Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Kayla
"Amira," ucap Reifan.
Amira menoleh ke arah Reifan.
"Mas Reifan." Amira bangkit dari duduknya.
"Gimana Mas? Kayla sudah mau makan?" tanya Amira pada Reifan.
"Iya. Aku sudah suapin dia tadi."
"Makasih ya Mas. Kamu sudah mau bantu aku bujuk Kayla makan."
"Iya Mir."
Amira menatap Reifan lekat. Saat ini Reifan masih mengenakan baju kantornya. Sepertinya dari kantor, Reifan langsung ke rumah sakit tanpa pulang dulu ke rumah.
"Oh ya. Kamu dari kantor langsung ke sini Mas? sepertinya kamu belum ganti baju," ucap Amira.
"Iya. Aku kangen sama kamu dan Kayla. Makanya aku buru-buru ke sini."
Amira manggut-manggut mengerti.
"Aku mau bicara sama kamu Mir," ucap Reifan.
"Kamu mau bicara apa Mas?" tanya Amira.
"Duduk Mir!" pinta Reifan.
Reifan duduk. Begitu juga dengan Amira yang mengikuti Reifan duduk.
"Kamu mau bicara apa?" tanya Amira.
"Amira, sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu untuk semua kesalahan yang sudah aku lakukan ke kamu. Aku tahu, kesalahan aku itu tidak pantas untuk dimaafkan. Tapi, apakah kamu mau memaafkan aku Amira?"
Sebenarnya Amira belum bisa memaafkan Reifan. Karena Reifan tidak hanya sekali dua kali menyakiti Amira. Namun dia sudah berkali-kali menyakiti Amira. Bahkan sebelumnya Reifan sudah pernah mentalak Amira dua kali. Dan mungkin ini yang ke tiga kalinya yang tidak akan bisa membuat mereka rujuk.
"Aku sudah maafin kamu Mas. Itu juga sudah berlalu. Aku sudah tidak mau melihat ke belakang. Yang berlalu biarlah berlalu. Untuk saat ini, aku hanya ingin Kayla sembuh. Kamu tahu kan, kalau aku cuma punya Kayla. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini Mas. Aku hanya ingin melihat Kayla tumbuh besar bersamaku," ucap Amira dengan mata berkaca-kaca.
Amira meneteskan air matanya. Dia sangat takut kehilangan Kayla. Karena Kayla adalah keluarga satu-satunya yang Amira punya. Amira tidak bisa membayangkan bagaimana seandainya Kayla pergi meninggalkannya untuk selamanya.
Reifan meraih tangan Amira dan menggenggamnya erat. Setelah itu dia menghapus air mata Amira.
"Amira, kamu tenang saja ya. Kayla pasti akan sembuh. Aku akan berusaha untuk mencari dokter yang terbaik untuk menyembuhkan Kayla. Berapapun biayanya aku tidak perduli. Yang penting kamu harus percaya sama aku. Kita berdoa saja agar Kayla cepat sembuh."
Amira melepaskan genggaman tangan Reifan. Dia kemudian mengusap sisa-sisa air matanya.
"Kenapa kamu mau membantu aku Mas. Bukankah kamu meragukan Kayla. Dulu kamu meragukan kalau Kayla itu anak kamu."
"Aku memang sudah salah paham sama kamu Amira. Dan aku nggak akan pernah membiarkan hidup kamu dan anak kita menderita lagi. Aku janji, mulai sekarang aku tidak akan membiarkan kamu menangis lagi. Bila perlu, kita rujuk. Dan aku akan membawamu pergi jauh dari keluarga aku. Kita bisa membuka lembaran hidup kita yang baru."
Amira tersenyum kecut.
"Mas, kamu fikir, pernikahan itu hanya sebuah lelucon yang bisa kamu jadikan candaan. Bukan Mas. Kita itu sudah tidak akan bisa rujuk lagi. Karena kamu sudah mentalak aku tiga kali. Bukankah dalam agama kita, wanita yang sudah di talak tiga kali oleh suaminya tidak akan bisa rujuk lagi, kecuali wanita itu sudah menikah lagi dengan orang lain."
Reifan diam. Memang semua ini salahnya. Penyesalan selalu datang terlambat. Seandainya Reifan tidak gegabah mengambil keputusan untuk mentalak Amira waktu itu, kejadiannya tidak akan seperti ini. Dia pasti masih bersama Amira sekarang .
Reifan menghela nafas dalam.
"Kenapa kita tidak bisa rujuk lagi Amira. Tidak kah kamu mau rujuk demi anak kita?"
"Mas, dulu kamu juga bilang seperti itu sama aku. Kamu bilang kamu akan berubah dan kamu akan percaya sama aku. Kamu merujuk aku, aku pun tidak keberatan demi anak kita. Tapi sekarang hubungan kita sudah tidak akan bisa diperbaiki lagi Mas. Rujuk juga percuma. Karena kita tidak akan bisa rujuk."
"Kenapa tidak bisa Amira. Di dunia ini tidak ada yang mustahil. Kalau kita masih jodoh, kita pasti akan bersama lagi."
"Jodoh kita memang sudah berakhir Mas. Kita bisa merawat Kayla walau kita tidak bersama. Tapi untuk rujuk itu tidak bisa Mas, kecuali aku sudah menikah lagi dengan lelaki lain."
"Ya sudah, kamu nikah lagi aja. Terus kamu cerai dan kamu nikah lagi sama aku. Gampangkan."
"Apa kamu gila Mas. Mana mungkin itu bisa terjadi Mas. Lelaki mana, yang mau nikah sama aku dan begitu nikah langsung cerai. Nggak masuk akal banget keinginan kamu itu Mas.'
Amira bangkit dari duduknya. Dia tidak mau melanjutkan percakapannya dengan Reifan yang menurutnya sangat konyol.
Amira masuk ke dalam ruangan Kayla. Reifan tidak tinggal diam. Dia buru-buru bangkit dari duduknya dan menyusul masuk ke ruangan Kayla.
Kayla tersenyum saat melihat ibu dan ayahnya.
"Mama, Papa."
Amira dan Reifan menghampiri Kayla.
"Kayla. Ada apa sayang? apa kamu butuh sesuatu?" tanya Amira.
Kayla menggeleng.
"Kayla seneng melihat Mama dan Papa akur seperti ini. Jangan berantem lagi ya Pa, Ma," ucap Kayla sembari menatap Reifan dan Amira bergantian.
Reifan dan Amira tersenyum.
"Sayang. Maafkan semua kesalahan Papa selama ini ya.Papa janji, mulai sekarang Papa tidak akan meninggalkan Kayla lagi. Papa akan selalu menemani Kayla," ucap Reifan.
Kayla meraih tangan Amira. Dia juga meraih tangan Reifan. Kayla kemudian menyatukan tangan ke dua orang tuanya.
"Mama, Papa, apa kita bisa tinggal bareng lagi. Kayla tidak mau jauh-jauh dari kalian. Kayla mau kita seperti dulu, bisa tidur bareng lagi bertiga."
Amira dan Reifan terkejut saat mendengar ucapan Kayla. Kayla tidak tahu saja kalau orang tuanya sudah bercerai dan tidak bisa tinggal serumah. Kayla masih berusia enam tahun, tapi sepertinya dia belum mengerti dengan kondisi orang tuanya.
"Sayang, mama dan papa sudah tidak bisa tinggal bareng. Tapi kalau Kayla mau tinggal sama Papa, Mama izinin kok," ucap Amira.
"Kenapa kita tidak bisa tinggal bareng lagi Ma? aku pengin selalu dekat dengan Mama dan Papa."
"Iya sayang. Kamu tenang saja. Kita bisa kok tinggal bareng lagi. Tapi tidak untuk sekarang. Kalau sekarang, Mama dan Papa belum bisa tinggal bareng. Tapi walaupun begitu, kasih sayang Papa ke kamu dan Mama tidak akan pernah berkurang," ucap Reifan mencoba memberi Kayla pengertian.
Kayla tersenyum. Walau ada sedikit rasa kecewa di hatinya, namun Kayla mencoba mengerti kondisi orang tuanya.
"Kay, sudah malam. Lebih baik kamu tidur sekarang ya. Apa kamu sudah minum obat?" tanya Amira.
"Sudah tadi sama Papa."
"Ya udah, sekarang Kayla tidur ya. Kata dokter, Kayla harus banyak istirahat. Biar Kayla bisa cepat sembuh. Dan kita bisa pulang ke rumah."
"Iya Ma."
Kayla menatap ayahnya lekat.
"Pa, aku pengin tinggal bareng Papa."
Reifan tersenyum.
"Boleh sayang. Setelah kamu keluar dari rumah sakit, nanti kita pulang ke rumah Papa ya," ucap Reifan.
Reifan bahagia, karena ternyata Kayla masih menyukainya dan tidak membencinya. Padahal sikap Reifan dulu sudah keterlaluan ke Kayla. Dan ternyata selama ini, Kayla tidak tahu menahu soal permasalahan orang tuanya. Karena Amira tidak pernah menceritakan kebenaran itu pada Kayla. Amira juga tidak pernah menjelek-jelekkan Reifan di depan Kayla. Kayla fikir, Reifan masih menjadi Papa idolanya.
Setelah mengobrol cukup lama dengan ke dua orang tuanya, Kayla mulai mengantuk. Dia mulai memejamkan matanya dan tidur. Setelah Kayla nyenyak, Reifan berpamitan untuk pulang.
"Aku pulang dulu ya Mir. Kalau ada apa-apa, kamu telpon saja aku. Kamu tidak usah khawatir tentang biaya rumah sakit. Aku yang akan menanggung semua biaya rumah sakit Kayla."
"Iya Mas. Makasih banyak ya "
"Tidak perlu makasih Mir. Kayla itu anak aku. Sudah kewajiban aku untuk menafkahinya."
"Untunglah kalau kamu sudah sadar Mas. Kayla memang masih membutuhkan kamu. Setiap hari, dia selalu menyebut-nyebut kamu terus."
"Ya udah. Aku pulang dulu ya. Nanti aku ke sini lagi."
Amira mengangguk. Setelah itu Reifan pun pergi meninggalkan ruangan Kayla. Reifan melangkah sampai ke tempat parkir. Dia kemudian masuk ke dalam mobilnya dan meluncur pergi meninggalkan rumah sakit.
Sesampainya di depan rumahnya, Reifan turun dari mobilnya. Dia kemudian masuk ke dalam rumahnya. Di ruang tengah, Bu Rianti tampak masih terjaga. Bu Rianti menatap Reifan tajam.
"Rei, kamu dari mana aja? kenapa jam segini baru pulang? lembur lagi di kantor?" tanya Bu Rianti.
"Iya Ma," bohong Reifan.
Reifan tidak mungkin mengatakan kalau dia dari rumah sakit jengukin Kayla. Karena Reifan tahu, kalau ibunya tidak akan suka jika mendengar hal itu. Reifan memilih diam dan tidak menceritakan soal Amira dan Kayla pada ibunya. Karena Reifan tidak mau ibunya membuat masalah lagi dengan Amira.
"Ma, aku capek banget Ma. Aku ke kamar dulu ya," ucap Reifan.
"Iya."
Reifan kemudian buru-buru pergi ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Reifan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Amira, kamu jangan khawatir. Aku akan mencari dokter yang terbaik untuk anak kita. Bila perlu, kita bawa Kayla untuk berobat ke luar negeri," gumam Reifan.
Reifan kemudian membuka dasinya dan pergi ke kamar mandi. Selesai mencuci muka, Reifan ganti baju dan naik ke atas ranjang. Dia kemudian berbaring untuk tidur.