FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Sebuah kecelakaan menewaskan seluruh keluarga Arin. Dia hidup sebatang kara dengan harta berlimpah peninggalan orangtuanya. Tapi meski begitu dia hidup dalam kesepian. Beruntungnya ada keluarga sekretaris ayahnya yang selalu ada untuknya.
"Nikahi Aku, Kak!"
"Ambillah semua milikku, lalu nikahi aku! Aku ingin jadi istrimu bukan adikmu."
Bagaimana cara Arin mendapatkan hati Nathan, laki-laki yang tidak menyukai Arin karena menganggap gadis itu merepotkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Arin sampai kesusahan membawa banyak boneka yang berhasil Nathan dapatkan dari mesin pencapit itu. Ia tidak menyangka kalau pria itu malah asyik memainkan permainan receh itu sampai boneka yang ada di dalamnya habis tak tersisa. Semua orang sampai tercengang melihat hal itu karena mereka sama seperti Arin, tidak bisa mendapatkan apa yang ada di dalam mesin itu dengan mudah.
Tapi yang menderita juga ada, yaitu pemilik tempat permainan itu. Sejak tadi melongo melihat semua isi mesinnya habis terkuras. Dia hanya bisa gigit jari dan berharap orang seperti Nathan tidak ada lagi di dunia ini. Arin yakin kalau begini pasti pemilik tempat permainan itu rugi besar.
Sementara Nathan sangat bangga ada dirinya sendiri. Dia sudah berhasil mendapatkan banyak boneka itu, pasti Arin akan semakin kagum padanya kan. Kalau hanya permainan tak tik seperti itu sangat mudah bagi Nathan.
"Bagaimana apa kau senang sekarang?" tanya Nathan, ada puluhan lebih boneka sampai tubuh Arin tertutupi.
"Kak, kalau sebanyak ini bagaimana aku membawanya. Aku senang tapi aku hanya butuh satu atau dua saja sudah cukup. Kalau semua seperti ini bukannya orang lain tidak bisa bermain lagi," kata Arin. Dia tidak enak pada anak-anak yang iri melihatnya bisa mendapatkan boneka.
Nathan melihat sekeliling, benar juga apa kata Arin. Dia terlalu senang sampai tidak sadar kalau banyak juga yang mau bermain. Mereka semua menatap kecewa pada Nathan.
"Kamu bilang tadi cuma mau dua kan, begini saja. Kamu pilih yang kamu suka, selebihnya dibagikan pada mereka saja."
"Benarkah kak." Arin setuju dia senang karena bisa berbagi kebahagiaan juga pada orang lain.
Para anak-anak terlihat begitu senang mendapatkan boneka secara cuma-cuma. Mereka sangat berterimakasih pada Nathan. Ada juga yang minta rahasia agar bisa memainkan mesin penjapit itu, tapi Nathan tentu saja tidak memberitahukannya. Bagaimanapun dia tidak bisa membuat orang lain rugi.
"Ya ampun kak Nathan hebat sekali bisa mendapatkan semua boneka itu. Anak-anak itu juga jadi senang, terimakasih kak." Arin terus memeluk dua boneka kecil itu. Padahal dia pernah dapat hadiah yang sangat mahal tapi rasanya tidak semenyenangkan itu. Baginya itu bagaimana usahanya bukan harganya.
Nathan ikut senang, dia berjalan di belakang Arin. melindungi gadis itu yang sedang senang-senangnya mendapatkan hadiah. Berjalan lincah, kadang-kadang tak sengaja menyenggol orang lain. Katanya sudah tidak ingin dianggap anak kecil tapi kelakuannya masih seperti anak kecil. Nathan geleng-geleng kepala. Sedetik kemudian dia panik saat melihat Arin menabrak seseorang dan hampir saja terjatuh.
"Awaass!! Hati-hati!" pekik Nathan, untungnya dia berhasil menangkap tubuh Arin. Jadilah gadis itu tidak sampai mendarat di lantai yang keras. "Kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka." Nathan panik setengah mati. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana kalau sampai Arin terluka.
"Kak ... maaf aku tidak hati-hati," lirih Arin yang masih berada di pelupuk Nathan. Matanya sudah berkaca-kaca, dia sangat takut tadi. Ia pikir akan jatuh.
"Sudah tidak apa-apa, lain kali hati-hati dan jangan jauh-jauh dariku." Arin dipeluk erat. Sangat tidak tega melihat wajah gadis itu ketakutan.
Sementara orang yang tadi menabrak Arin ternyata marah dan tidak terima. Seorang ibu-ibu sosialita yang sedang mengkhawatirkan tas dan pakaiannya yang mahal.
"Hai!! Bisa pakai mata tidak kalau jalan, apa kau tidak tau berapa harga tas dan pakaian yang aku pakai. Bahkan kau jual diri saja tidak akan mampu untuk menggantinya kalau rusak," hardiknya songong sekali jadi orang. Padahal harta tidak dibawa mati.
"Saya minta maaf, saya tidak sengaja Nyonya," ujar Arin ketakutan. Terlebih saat ini para pengunjung mall sedang melihat kearah mereka. Sudah tahu kalau Arin itu pemalu, tapi saat ini malah jadi bahan tontonan.
"Enak saja minta maaf, lihat ini tas ku sampai lecek karenamu. Aku tidak mau tau, kau harus ganti rugi!" Marah-marah sambil menunjukkan tas 'kremes' nya itu.
Nathan sejak tadi diam saja tapi ternyata wanita itu semakin keterlaluan sampai membuat Arin ketakutan. Segera dia menarik Arin ke belakang punggungnya. Wajahnya sudah merah padam sangat marah.
"Apa anda yakin kalau adik saya yang menabrak. Aku lihat tadi anda yang tidak berhati-hati dan menabrak adikku sampai terjatuh. Bukankah seharusnya adikku yang marah dan minta ganti rugi?!" Nathan pasang badan.
"Jadi kau kakaknya, jalan gadis itu yang berjalan tidak pakai mata. Berjingkrak-jingkrak seperti ini mallnya sendiri saja. Dia yang seharusnya ganti rugi, atau aku laporkan ke petugas keamanan. Kalian tidak tau kan siapa suamiku aku. Kalian tidak akan bisa menang melawan ku." Tersenyum merendahkan.
Rupanya wanita itu mau membawa-bawa jabatan suaminya. Setinggi apa sih, sampai dia marah-marah pada CEO muda seperti Nathan dan pewaris perusahaan fresh grup. Mall itu juga merupakan anak perusahaan orang tua Arin dan Nathan tau itu. Tapi dia tidak sombong dan dia juga tidak ingin identitas Arin jadi terungkap di depan umum. Banyak sekali orang yang mau mencelakai Arin demi perusahaan besar itu.
Nathan sudah geram, dia menarik tas yang harganya mahal itu lalu melemparkannya ke lantai setelah itu dia injak sesukanya.
"Apa yang kau lakukan pria brengse-ek!! Apa kau tau tas ini harganya berapa. Ohh tidak tas ku yang baru aku beli." Wanita itu menangisi tasnya yang diinjak-injak Nathan.
"Ohh maafkan aku nyonya, aku hanya ingin tau apa tas itu benar-benar mahal atau palsu. Kalau tas mahal bukankah seharusnya tidak gampang rusak."
"Diam kau. Aku akan melaporkannya pada suamiku. Aku pastikan kalian berdua di penjara." Wanita itu berteriak.
Nathan sama sekali tidak takut, dia juga melihat sendiri kalau bukan Arin yang menabrak tadi. Dia bisa meminta rekaman cctv kalau diperlukan nanti.
"Mas, lihatlah mereka berdua sudah merusak tas yang kau belikan untukku." Wanita itu mengadu pada pria yang baru saja datang dengan seorang anak kecil digendongnya.
Nathan memperhatikannya, sepertinya dia kenal.
"Kak, bagaimana ini. Apa kita benar-benar akan di penjara. Kalau begitu, biar aku saja. Kak Nathan tidak salah," cicit Arin ketakutan.
"Tidak, mana mungkin aku membiarkan hal itu terjadi padamu. Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." Nathan mengusap kepala Arin.
Pria itu diseret istrinya untuk menghampiri Arin dan Nathan. "Itu mereka mas, cepat kau beri mereka pelajaran. Berani-beraninya melakukan hal ini pada istrimu." Mengadu terus sampai mengatakan hal yang sama sekali tidak benar agar kelihatan teraniaya.
"Apa kabar tuan Hendra ..." Deg