Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

Abian menahan senyumnya melihat tingkah Raya yang malu padanya saat menyadari kenyataan. Jika wanita cantik yang memberikan bunga itu ternyata adalah dirinya.

"Ya! Buka tangannya!" Serunya sengaja menggoda istrinya itu yang masih setia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Nggak..! Kak Bian sana aja..." Sahutnya tanpa menyingkirkan kedua tangannya dari wajahnya yang sudah di pastikan memerah seperti kepiting rebus.

Abian terkekeh mendengar itu. "Kamu yakin nih, nggak mau dengar cerita aku yang di tembak seorang wanita cantik dengan seikat bunga mawar yang sekarang mawar nya itu telah layu. Tapi aku tetap masih memanjang nya!" Ucap Abian yang kini telah duduk di samping Raya.

Mendengar ucapan Abian itu semakin membuat Raya malu luar biasa! Bisa-bisanya Om-om yang menjadi objek keisengan teman-temannya waktu itu malah kini beneran menjadi suaminya.

Raya tidak bersuara, gadis itu kini mengubah posisi nya menjadi memunggungi Abian yang mati-matian menahan diri untuk tidak tertawa melihat tingkah lucu istrinya itu.

"Ya! Gak boleh loh memunggungi suami begitu. Apalagi di ajak bicara tidak di sahutin itu...."

"Malu.....!" Ucap Raya sembari menutup dirinya dengan selimut. Hingga kini dirinya sudah seperti gundukan bantal saja.

"Hahahaha...!!" Akhirnya tawa Abian pecah karena tidak kuat melihat kelucuan Raya yang bersembunyi di balik selimut.

"Ih...Kak Bian jangan ketawa....kan aku makin malu nih!" Ucap Raya lagi yang masih berada di dalam selimut.

"Abisnya kamu lucu deh! Masa malunya sampai sembunyi gitu!" Balasnya sambil menarik-narik ujung selimut agar terlepas dari Raya.

"Jangan di tarik kak, aku malu beneran... udah sana kak Bian lanjut kerja saja!" Usirnya yang benar-benar sangat malu saat ini. Terlebih sebelumnya sempat menduga jika bunga itu dari kekasih Abian. Yang ternyata itu adalah bunga pemberian nya beberapa Minggu yang lalu.

"Ya, kalau kamu nggak buka, aku gendong nih!" Abian sengaja mengancam akan menggendong Raya apabila gadis itu tidak kunjung keluar dari selimut.

Mendengar itu Raya pun secepat kilat keluar dari selimut itu. Abian bisa melihat wajah merona istrinya itu yang semakin terlihat imut nan menggemaskan.

"Pengen gigit bibirnya!" Rengek Abian yang hanya bisa ia suarakan dalam hati.

"Gitu dong, masa di ajak bicara sama suami kok ngumpet di dalam selimut!" Ucap Abian yang masih berusaha menahan senyumnya melihat wajah Raya yang malu padanya.

"Kak Bian mau bicara apa emang?" Tanya nya tanpa memandang lawan bicaranya. Masih malu banget!

"Liat aku dong Ya, masa ngomong nya begitu, buang muka!" Protes Abian yang sengaja menggoda Raya.

Raya pun perlahan menatap Abian yang ada di sampingnya. "Kak Bian mau ngomong apa?" Tanya nya lagi. Kali ini sambil menatap Abian.

"Kamu sudah tahu kan, wanita cantik yang ku maksud itu siapa? Dia berani sekali loh berlutut di hadapanku dan memintaku untuk menjadi kekasihnya. Menurutmu.... jawaban apa yang akan aku berikan?"

"Ih...kan! Nggak usah bahas itu ah! " Rengek Raya yang benar-benar sangat malu mengingat apa yang telah di lakukan nya saat itu. Yang berlutut di hadapan Abian sembari menyodorkan seikat bunga mawar merah yang sekarang Bunga nya telah layu.

Dan bodohnya lagi dirinya mengira bunga layu itu pemberian kekasih Abian.

"Ah, gadisku, rengekan mu itu candu banget Ya!.." Keluhnya yang lagi-lagi hanya bisa menyuarakan dalam hati saja.

"Oke! Oke, gak bahas itu lagi deh! Tapi boleh nggak aku tahu bunga itu awalnya dari siapa?" Akhirnya Abian mengalah karena kasian melihat Raya yang benar-benar malu. Dan kini beralih menanyakan asal muasal bunga itu sebelum di berikan padanya saat itu. Sebab tadi Abian menangkap nama seseorang dalam obrolan Raya dan geng nya. Nama seorang pria yang tentu saja sedikit mengganggu pikirannya.

"Untuk apa kak Bian mengetahuinya dari mana bunga itu berasal?"

"Nggak apa-apa hanya ingin tahu saja Ya!"

"Bunga itu dari Jody, temen sekolah beda kelas. Dia ngasih kado itu saat kami selesai Ujian kemarin!" Jawab Raya apa adanya.

"Jody itu cewek apa cowok?" Abian ingin memastikan lagi walaupun sudah tahu dari namanya saja itu adalah cowok.

"Ya, cowok lah kak! Mana ada cewek namanya Jody!" Seru Raya sembari terkekeh-kekeh membayangkan Jody berubah menjadi cewek.

"Apa dia menyukaimu?" Tanyanya tanpa melepaskan tatapan nya pada Raya. Abian menelisik raut wajah Raya saat membahas tentang teman cowoknya yang bernama Jody itu.

"Nggak tahu deh kalau soal itu! Sebenarnya sih, aku nggak mau nerima kado pemberiannya. Tapi temen-temen bilang terima saja untuk kali ini. Mereka kasihan sama tuh anak keseringan ku tolak pemberiannya!" Jawab Raya yang biasa saja saat membahas tentang Jody.

Abian pun mengangguk-angguk mendengar jawaban dari Raya.

"Boleh tanya sesuatu nggak Ya?" Abian membaringkan tubuhnya telentang di samping Raya yang duduk sila dengan bantal di pangkuannya.

"Kak Bian mau tanya apa?"

"Jawab yang jujur ya!"

"Oke!"

"Apa kamu punya pacar di sekolah?" Akhirnya keluar juga pertanyakan itu dari mulut Abian yang sebenarnya sudah sangat penasaran dari semalam. Hanya saja belum sempat bertanya Raya sudah mengantuk.

"Em.....kasih tahu nggak ya!" Balas Raya sengaja mengerjai Abian ingin balas dendam sebab tadi sudah menggodanya.

"Ya..! Serius nih!" Gemas Abian.

"Kepo itu nggak baik Kak!" Ucap Raya lagi sembari menahan tawanya dengan menutup mulut nya dengan sebelah tangannya.

Melihat itupun Abian sangat gemas pada gadisnya itu yang bisa-bisanya membuatnya penasaran seperti ini.

"Nakal ya kamu!" Abian mengelitik pinggang Raya hingga gadis itu terlonjak dan berguling di tempat tidur.

"Kak...! Hentikan geli...! Stop.. Kak, ampun... Hahaha!" Raya tidak bisa menahan tawanya saat Abian mengelitik pinggangnya.

"Kak, udah! Ampun!" Pintanya yang sudah lelah menahan tawanya. Sehingga tidak menyadari jika posisi keduanya saat ini begitu intim dengan Raya yang berada di atas tubuh Abian yang berbaring telentang di tengah tempat tidur.

Abian menikmati wajah cantik istrinya itu. Sungguh anugerah dari sang Pencipta yang sangat indah yang di berikan padanya. Berupa seorang istri yang cantik dan baik seperti Maharaya.

Menyadari posisinya yang tidak baik itu Raya salah tingkah dan ingin turun dari sana. Namun tangan Abian menahanya.

"Biarkan begini saja dulu Ya! Sebentar saja, please!" Ucapnya menatap lembut netra indah Raya yang menatapnya dengan berkedip-kedip lucu.

mendengar itu Raya pun menurut dan memilih untuk menyandarkan kepalanya di dada Abian untuk beberapa saat. Menikmati degupan jantungnya yang menyatu dengan degupan jantung Abian sehingga menciptakan irama yang menenangkan di telinga Raya.

Entah karena nyaman atau apa bersandar di dada bidang suaminya itu sehingga tanpa sadar Raya sudah tertidur pulas di sana.

Menyadari nafas Raya yang teratur Abian sudah menebak jika gadisnya itu tertidur di atas tubuhnya.

"Ya ampun...bocil menggemaskan ini! Bisa-bisanya tertidur di saat seperti ini!" Gumam Abian geleng-geleng kepala melihat Raya yang bisa-bisanya tertidur di atas tubuhnya.