NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI BEKU

PEMILIK HATI BEKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: QUEENS RIA

Pertemuan yang di sudah atur kedua orang tua dari seorang pria culas dengan seorang gadis ceria dan pemberani di kota Bandung.

Mereka sengaja dibiarkan oleh kedua orang tua masing-masing, jika sudah dekat mereka dijodohkan untuk membangun rumah tangga dan keluarga kecil yang diinginkan orang tua.

Sampai ada sebuah kebenaran yang sangat menyakitkan untuk menguji kisah cinta mereka.

Akankah mereka akan mampu melewati nya? dan siapa yang akan menjadi pemilik hati cowok beku itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PHB | 34. Ijab Kabul.

Esok nya setelah kemarin sedikit ada luang waktu untuk memanen biji kopi, Mona dan Nando yang akan menjadi pengantin baru disibukkan serangkaian acara gladi resik, di Mona ia hanya cek final fitting gaun pengantin.

Nando sendiri sedang cek playlist lagu untuk penghibur acara pernikahan, lanjut nya dia mencoba rasa makanan catering yang akan di suguhkan, hingga cek ulang jumlah bangku hijau yang di pesan, serta tatanan dekorasi pelaminan yang usung.

"Do" Panggil Bu Sisil sambil membawa piring berisi kue kering.

"Eh iya mah"

"Ada kepala sekolah kamu datang sama ayah, ibu kamu, samperin dulu sana"

Nando mengerut kening "Pak Abidin? Beliau ini ngapain" Tanpa berlama-lama Nando langsung menghampiri.

Sampai sana Nando menyalimi punggung telapak tangan Pak Oki, Bu Erni dan juga Pak Abidin.

Vibes nya orang tua Nando dengan orang tua Nurul itu masih bercengkrama, sedangkan Nando sendiri masih terpaku berdiri seperti satpam.

"Ngapain berdiri? Duduk dulu" Titah Bu Erni.

Nando duduk, mencoba membaur bersama mereka. Setelah ia duduk Pak Oki langsung menyembur kata. "Kamu tau kan do, Minggu depan papah, mama, Pak Gilang dengan Bu Sisil akan ada proyek besar di luar negeri?"

Nando mendelik tajam "Iya, terus kenapa gitu pah"

"Jadi niat papah, papah akan rekrut kembali pak Abidin menjadi asisten pribadi papah lagi selama di Belanda, papah sudah omongin ke pihak keluarga Mona kalau kalian nanti akan dipindah sekolah di desa, kalau di kota papa sama mamah kurang yakin"

"...." Nando terdiam, tatapan nya pun menjadi dingin.

"Iya do, selain itu kamu sudah ada Istri jadi WAJIB menafkahi istri kamu, beruntung Mona punya kebun kopi, kamu lah yang nerusin usaha itu, nenek nya Mona sudah tidak ada tenaga lagi buat ngurus, anak-anak juga kan mereka sibuk dengan bisnis, termasuk Bu Sisil" Timpal Bu Erni.

"Mah? Aku masih sekolah"

"Alasan sekolah akan menjadi penghalang kamu gitu, iya?" Bu Erni sedikit terkekeh.

"Nando, denger mama, jangan sampai kamu telantar kan istri kamu, dosa tau. Kamu sebagai suami wajib kasih uang makan, tau gak mamah aja kalau papah kamu gak kasih uang bakal ngamuk-ngamuk, kamu gak mau kan di amuk Mona?"

Nando menggeleng kepala "Enggak"

"Nah sepulang sekolah, kamu bisa ngurus kebun itu berdua sama istri kamu, terus papah kamu akan kasih modal sedikit untuk Mona buka usaha didesa" Kata Bu Erni.

Dari sana, Bu Sisil tersenyum simpul, beliau melangkah ikut bergabung bersama mereka, sampai sana beliau menyetujui apa rencana baik dari orang tua nya.

Karena kebun kopi juga warisan dari kakek nya Mona, sebelum wafat beliau memberi wasiat untuk menjaga kebun itu sampai ke turunan nya.

"Tenang aja den, ada mbok Ika yang selalu menemani kamu" celetuk mbok Ika yang dari tadi sengaja menguping.

Pak Abidin ikut berbicara "Anak um juga nanti ikut pindah sekolah ke desa, tenang aja"

Ya, karena Pak Abidin akan terjun ke luar negeri, mau gak mau Nurul dipindah ke rumah kakek nenek nya di desa.

Nurul tumbuh dari kecil menjadi dewasa di desa ini, saat kelas satu SMA dia dipindahkan oleh papah nya, setelah tau Pak Oki ada proyek di Kota Bandung.

"Yaudah itu saja yang ingin papah sampaikan, silahkan kamu lanjut lagi"

**

Pagi itu, pukul 04.30

Monisha membuka kelopak matanya, pagi ini ia bangun dengan satu harapan yaitu, Ia berharap apa yang di bicarakan kedua orang tua nya semalam hanya sebuah mimpi saat terbangun di pagi hari.

Sial nya, malam itu pergi tanpa membawa serta, bahkan pagi nya pun ia tak bisa nerima kenyataan yang terjadi.

Bu Sisil dan Pak Gilang semalam bicara tentang apa yang dibicarakan orang tua Nando saat siang.

Mona menatap langit-langit kamar, dalam lamunan nya ia berkata "Sudah kaya ayam aku dipindah-pindah"

Mona sangat sedih harus berpisah dengan Novia dan semua yang sudah menjadi teman baik nya di sekolah Kota Bandung.

Pikiran Mona semakin semrawut mengetahui Nurul akan ikut pindah satu sekolah baru nya nanti.

Kelopak mata Mona kembali terpejam, hanya untuk menetralisir rasa kantuk yang masih menempel.

Tak ada yang bisa ia lakukan selain mengikuti perintah dari orang tua, mengikuti kemana takdir yang akan membawanya.

Mona semakin tenggelam dalam pikiran nya, hampir saja ia tidur kembali, tiba-tiba kenop pintu kamarnya terbuka. Mona langsung terbangun dari posisi terbaring di ranjang itu.

"Mona kamu cepat siap-siap, Nando sebentar lagi mau datang, kamu ini sudah bangun kesiangan malah tidur lagi" Titah Bu Sisil saat ini posisi beliau berada di ambang pintu.

Mona gak menjawab, mulut nya masih mengatup tanpa bersuara, ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.

Saat Mona sudah masuk ke kamar mandi, dia berdiam diri di depan cermin, menatapi wajah kucel dari pantulan itu.

"Takdir mana lagi yang akan kau dusta kan Mona" Mona tersenyum, dia menepuk kedua pipi nya. Barulah disitu Mona membuka pakaian tidur nya dan siap membersihkan seluruh badan nya.

Takdir yang di maksud Mona adalah selalu di pindahkan orang tua kemana dia berada, dan juga harus dihadapkan dengan satu situasi dimana dia harus terikat dengan satu ikatan pernikahan.

Emang dari dulu orang tua Mona cara main nya seperti itu. Sebut aja saat mulai pindah ke Bandung, Mona dibiarkan membaur dengan Nando, lalu dikenalin saat sudah akrab, terus dinikahkan saat mulai saling mencintai. Dan mereka akan ditinggal begitu saja di desa setelah menikah.

Berhubung Nando juga orang desa, jadi gak masalah kalau pihak orang tua nya Nando dengan rencana Bu Sisil, justru mereka sangat menyambut itu.

Setelah selesai mandi Mona memakai baju apa adanya dulu, sebelum akhirnya dia akan menuju ke kamar rias pengantin.

**

Di tempat upacara ijab kabul terlihat sudah ada penghulu, Ayah Tiri Mona yang sudah di beri wewenang mekanisme akad wakalah, Nando dan para saksi yang melihat. Mereka semua akan melakukan upacara ijab kabul beberapa saat lagi.

Mona sendiri akan keluar saat ijab kabul itu di ucapkan. Dia sengaja di tahan sebentar.

"Mas Nando silahkan jabat tangan dulu ke pihak calon mertua" Penghulu memberi jeda ucapan, saat mereka sudah jabat tangan beliau bicara lagi untuk memberi gladi ijab kabul.

"Nanti setelah Pak Gilang selesai mengucapkan ijab kabul, tolong bapak menghentakkan tangan seperti ini ke saudara Nando ya"

"Oke" Jawab Pak Gilang.

"Setelah itu baru Mas Nando mengucapkan ijab kabul nya dalam satu tarikan nafas saja, mengerti?"

Nando mengangguk kepala memberi tanda mengerti.

Nando kembali mengulur tangan setelah terlepas tadi, Dan kali ini jabatan tangan itu sungguh-sungguh untuk mengucapkan ijab kabul.

Terlihat tangan Nando gemetar, keringat dingin nya sudah mengucur di keningnya, jantung nya berdegup tak beraturan, ia sangat gugup karena ini pertama kali dalam hidup nya Nando akan menikah.

Di tempat lain yang di sekat oleh sebuah tirai, Mona masih bisa mendengar ucapan ijab kabul nikah nya, dia merasakan hal yang sama dengan Nando, rasa gugup menyerang.

Kedua telapak tangan mona bahkan saling meremas di antara gaun pernikahan di atas paha nya.

Mona semakin tegang saat pak penghulu itu bilang "Rileks ya mas Nando, konsentrasi"

"Kita mulai saja ya, silahkan Pak Gilang jabat tangan" Kata penghulu.

"Bismillahirrahmanirrahim, Ananda Vernando Permana, saya Nikahkan dan saya kawinkan anda, dengan putri saya yang bernama Monisha Listiani dengan mas kawin uang lima ratus ribu rupiah dan seperangkat alat sholat di bayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Monisha Listiani bin Sisil Dewi Oktavia, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"SAH" Ucap para saksi dan diakhiri dengan doa akad nikah yang dibacakan bapak penghulu. Doa itu diaminkan oleh para tamu yang sudah hadir.

Kedua pundak Nando merosot tajam setelah ijab kabul itu dia ucapkan dengan sangat lancar. Dia merasa lega, semakin lega lagi saat pak penghulu menyuruh Mona untuk dikeluarkan dari tirai. Senyuman Mona seakan membuat Nando puas.

1
partini
mau menghantam di sekolah ga salah bukane diem diem Bae ,,tu uler pada nemplok
Dek icha
hadir disini membawa iklan kk,, semangat
partini
nando lemah bnggt dah rada ilfil
partini
busettt dah ini mah kasarr buanggettt si neng ,,bagus sih tapi over kaya si neng wasallam
partini
lanjut
partini
👍
Sri Wiwiet
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!