"Mas, kenapa kamu selalu bersikap kekanakan seperti ini? Aku saja membebaskanmu untuk berhubungan dengan siapa pun, lalu kenapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama?" tanya Aylin dengan dada bergemuruh.
"Pokoknya aku melarang kamu melakukan hal itu! Itu akan melukai harga diriku!"
"Lalu apa kamu memikirkan harga diriku juga?" jawab Aylin dengan mata yang memerah.
"Aku seorang pria, aku bisa memiliki istri berapapun yang aku mau!" jawab Alvian tak mau kalah.
"Kalau begitu lebih baik kamu menikah lagi! Hal itu lebih baik dari pada kamu terus berbuat zina dan memperbanyak dosa!" sentak Aylin yang sudah tak kuasa lagi menahan emosinya.
"Kamu tidak perlu bersikap sok suci, aku di belakangku kamu juga dengan pria lain, kan?" tuduh Alvian sambil terus menuding wajah Aylin.
Aylin dengan cepat mengambil ponselnya, lalu menunjukkan isi pesan dari Zahra pada Alvian.
"Lihat ini baik-baik, lain kali jangan asal menuduh orang tanpa bukti. Apa ini yang kamu pelajari selama kuliah di luar negeri? Benar-benar mengecewakan!" sindir Aylin.
Alvian mendengus kesal, sebenarnya tadi ia hanya berpura-pura sedang menghubungi kekasihnya untuk membuat Aylin merasa cemburu.
Sebenarnya Riana sudah tidur lebih dulu. Namun, jika dirinya tidak jadi pergi dari rumah, Aylin akan semakin merendahkannya.
"Sejak ada kamu di rumah ini, suasana di rumah ini jadi tidak nyaman, lebih baik aku pergi," gumam Alvian.
"Kalau mau pergi, tinggal pergi saja! Kamu pikir aku juga senang jika melihatmu? Tidak sama sekali," jawab Aylin dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Aylin segera mengambil sapu, dan membersihkan bekas pecahan kaca yang berserakan.
Ini pertama kalinya ia bertemu dengan pria semenyebalkan Alvian.
"Dasar cengeng, begitu saja nangis! Besok akan aku ganti!" bentak Alvian.
"Tidak perlu, aku bisa beli sendiri. Kalau memang mau pergi, lebih baik cepat pergi dari sini dan temui perempuan idamanmu itu, kasihan dia sudah lama menunggumu!" jawab Aylin ketus.
"Kamu..."
Alvian dengan cepat menyambar jaket dan segera meninggalkan Aylin yang masih berjongkok memungut pecahan kaca.
**********
**********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼