Seorang gadis 24 tahun, seorang guru SD berparas cantik dan selalu berpakaian tertutup, tanpa sengaja menemukan seorang gadis kecil yang sedang menangis di pinggir jalan.
"Mama...!"
Gadis kecil itu memanggilnya dengan sebutan Mama, membuatnya terkejut dan kebingungan. Ia tak mengenal anak itu sama sekali.
Meski begitu, gadis kecil itu bersikeras memintanya untuk membawanya pergi bersama. Penampilannya tidak menunjukkan bahwa ia anak terlantar. Lantas, siapa sebenarnya gadis kecil ini? Apa rahasia di balik pertemuan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur dzakiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keberangkatan
"Selanjutnya kita harus bagaimana? Apa langsung menangkap mereka yang ada di balik Bella?" tanya Aland.
"Tidak, kita masih harus memantau mereka." ucap Shaka berjalan menuju kasur lalu duduk, " Meskipun dokumen ada di tangan mereka, tapi mereka tidak akan bisa mengelolanya." lanjutnya.
Gunung kembar yang menjadi pusat proyek 500T, meski Shaka tahu di dalamnya terdapat batu kristal putih. Tetapi belum pasti bisa menemukannya, karena sebelumnya, pegunungan kembar sudah ada yang mencoba untuk di tambang, namun di tinggalkan karena tidak ada batu kristal yang di temukan. Shaka juga masi meneliti alasannya, tapi dia yakin bahwa ada batu kristal berharga 500T jika sudah di kelola menjadi berlian dan perhiasan, atau produk lainnya.
"Pantau saja mereka seperti yang sudah di lakukan," ucap Shaka dengan wajah seriusnya.
Di dalam dokumen memang ada beberapa informasi mengenai gunung kembar, tapi tidak ada tentang penelitian Shaka di dalamnya, namun dokumen itu sangat penting karena surat izin pemerintah juga ada di dalamnya.
"Baiklah, oh.. untuk kasus nona Khyra masih sangat sulit di jangkau," tutur Aland. Ia sudah menyuruh beberapa koneksinya untuk menyelidiki kasus tiga tahun, namun belum di temukan titik terangnya.
"Terus saja lanjutkan penyelidikannya."
"Baik Pak," kemudian telponnya terputus.
Shaka membaringkan tubuhnya yang terasa lelah, hari ini Shaka memutuskan untuk beristirahat hingga besok, karena dia butuh energi untuk mengurus pekerjaan ayahnya di Tiongkok. Shaka berpikir agar bisa segera menyelesaikan pekerjaan itu selama satu hari, dan sisanya dia ingin melakukan liburan bersama Putrinya dan juga Khyra. Namun itu masi rencana, entah pekerjaan itu bisa selesai dalam sehari atau tidak.
Tidak butuh lama Shaka sudah merasa sangat ngantuk, mungkin karena tidurnya hanya 3 jam saat di Perusahaan. Kedua mata Shaka sudah tertutup hingga terlelap dalam tidurnya.
"Mama.. Mama.." panggil Lea dimana Khyra sibuk mengotak atik handphonenya. Khyra sibuk bertukar pesan WhatsApp dengan Sakinah sahabatnya.
"Mama..!"
"Hmm? Ada apa Lea?" tanya Khyra sembari menyimpan handphonenya. Kemudian menggendong tubuh kecilnya naik ke atas kasur.
"Besok kita akan liburan ke Tiongkok kan?" Lea masih ingin memastikan, karena dia tidak percaya kalau dia akan liburan keluarga Negeri.
"Iyaa.. Lea masih tidak percaya?"
"Lea percaya kok, tapi.." Lea tidak melanjutkan perkataannya, ia menunduk lalu terdiam.
"Tapi apa sayang?"
"Kenapa mama santai saja, seharusnya kita sudah menyiapkan pakaian yang akan di bawa, dan menyiapkan tempat apa saja yang akan di kunjungi. Orang lain.. Jika ingin berlibur, sudah menyiapkan semuanya." jelas Lea menampilkan bibir cemberutnya.
"Ohh.. Rupanya begitu ya, tapi ini masih jam 10, bukannya terlalu cepat untuk bersiap Tuan putri?" ujar Khyra.
"Hm!!" Lea melipat kedua tangannya di dada, bibirnya semakin cemberut. Khyra paham apa yang Lea rasakan, dia sangat senang dan tidak sabar, makanya dia terlalu bersemangat untuk mempersiapkan liburan pertamanya.
"Bagaimana.. kalau kita lihat-lihat di internet, tempat apa saja yang bagus?"
"Ya! Kita harus melihat tempat yang bagus!" ucap Lea kembali semangat, dan memancarkan senyuman yang sangat lebar.
"Lea suka tempat yang seperti apa?" tanya Khyra.
"Bersejarah! Lea suka tempat yang bersejarah," ucap Lea begitu semangat.
"Bersejarah ya.." gumam Khyra, padahal Khyra menebak Lea mungkin akan suka pemandangan bunga atau lautan, atau tempat yang anak kecil sukai. Rupanya dia memilih tempat yang bersejarah, sungguh, sangat berbeda dengan anak kecil lainnya.
Khyra kemudian men-search tempat bersejarah yang ada di Tiongkok. Lea dan Khyra begitu fokus melihat-lihat gambar yang telah di tampilkan.
"Ini, Lea mau kesini!"
"Jingshang Park?"
"Iya..!"
"Baiklah, tapi mama tidak janji ya, soalnya kita harus lihat dulu ayah Lea akan kerja dimana, kalau jauh dari kota Beijing berarti kita cari yang terdekat saja. Oke?"
"Emm.. Baik, mama," ucap Lea masih melihat-lihat gambar hasil dari pencarian.
"Anak pintar," puji Khyra sembari mengusap rambut halus Lea.
***
Pagi ini terlihat begitu cerah, cuaca juga sangat bagus, Lea dan Khyra sudah menunggu di lantai satu dengan koper bawaannya.
"Cucuku.. Sangat bersemangat ya?" ucap Nyonya besar yang telah keluar dari salah satu ruangan. Ia menggendong tubuh kecil Lea.
"Nenek sendiri dong nanti? Kalau Cucuku pergi." tuturnya.
"Ada Kakek, ada pelayan, nenek tidak sendiri tuh!" ucap Lea ketus.
"Hahaha.. Cucuku masih tidak suka ya sama nenek?" ucapnya memasang wajah sedih.
"Heum.. Lea suka nenek, k.. kok!"
"Benarkah? Akhirnya.." ucapnya senang dan mencium pipi chubby Lea.
Shaka kemudian muncul bersama Aland, tidak terlihat barang bawaannya. Shaka menyodorkan Visa dan tiket pesawat pada Khyra.
"Kenapa hanya Visa? mana paspornya?" tanya Nyonya besar.
"Saya sudah memiliki paspor Nyonya," jawab Khyra sembari mengambil Visa dan tiket yang Shaka sodorkan.
"Oh.. Baguslah.. semoga perjalanan kalian menyenangkan," ucapnya.
Kemudian Shaka, Lea dan Khyra segera masuk ke dalam mobil untuk menuju bandara. Mereka duduk di bagian kursi tengah, Lea berada di antara Shaka dan Khyra untuk menjadi jarak pembatas.
"Saya tidak melihat koper anda Tuan?" tanya Khyra pelan.
"Aku tidak perlu membawa apapun, aku bisa beli," jawabnya dengan mata tertuju ke depan dan wajah angkuhnya, sangat jelas kalau dia memamerkan dirinya yang memiliki banyak uang.
Khyra tidak dapat berkata-kata dan merasa menyesal menanyakannya. Memang sih, untuk perjalanan tiga hari buat dia yang seorang konglomerat, untuk apa membawa barang? Khyra menunduk dan tiba-tiba merasa tidak nyaman, di dalam mobil ini semuanya berkasta tinggi, selain dirinya saja yang hanya orang biasa.
"Astaghfirullah.. Khyra kamu memikirkan apa sih? " batin Khyra menyadarkan dirinya yang memojokkan posisinya sendiri, padahal di mata Allah semuanya sama saja. Khyra segera meminta maaf karena pikirannya yang seolah tidak bersyukur dengan apa yang diberikan.
"Kalian juga seharusnya tidak perlu membawa koper," lanjut Shaka.
"Ya?" tanya Khyra.
"Itu hanya merepotkan," ujar Shaka, padahal di sana mereka bisa beli apa saja, untuk apa membawa koper. Di mata Shaka, membawa koper untuk berpergian terlihat merepotkan dan kampungan.
Khyra tidak menjawab ucapan Shaka, ia paham maksud ucapannya, dan menurut Khyra tidak perlu menjawabnya. Mata Khyra melihat keluar jendela, menikmati pemandangan yang mereka lewati.
Dua jam kemudian akhirnya mereka tiba di bandara, karena penerbangan jam 9, jadi masi tersisa 30 menit. Shaka membawa mereka ke ruang VIP untuk beristirahat dan menikmati hidangan yang di siapkan. Shaka memerhatikan Lea dan Khyra secara bergantian, dimana keduanya menikmati beberapa dessert yang sama.
"Kalian sudah seperti, ibu anak kandung, bahkan dessert yang kalian makan semuanya sama," tutur Shaka sembari menyimpan kembali cangkir yang berisikan kopi.
Khyra dan Lea sendiri tidak menyadari kalau setiap dessert yang mereka ambil sama.
"Mungkin secara naluri selera kita sama," jawab Khyra.