WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlanjur salah
Arka menaikkan sebelah alisnya, tatkala di ponselnya tertera nama Alya yang belum ia rubah tanda love di belakangnya.
Sejak kapan Arka jadi begitu peduli dengan sebuah nama, sejak kapan ia jadi was was kalau kalau Shania mendadak datang dan melihat ponselnya. Arka mengangkat panggilan dari Alya, hanya sebatas menanyakan sudah makan atau belum dan basa basi yang biasa jika dilakukan pasangan kekasih lainnya. Shania yang haus kemudian keluar dari kamar, tapi saat ia menjejakkan kakinya di dapur, sayup sayup ia mendengar suara Arka tengah melakukan panggilan telefon.
Karena sifat keingintahuannya seperti anak balita yang sedang dalam masa golden age, Shania menguping pembicaraan itu, ia semakin dibuat penasaran mendengar nada bicara Arka yang santun dan terkesan lembut, beda saat dengannya yang terkesan arogan dan kencang. Ada perasaan tersentil disana, bahkan buku jarinya sampai memutih karena eratnya ia memegang gelas, setelah kembali mengisi air ke dalam gelas. Shania kembali ke dalam kamar, mendadak hatinya bergemuruh panas, tapi tak lama ia tersadar, dari awal saja hubungannya dan Arka memang dipaksakan, terlintas ucapan Inez tadi siang. Apa benar ia hadir diantara Arka dan pacarnya, tapi tunggu ! apa benar Arka sudah memiliki kekasih, pasalnya selama bersama Arka, belum pernah sekalipun Shania memergoki Arka sedang bersama wanita lain.
Otak yang tadinya sudah dipenuhi dengan rumus kimia mendadak blank. Shania lebih memilih menutup bukunya dan beranjak naik ke ranjang, memutar badannya hingga membelakangi pintu masuk.
Bersamaan dengan Arka yang masuk ke dalam kamar,
"Tumben sudah siap siap tidur, biasanya jam segini masih ngoceh !" gumam Arka mencibir seraya tersenyum meledek.
Shania mengingat ingat setiap momentnya bersama Arka, di setiap pertemuannya Arka memang tak pernah sekalipun bertindak lembut kepadanya. Beda dengan saat bicara di telfon tadi, juga saat ia kepergok taruhan dengan Maya, sebuah panggilan mampu merubah raut wajahnya menjadi ceria kembali.
Lalu jika benar, lantas siapa yang salah disini ? apa benar yang Inez bilang jika ia perebut pacar orang, bagaimana bisa seorang istri merebut suaminya dari wanita lain, otak cetek dan dangkal Shania tak mengerti. Lalu apa bedanya ia dari Maya ?
*********
Shania bangun seperti biasa sesuai alarm yang dinyalakannya, padahal semalam ia tidur pukul 2 dini hari, membuatnya memijit kepalanya sedikit pusing. Shania menyiapkan sarapan dan bekal seperti biasanya, hanya saja rasanya sedikit hambar sekarang, tapi dia siapa...yang menuntut balasan cinta dari seorang Arka. Shania tersenyum sinis, ia hanyalah gadis pengacau saja ? melintas setiap ucapan Arka terhadapnya dulu bagai kaset lama yang di rewind.
"Sehari saja Shania kamu jangan berulah ?!"
"Ceroboh !"
"Selalu berulah !"
"Terus kamu bisanya apa ?!"
"Loe bo*doh Shania ! harusnya loe sadar, bakalan ngejalanin rumah tangga kaya orang orang normal, ngarep !!!" sarkasnya untuk dirinya sendiri. Shania masuk ke dalam kamar, saat Arka masih di dalam kamar mandi. Ponsel Arka berdering, jelas terlihat oleh Shania karena letaknya yang berada di nakas, sebuah pesan dari Alya sebuah pesan biasa saja namun sukses membuat Shania semakin kerdil dan sadar diri. Arka sudah merubah nama Alya, dan menghapus tanda love di belakang namanya.
Alya
Mas, sudah solat subuh? semangat kerjanya. Miss you ❤
Shania tidak membuka pesan whatsapp itu tapi jelas terlihat dari layar utama isi pesannya.
Shania bergegas, mengganti pakaiannya. Ia memilih pergi ke sekolah duluan, tanpa sarapan terlebih dahulu di rumah.
"Pak !" Shania mengetuk pintu kamar saat Arka tengah berpakaian.
"Shania pergi duluan ya, assalamualaikum !" tanpa menunggu jawaban Arka, Shania langsung mengucapkan salam.
"Sha ?!" Shania sudah terlanjur pergi.
"Kenapa tuh anak ?!" Arka mendekati meja makan, mendapati sepiring nasi goreng komplit lengkap dengan ayam dan udang juga sawi, rupanya kemampuan Shania semakin membaik. Ditambah sekotak sandwich manis untuk bekalnya istirahat. Dan tak lupa secangkir kopi untuk Arka. Ada senyuman tersungging di wajah pria matang itu.
Setelah makan, Arka menyambar kotak bekal, memasukkannya ke dalam tas, lalu pergi.
"Biarlah, mungkin ia terburu buru karena ingin menghafal ?!" gumamnya.
Seharian ini Shania lebih banyak menghindar dari Arka, tak seperti biasanya. Saat ulangan pun ia lebih memilih tak banyak bicara.
"Nez, gue mau ke perpus !" ucap Shania mendadak berbalik arah, ketika di depan sana ada Arka, membuat Inez menganga kebingungan dibuatnya, sejak kapan si gemes nakal ini doyan mojok di perpus.
"Loe ga geger otak kan Sha? sejak kapan markas anak badung pindah ke perpus?" tanya Inez. Arka yang ingin menyambut Shania dibuat kebingungan saat Shania tiba tiba masuk ke perpustakaan.
"Sejak tukang cireng jualan pake wedges !" jawab Shania asal, memancing tawa Inez.
Nilai Shania akhirnya diatas kkm, ia langsung menghubungi Cakra untuk mengikuti memperkuat tim basket sekolahnya. Mungkin mulai hari ini ia akan disibukkan dengan ekskul basket, setidaknya mengurangi intensitas pertemuannya dengan Arka.
Shania masih melakukan tugas dan kewajibannya sebagai istri, mengantarkan makanan bekal ke cafe. Seperti siang ini meskipun ia ada jadwal latihan basket di sore hari, ia sekalian jalan menuju cafe mengantarkan makan siang untuk Arka.
"Hay eplibadihhh !!! ada yang kangen sama si cantik gemes ini ?!" seru Shania membuka pintu dapur.
"Hilih, mbak Shania ! bikin kaget aja !" Arga mengurut dadanya.
"Mbak, mbak ! dipikir Shania kang jamu gendong apa ! jangan mbak lah, masih muda nih !"
"Ka Dim, cieeee lagi ngelamun !" sapa Shania sudah dengan stelan basketnya.
"Sha, mau anter makan buat Arka ?" tanya Dimas.
"Yoi, ka !" jawab Shania.
"Mau basket ?" tanya Dimas.
"Bukan, mau jaipongan !" jawab Shania tertawa di sertai tawa lainnya.
"Cih, seriusan bisa basket nih ?! kapan kapan lawan ka Dimas !" tantangnya.
"Boleh !!" Shania menjawab tantangan Dimas.
"Tapi ntar jangan encok, pas tengah tengah !" bukan hanya Dimas yang terhibur dengan kedatangan Shania, tapi pun pekerja Arka yang lain. Pokonya kedatangan Shania membawa kehebohan tersendiri untuk mereka, Arka hanya menggelengkan kepalanya menyaksikan kehebohan dapur jika Shania hadir. Mereka tertawa, bercanda. Dengan sesekali Arka yang melempar senyum menyimak candaan Shania bersama para karyawannya.
"Ga apa apa ntar minta gendong Arka aja kalo encok !" jawab Dimas.
"Jangan lah, Shania aja belum pernah digendong ! minta ka Arga sama ka Lukman aja !" Lukman yang mendengar ikut bergabung.
"Boleh, ntar gue lempar ke jurang !" jawab Lukman.
"Pak, makan siang buat bapak !"
"Oh iya, ini dibagiin aja pak, tadi Shania ada ke toko kue bunda, kalo di rumah ga akan kemakan, Shania udah bagi buat pak Slamet, sisanya dibagiin aja buat yang kerja !" ucap Shania. Dimas yang mendengar tentu saja langsung senang, ia langsung meraih paper bag berisi kue dari toko kue bunda Shanua.
"Weittsss, tau aja kalo aa Dimas lagi butuh asupan yang manis manis ! makasih Shania cantik !" Dimas menaik turunkan alisnya pada Shania, membuat Arka mengusap kasar wajah Dimas.
"Makasih, bisa kita bicara sebentar ?!" tanya Arka pada Shania.
"Shania mau basket pak, udah telat !" tolak Shania halus.
"Sha," Arka mencoba menahan Shania dan membawa Shania keluar dari dapur, mereka berdiri di satu sudut.
"Kamu sedang mencoba menghindar dari saya ?!" tanya Arka, Shania tertawa meski itu terkesan dibuat buat.
"Menghindar ngapain, ga ada kata menghindar dalam kamus Shania !"
Pintu cafe terbuka, seorang perempuan berjilbab masuk ke dalam cafe.
"Mas, " panggil Alya, Shania bagai disambar kilat dewa Zeus. Seperti sedang ketauan selingkuh oleh istri pertama, padahal disini dialah yang istri Arka.
"Alya, " gumam Arka,
Tunggu, inikah Alya yang ada di ponsel Arka, yang isi pesannya merindukan Arka.
"Eh, ini !" tunjuk Alya.
"Nganterin makan siang buat suaminya, ya ?!" tanya Alya, meskipun tau dan sadar diri, tapi ada rasa sakit di hati gadis 17 tahun ini.
"Mas, ini loh yang aku ceritain kemarin, " Alya dengan sikap impulsifnya memeluk tangan Arka, padahal Arka sudah berusaha untuk menolaknya dan melepaskannya.
"Al, jangan begini !" Arka heran saja, belakangan ini Alya jadi agresif, padahal biasanya Alya tak pernah begini, seingatnya Alya wanita baik baik, tidak berani menyentuhnya.
Shania menelan ludahnya berat, Dimas ada disana, melihat getir ke arah Shania.
"Sha, " Dimas mencoba meraih Shania, tapi gadis ini menggidikkan bahunya tanda tak ingin disentuh.
"Shania, saya bisa menjelaskan..inilah yang akan saya bicarakan dari kemarin, tapi kamu selalu menghindar, " ucap Arka memegang tangan Shania.
"Mas, ada apa ?!"
Shania kebingungan dengan keadaan ini, ia yang semula diam kini bersuara.
"Shania ngerti pak, Shania mau ekskul basket dulu, assalamualaikum !" salamnya.
"Good Arka !!!" Arka meremas rambutnya geram akan dirinya sendiri, ia mengejar Shania. Kali ini kakinya membawa Arka untuk mengejar Shania meskipun gadis itu sudah terlanjur melajukan motornya. Dimas hanya menjadi penonton saja, ia pun bingung harus berbuat apa.
"Ini ada apa bang Dim ?" tanya Alya.
"Apa Alya berbuat salah ?"
Arka menghela nafasnya lelah, ia kemudian masuk ke dalam cafe, ingin meluruskan dan membereskan dulu urusannya dengan Alya.
"Al, ini yang saya mau beritahu padamu, tapi selalu saja ada gangguan, dan semalam yang saya bilang jika maaf, saya tidak bisa melamarmu karena saya sudah menikah..."
Alya terkejut, ia bahkan menutup mulutnya.
"Maaf, saya tidak bisa lama..saya harus menyusul Shania," Arka melepas celemeknya, memberikannya pada Dimas.
"Jika ada pertanyaan ataupun sesuatu yang ingin disampaikan kita cari waktu nanti saja, saya teramat menyesal terlalu lama mengulur waktu, hanya untuk mencari kalimat yang tepat, maaf Al..."
"Dim, titip cafe sebentar !" Arka meraih kunci mobilnya.
.
.
.