Lyn selalu menjadi bahan ejekan di mana pun ia berada. ia selalu menutupi wajah sebelah kiri nya dengan rambut panjangnya. Nasib buruk nya di mulai dari wajahnya yang rusak sebelah.
Karena bantuan tidak di sengaja dari Lyn, Edgar Mellon Gretchen CEO perusahaan mode ternama di Asia mencoba merangkulnya untuk bekerja sama secara pribadi. Lyn yang mendapat tawaran emas benar-benar memanfaatkan kesempatan untuk mengubah takdir nya saat mengetahui bahwa Shakila kakaknyalah dalang atas wajah rusaknya.
Dengan bantuan dari Edgar, Lyn sangat siap untuk membalas dendam atas penderitaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink.py, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
penjelasan isi paket
Bab 20
"Ya. Ini adalah aku yang sedang mentraktirnya makan di kafe tidak jauh dari kampus. Dia adalah Riri calon mahasiswa di Mellon University."
Edgar dan Milo saling pandang.
"Bisakah kau ceritakan detail kejadiannya?" Ucap Milo.
Mendengar ucapan Milo, Lyn mengerti sekarang jika Edgar dan Milo sedang berusaha mengintrogasi nya. Lyn paham jika Milo sedang menyelidiki sesuatu.
*Flashback on
Lyn memberhentikan mobilnya di depan gerbang Mellon University.
"Pak, tunggu sebentar ya, saya mau menyapa pemulung itu."
"Baik nona, saya akan menunggu dengan senang hati. Mohon untuk berhati-hati nona."
Lyn hanya tersenyum pada supirnya.
Supir Lyn sudah sangat hafal dengan yang di lakukan Lyn jika pulang dari kuliah nya. Lyn akan memintanya berhenti sejenak jika melihat pemulung atau orang kesusahan lainnya, kemudian Lyn akan turun untuk memberikan santunan pada mereka.
Seringkali sang supir khawatir dan ingin ikut turun juga mendampingi Lyn. Tapi Lyn tidak ingin melibatkan orang lain dari kegiatan amal nya ini.
Setelah memberikan santunan, Lyn tidak sengaja melihat seorang gadis yang lebih muda darinya sedang duduk termenung dengan memegang perutnya.
Lyn melihat penampilan gadis itu memang terlihat seperti anak orang kaya, tapi gadis itu terlihat seperti anak yang terbuang dengan kondisi kelaparan. Biasanya Lyn hanya akan menolong orang yang benar-benar terlihat susah, tapi melihat gadis itu sifat penolongnya tidak bisa ditahan.
Lyn pun memutuskan untuk mendekatinya dan mencoba untuk berbasa-basi.
"Hei, kau kenapa duduk di tanah seperti itu?"
Gadis itu mendongak melihat Lyn dengan wajah lesu.
"Kakak siapa?"
"Aku Lyn salah satu mahasiswa di kampus ini. Sepertinya kau terlihat sedikit pucat, apa kau sakit?"
"Aku sangat lapar. Sedari pagi aku disini karena tas ku di jambret oleh orang bermotor. Ah, bahkan aku tidak sarapan sebelum kesini." Ucapannya terdengar begitu lesu.
"Oya. Siapa namamu? Kita belum berkenalan"
Lyn menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Setelah terdiam beberapa saat, gadis itu mengambil tangan Lyn dengan tersenyum tipis.
"Namaku Riri, senang berkenalan dengan mu kak."
"Oke Riri.. kau sangat lapar? Bagaimana jika aku mentraktir mu makan. Ada kafe terdekat di sini, jadi kau tidak perlu menunggu lama untuk mengisi perut mu."
"Tapi.."
"Jangan dipikirkan, wajahmu sudah pucat lebih baik makanlah dulu setelah itu kau bisa ceritakan tentang tadi pagi."
Mereka berjalan kaki ke kafe karena memang jarak nya hanya 15 meteran dari kampus.
Setelah selesai makan, Riri menceritakan kejadian pagi itu dimana pada saat akan masuk gerbang tiba-tiba kakaknya yang mengantar untuk mendaftar harus segera pergi karena ada meeting mendadak. Alhasil kakaknya segera pergi dan membiarkan dia mendaftar sendiri. Saat dia sudah sendiri di depan gerbang tiba-tiba tasnya di jambret oleh orang bermotor. Dia tidak bisa kemana-mana karena barang-barangnya ada di tas semua.
Lyn yang berhati lembut pun ikut sedih mendengar nya.
Setelah bercerita, Riri meminjam hp Lyn untuk menghubungi kakaknya agar bisa cepat di jemput.
Sembari menunggu kakaknya, Riri bertanya tentang kegiatan kampus di Mellon University, kemudian malah merambat membicarakan tentang cita-cita, hobi, dan sebagainya yang menyangkut para gadis. Begitulah jika wanita menemukan teman ngobrol, mereka akan mengobrol panjang tanpa lelah jika tidak ada yang mengakhirinya.
Riri kemudian melihat tumpukan kertas hasil desain Lyn dan menginginkan untuk melihatnya.
"Eh, Apakah itu hasil karya mu?"
Lyn mengangguk.
"Bolehkah aku melihatnya? Sepertinya sangat bagus."
Sebenarnya Lyn ragu karena desain ini adalah pekerjaan rahasianya yang tidak boleh ada yang tahu. Tapi melihat Riri adalah calon mahasiswa jurusan desain, Lyn berfikir bahwa itu akan menambah wawasan untuknya. Lyn terdiam sejenak, kemudian menyodorkan setumpuk kertas itu.
Riri melihatnya dengan wajah yang berbinar, dia begitu antusias mengagumi karya Lyn yang begitu mahal.
"Wah karya mu sangat bagus kak, ini benar-benar mengagumkan. Ini benar-benar mahal, so classy. Kau sangat berbakat kak, ah rasanya aku ingin menjadi dirimu. Sepertinya aku akan menjadi penggemar mu sekarang."
Lyn hanya terkekeh pelan melihat Riri yang selalu mengoceh ria dengan berbagai pujian dan kekaguman akan karyanya.
Beberapa menit kemudian kakaknya datang menjemputnya. Sebelum Riri pergi, Riri mengambil kertas HVS yang masih kosong yang terselip di antara karya lainnya.
"Kakak aku begitu mengagumimu, aku ingin meminta tandatangan mu sebagai penyemangat ku. Aku akan belajar dengan keras agar bisa menjadi sepertimu. Boleh ya, kakak tandatangan ya untukku." Wajah Riri memelas manja.
Lyn tersenyum tipis melihatnya. Sebenarnya Lyn tidak ingin memberikan tandatangan sembarangan karena baginya itu adalah privasi yang harus dijaga ketat. Tapi melihanya sangat antusias untuk belajar setelah menjadi penggemarnya, Lyn jadi tidak tega untuk menolaknya. Lyn kemudian menggoreskan tinta diatas keras HVS itu. Namun Lyn merasa aneh karena Riri memintanya agar tandatangan di bagian bawah kertas. Tapi Lyn tidak mau berfikir negatif melihat betapa polos dan lugu nya gadis itu.
"Wah.. terimakasih kakak, ini akan aku bingkai di kamarku sendiri agar aku semangat belajar." Riri melompat kecil kegirangan.
Lyn hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Setelah mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Lyn, Riri dan kakaknya langsung pergi untuk pulang.
*Flashback off
"Kertas desain itu hanyalah beberapa karya baruku untuk Paris Fashion week yang ku kerjakan di kampus. Puluhan gambar ini akan di seleksi lagi oleh kakak Ed seperti biasanya." Tambah Lyn untuk mengakhiri ceritanya.
Setelah mendengar penjelasan Lyn, hati Edgar sangat lega karena isi dari paket itu bukan seperti dugaan buruknya. Dan Milo semakin yakin jika sang mata-mata tidak jauh dari mereka.
Tiba-tiba terdengar notifikasi dari hp Milo menandakan ada sebuah pesan masuk. Milo langsung membukanya dan terdiam sejenak, kemudian Milo memberikannya kepada Edgar.
Edgar melihatnya hanya menghela nafas. Dia diam sejenak, kemudian dia melihat Lyn.
"Dokter bilang kamu sudah boleh pulang hari ini."
"Benarkah?" Tanya Lyn dengan wajah berbinar karena dia sudah tidak betah di ruangan itu.
"Tunggu sampai pemeriksaan selanjutnya, setelah itu kamu bisa pulang saat itu." Ucap Edgar.
Waktu Lyn untuk pulang pun tiba. Lyn sempat protes karena Edgar membawanya ke perusahaan padahal Lyn sudah rindu dengan kamar mewahnya. Tapi karena Edgar mengatakan akan mengurus sesuatu, Lyn pun memahaminya.
Setelah berada di ruangan CEO, beberapa menit kemudian Lyn di kejutkan oleh beberapa orang yang masuk dengan langkah yang kasar.
Gedebug.
Shakila jatuh tersungkur karena dihempaskan dengan kasar setelah di seret oleh dua orang pengawal Milo.
Shakila menatap Lyn dengan penuh kebencian setelah tubuhnya berusaha untuk duduk.
Lyn melihatnya sangat kaget dengan kondisinya. Penampilan Shakila acak-acakan dan terlihat beberapa memar serta kemerahan di wajah, tangan, dan kakinya.
Edgar pun berbisik di telinga Lyn, mengatakan bahwa wanita didepannya inilah yang sudah membuatnya kritis dan membuat rugi Edgar beberapa hari yang lalu.
Lyn benar-benar marah melihat Shakila.
"Shakila.. beberapa tahun yang lalu kau merusak wajahku, dan sekarang kau membuatku kritis dengan alergiku. Kenapa kau tidak pernah puas dan selalu ingin menghancurkanku." Hardik Lyn.
"Aku tidak akan pernah puas jika kau masih bisa berdiri dengan kakimu." Pekik Shakila dengan penuh kebencian.
Lyn hanya diam ketika suara Shakila lebih keras darinya. Rasa marahnya menciut karena kebencian Shakila. Lyn benar-benar belum siap jika harus berhadapan dengan Shakila apalagi untuk membalasnya sekarang. Lyn belum mempunyai bekal apapun karena dari hari dia mencoba bangkit, Shakila selalu merobohkan kakinya agar tidak bisa berdiri tegak.
Sedangkan Edgar ingin sekali mencekik Shakila saat itu juga. Edgar tidak rela gadis kesayangannya masih di zolimi didepan matanya sendiri, namun dia harus menahannya. Dia harus lebih dominan terlihat menjadi bos yang tersakiti dan menghukum penghianat.
hadeuh