Nikahi Aku, Kak!

Nikahi Aku, Kak!

Bab 1

Arin hidup sebatang kara setelah seluruh keluarga nya meninggal dalam kecelakaan pesawat sepuluh tahun yang lalu. Ayah, ibu, kakek, nenek dan bibi tidak ada yang tersisa. Hanya harta benda yang berlimpah lah yang mereka tinggalkan untuk Arin. Sedangkan kakek buyutnya yang ia punya satu-satunya juga meninggalkannya sebulan kemudian setelah cucu dan menantunya meninggal dalam kecelakaan pesawat. Menyisakan Arin sebatang kara dengan harta berlimpah peninggalan mereka.

Namun, apalah artinya harta kalau Arin harus hidup dalam kesepian. Setiap hari dia hanya bisa melihat keluarga nya dari album foto yang ada. Kadang bercerita dan mencurahkan isi hatinya hanya pada sebuah foto.

"Arin, ayo turun. Kita makan malam bersama," ajak Febby. Dilihatnya gadis cantik itu sedang memandangi foto keluarga nya. Hampir setiap hari, terlebih lagi jika ia sendiri. Febby kerap kali melihat Arin sedang melamun.

"Iya aunty, sebentar lagi aku turun." Arin tersenyum lembut pada Febby, wanita yang begitu baik yang sudah merawatnya selama ini.

Arin kembali meletakkan foto itu di atas nakas, lalu kemudian dia mengambil bingkai foto yang lain, dimana ada dia dan seorang laki-laki di dalamnya. Foto itu diambilnya saat ia lulus SMA. Dia juga sangat merindukan laki-laki itu karena sudah satu Minggu mereka tidak bertemu.

Di meja makan.

Arin beserta aunty dan uncle nya makan bersama seperti layaknya sebuah keluarga bahagia. Hanya saja Arin tetap selalu merasa kalau ia hanyalah beban keluarga Febby.

"Dad, apa besok Nathan jadi pulang?" tanya Febby pada suaminya.

"Iya, urusannya di Rusia sudah selesai dan dia mungkin akan mendarat besok." Mike, pria dingin dan tegas itu menjawab pertanyaan istrinya.

"Sayang, kau dengar? Kakak mu pulang besok. Aunty sudah sangat merindukan anak itu. Oh iya siapa yang menjemputnya besok Dad?"

"Assistennya mungkin, dia bisa mengurusnya sendiri."

"Uncle, bolehkah kalau aku saja yang menjemput kak Nathan ke bandara?" tanya Arin bersemangat, dia selalu tidak ingin kehilangan momen apapun yang menyangkut Nathan, putra dari Febby dan Mike.

Febby yang paham bagaimana keinginan Arin pun memberikan kode pada suaminya agar dia mengijinkan gadis itu yang menjemput putra mereka. Tentu saja Febby sangat bisa merasakan bagaimana perasaan Arin pada putranya. Dari cara Arin menatap pun sangat kelihatan. Dan Febby sangat berharap kalau mereka bisa menjadi pasangan.

"Boleh nak, nanti uncle akan bilang pada assisten Doni agar tidak usah menjemput Kenan," Ujar Mike. Kalau dia sendiri tidak pernah memaksakan apapun karena Mike tipe laki-laki yang cuek dan tidak terlalu peduli pada sekiranya hanya saja dia cukup perhatian pada Arin, mengingat gadis itu kini tidak punya siapa-siapa lagi.

Esok paginya.

Arin sudah bersiap-siap tampil semenarik mungkin untuk menjemput Nathan, putra dari Febby dan Mike. Mereka sudah saling mengenal sejak kecil bahkan mungkin sudah dalam kandungan karena orang tua Arin dan Nathan berteman dekat. Mike juga merupakan sekretaris mendiang ayahnya yang sekarang dipercaya mengurus perusahaan peninggalan ayah Arin.

Arin mengambil foto di meja riasnya, dimana di sana berjejer banyak foto-fotonya bersama orang-orang tersayangnya termasuk yang saat ini ia pegang. Fotonya waktu masih kecil bersama Nathan, lelaki dingin dan cuek seperti ayahnya.

"Kak Nathan akhirnya kita bisa bertemu lagi," gumam Arin.

Nathan adalah laki-laki yang kerap dipanggil kakak oleh Arin. Mereka sangat dekat menurut Arin sendiri dan karena itulah perasaan Arin yang semula menganggap Nathan sebagai kakaknya, seiring berjalannya waktu Arin mulai mengagumi sosok Nathan dan jatuh cinta padanya. Sudah satu bulan lamanya Nathan berada di luar negeri karena terjadi masalah dengan perusahaannya yang ada di sana. Ya Nathan telah mendirikan perusahaan sendiri dan kini sudah sangat sukses hampir menyaingi Fresh Group.

Padahal Arin sudah meminta Nathan untuk mengurus perusahaan peninggalan ayahnya tapi pria itu tidak mau. Dia lebih memilih untuk memulai dari awal dan bukan menjalankan sesuatu yang bukan miliknya. Arin sama sekali tidak pernah berpikir begitu, rencananya bahkan dia enggan mengambil alih kursi kepemimpinan dan dia akan membiarkan Mike saja mengurusnya.

Arin punya impiannya sendiri sejak kecil, dia sangat suka melukis. Meski dari kecil ayah dan kakeknya selalu mengajarkan tentang bisnis tapi Arin sama sekali tidak tertarik.

Gadis Gadis berumur dua puluh tahun itu tampak cantik dengan dress selutut dan tas selempangnya. Tubuhnya mungil dan tidak terlalu tinggi seperti ibunya. Karena itulah dia kerap dianggap anak SMP, padahal dia sudah berkuliah di universitas impian jurusan seni.

"Cantik, kamu sudah mau berangkat?" tanya Febby yang melihat Arin menuruni tangga.

"Iya aunty, aku akan ke bandara sekarang. Takutnya kak Nathan sudah sampai duluan," ujar Arin.

"Baiklah, kamu hati-hati di jalan. Apa benar kamu tidak mau menggunakan sopir?" Febby terlihat cemas, baginya Arin itu gadis kecil menggemaskan jadilah ia selalu memanjakan Arin dan selalu tidak tega membiarkan ia pergi sendiri meski sekarang umurnya sudah cukup dewasa.

"Tidak Tante, Arin sudah punya SIM dan bukan anak kecil lagi yang mesti diantar kemana-mana. Arin tidak mau menjadi bahan ledekan kak Nathan lagi."

Febby mengusap lembut kepala Arin yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

"Aunty paham sayang. Putri aunty memang sudah dewasa dan cantik seperti ibunya. Aunty tidak akan melarang mu membawa mobil lagi, yang penting kamu harus hati-hati."

"Pasti aunty, daahhh... Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam."

Febby menatap kepergian Arin. Dia tersenyum lalu teringat pada orang tua Arin yang telah tiada.

'Rara, lihatlah putrimu sudah tumbuh dewasa dan dia tidak mau diperlakukan seperti anak kecil lagi. Tapi bagiku dia putriku yang masih sama menggemaskannya sejak pertama aku melihatnya. Dia juga sangat manis dan baik sepertimu dan dia pintar seperti ayahnya. Terimakasih, terimakasih karena kalian sudah menitipkan putri secantik Arin. Selama aku masih hidup, aku akan menjaganya sebaik mungkin.'

Tak terasa sepuluh tahun sudah sang sahabat pergi. Febby selalu sedih saat mengingatnya, bagaimana kebaikan mendiang ibunya Arin.

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

hadirr☝️☝️☝️dan lanjut baca part selanjutnya 😉

2023-08-31

0

Rhenii RA

Rhenii RA

Tadi Aunty sekarang tante?

2023-01-08

0

selviyaenjelista

selviyaenjelista

kk ceritanya bagus, mampir yuk ke karya aku( tak ingin menjadi madu) jangan lupa komentarnya

2023-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!