WARNING :
NOVEL INI TEMA WESTERN.
LETHICIA KANZANEVAA GRIGOR, dua puluh lima tahun. Wanita blasteran Spanyol-Rusia yang memiliki paras cantik, berambut panjang bergelombang sangat indah.
Sedari kecil Lethicia sangat menyukai membuat keramik untuk hiasan rumah.
Karena sering mengikuti pameran bergengsi itulah yang mengantarkannya berkenalan dengan laki-laki bernama Assensio Montana. Salah satu pewaris kerajaan bisnis Montana.
Tapi, Kebahagiaan itu terenggut beberapa minggu yang lalu. Assensio meninggalkan Lethicia untuk selama-lamanya karena kecelakaan pesawat tentu saja kejadian itu membuat Lethicia sangat syock.
*
ALVARO MONTANA, tiga puluh dua tahun. Merupakan putra tertua Montana. Memiliki dendam pada ayahnya serta adiknya. Namun semuanya berubah saat takdir mempertemukan nya dengan istri mendiang adiknya Lethicia.
Bagaimana selanjutnya?
yuk ikuti terus kelanjutannya 🙏
Jangan lupa KIRIM VOTE LIKE KOMEN KOPI DAN BUNGA YA🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VISUAL
VOTE YA 🙏
SEMOGA SUKA DENGAN VISUALNYA 🤗
Pesawat pribadi Alvaro, mendarat dengan selamat di bandara Charles de Gaulle.
Alvaro masih duduk ditempatnya. Sekilas ia memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya.
Ia melihat arloji yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul sembilan malam.
"Malam ini juga aku harus menemui Giselle. Aku akan memberi tahunya tentang pernikahan ku dengan Lethicia. Ia harus menerima pernikahan ini, karena hanya di atas kertas saja. Aku tidak akan memberitahu kedatangan ku kali ini ke apartemennya", batin Alvaro. Laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya.
Alvaro keluar pesawat dan langsung menuju mobil. Terlihat Sergio asistennya berdiri di belakang mobil. Begitu melihat kedatangan Alvaro ia membukakan pintu mobil.
"Ke apartemen Giselle", ucap Alvaro pada sopirnya Isco yang mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.
"Baik tuan", jawab Isco dengan hormat.
"Bagaimana perusahaan ku Lacoste, Sergio?"
"Perusahaan anda baik-baik saja tuan. Sudah banyak sekali berkas-berkas yang harus anda tandatangani", jawab Sergio.
"Besok pagi perintahkan pimpinan redaksi Lacoste Publisher menemuiku di ruang kerja ku", tegas Alvaro.
"Baik tuan".
Setelah mobil berhenti di depan lobby Alvaro turun. "Berikan kunci mobil ku pada valet parking. Kalian pulanglah beristirahat", ucap Alvaro menuju lift khusus apartemen mewah tempat tinggal Giselle yang berada di tengah kota Paris.
Alvaro menekan angka tujuh puluh, lantai dimana unit apartemen kekasihnya Giselle berada. "Tubuh ku begitu penat", ucap Alvaro memijat pelipisnya.
Ting
Alvaro keluar lift dan melangkahkan kakinya menuju unit Giselle. Tiba di depan pintu ia memasukkan password. Pintu terbuka, Alvaro langsung menyandarkan punggungnya pada sofa empuk di unit itu. Tapi tak terlihat dan terdengar suara kekasihnya.
"Honey.."panggil Alvaro sambil beranjak dari sofa, hendak mengambil minuman. Namun saat melewati kamar Giselle, telinga Alvaro menangkap suara-suara aneh dari dalam kamar itu. Suara de*ahan erangan hingga jeritan Giselle.
Seketika kedua netra Alvaro menggelap sambil mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku jemari tangannya berubah menjadi putih.
Ceklek
Gisellee...
Suara bariton membahana di seluruh penjuru kamar mewah itu.
Alvaro menghunuskan tatapan tajam pada dua insan manusia yang sedang berhubungan badan di tempat tidur berukuran besar itu. Terlihat pakaian dalam berserakan di lantai. Dan Giselle berada di atas tubuh laki-laki berusia muda.
"Honey kenapa kau datang tidak seperti biasanya menelpon ku dulu?" Ucap Giselle terdengar manja, menutupi rasa terkejutnya kedatangan Alvaro yang tiba-tiba. Berakhir dengan menangkap basah perbuatannya sedang bercinta dengan laki-laki muda. Giselle menarik tubuhnya dan menutupi tubuh telanjangnya dengan jubah tidur tipis.
Sementara laki-laki muda itu cepat-cepat memungut pakaiannya. Sambil memakai celana panjangnya.
Alvaro menghantam wajah pemuda yang kedapatan oleh Alvaro berhubungan intim dengan kekasihnya.
"Laki-laki tidak berguna, kau rasakan ini", teriak Alvaro menendang milik pemuda itu. Dan berakhir dengan jeritan kesakitan laki-laki itu.
"Sayang...hentikan. Jangan sakiti Damian. Damian pergilah", teriak Giselle sambil menahan tubuh Alvaro yang hendak memukul wajah Damian.
Damian berlari dengan tertatih-tatih sambil meringis menahan kesakitan pusat tubuhnya. Tubuh atasnya bahkan masih telanjang.
"Honey...", ucap Giselle bergelayut manja sambil melingkarkan kedua tangannya ke leher Alvaro yang masih terlihat sangat emosi.
Seakan tahu titik lemah Alvaro, Giselle me*umat bibir kekasihnya itu. Perlahan tangannya turun kebawah hendak membuka sabuk Alvaro.
Untuk sesaat Alvaro membiarkan wanita itu menguasai dirinya seakan-akan dia lah pemenangnya. Sudah berkhianat dan dengan mudahnya hendak mereguk cinta Alvaro pula.
Detik berikutnya dengan kasar Alvaro menarik tangan Giselle hingga terdengar gemeretak tulang tangannya.
"Kau pikir aku mau di sentuh oleh ja*ang seperti mu, hah!" teriak Alvaro dengan keras.
"Ow honey sakit, lepaskan tangan ku", ucap Giselle merintih kesakitan.
Dengan kasar Alvaro mencengkram leher Giselle hingga wajah wanita itu memerah dan mengeluarkan air matanya yang keluar dengan sendirinya karena kuatnya cengkeraman tangan Alvaro.
Alvaro merapatkan tubuh Giselle Kedinding kamar. "Mulai malam ini hubungan kita berakhir. Jangan pernah sekalipun kau menampakkan wajah la*ur mu ini dihadapan ku", tegas Alvaro sambil mendorong kuat leher Giselle hingga tubuh wanita itu terjerembab ke permadani tebal yang ada di lantai kamar itu.
"Akh, Sa-sakitt", Giselle meringis menahan sakit.
Alvaro tidak peduli dengan kondisi Giselle, ia melangkahkan kakinya keluar kamar hendak pergi dari unit apartemen itu.
"Honey, aku mohon jangan pergi. Aku tidak mau kita putus. Aku mencintaimu sayang. Aku tidur dengan Damian hanya sekali ini saja karena aku kesepian kau lama sekali pergi meninggalkan aku", ucap Giselle memohon sambil memeluk tubuh Alvaro dari belakang menahan laki-laki itu agar tidak pergi.
Dengan kasar Alvaro menghentakkan tangan Giselle agar menjauh dari tubuhnya.
"Sekali lagi aku ingat kan kepada mu, jangan pernah menyentuh ku lagi. Aku masih baik kepada mu la*ur, kau tidak ku usir keluar apartemen milik ku ini. Jangan coba-coba mendatangi ku lagi atau aku hancurkan dalam sekejap perusahaan keluarga mu!", ancam Alvaro sambil membanting pintu unit itu dengan keras.
Giselle membanting semua barang-barang di dekatnya hingga berhamburan.
"Brengsek kau Alvaro, aku tidak akan melepaskan mu. Lihat saja. Jika aku tidak memiliki mu maka aku pastikan wanita mana pun tidak akan memiliki mu brengsek", ucap Giselle dengan suara tercekat.
"Sial, kenapa aku bisa lalai begini bercinta di apartemen yang tentu saja Alvaro bisa datang kapan pun ia mau. Bodoh. Kenapa aku lupa merubah password itu...
...***...
YUK BACA JUGA :
PENGANTIN PENGGANTI
MENJADI YANG KEDUA
FIRST LOVE LAST LOVE
AIR MATA SCARLETT
SERPIHAN HATI ELLENA
tp nama desany beda...