Setelah melalui malam panas bersama dengan seorang pria yang dia sewa, Zhia tiba-tiba hamil. Zhia melahirkan sepasang anak kembar yang sangat genius. Tapi dia tidak pernah menyangka pria yang dia sewa dulu adalah seorang Ceo dari perusahaan terbesar didunia bahkan seorang ketua Mafia! Rayden Cano Xavier, Ceo tampan yang memiliki sifat dingin, arogan dan sangat kejam.
Hay, kak!😄😄😄
Novel ini masih On Going 'yah, kak! Dan akan Update 1 Bab/hari.
Jadi, mohon dukungannya 'yah!🙏🙏😄
Jangan lupa tinggalkan like, Coment, Vote dan kasih bintang 5 juga 'yah! Biar semakin bersinar novelnya!😘
Novel ini hanya ada dan akan update di Aplikasi Noveltoon/Mangatoon saja. Yang ada ditempat lain itu semua plagiat. Jadi, mohon dukungan untuk novel orisinilku ini 'yah!😉
Dan jangan Lupa berikan ❤💕💖 untuk Author tersayang kalian ini!😘😘😘
Tambahkan ke rak novel favorit kalian 'yah! supaya tidak ketinggalan kisah seru Double L!😉
Terima kasil All!😉😘😚😙
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cano Kecil
Sesuai janji Zhia, setelah menjemput Luca dan Lucia dari sekolahnya. Zhia langsung membawa kedua anak kembarnya menuju kesalah satu Mall terbesar di daerah itu untuk membelikan Luca sebuah computer baru.
Tampak terlihat jelas diwajahnya bahwa Luca dan Lucia merasa bahagia, karena bisa pergi berjalan-jalan di Mall bersama dengan mamahnya.
Begitu sampai didalam Mall, Luca langsung mangajak Lucia berlari menuju kesebuah toko elektronik. Disana tersedia berbagai jenis computer dari mulai model lama sampai dengan model yang baru keluar.
“Mamah, mamah! Luca mau computer yang itu!” ujar Luca yang menunjuk kearah sebuah computer dengan penuh semangat.
“Yang mana, sayang? Ini?”
Zhia pun bertanya untuk memastikan, apakah benar computer yang dia pegang saat ini adalah computer yang sedang diinginkan oleh putranya.
“Iya, Mah! Luca mau yang itu.” Sahut Luca matanya sudah sangat berbinar, dia sudah tidak sabar ingin segera mencobanya.
“Oke, Tunggu sebentar ‘yah! Mamah akan tanyakan dulu pada pegawainya.”
Zhia kemudian berjalan menghampiri seorang pegawai yang bekerja disana.
“Permisi, Mba!” sapa Zhia dengan senyumanya yang ramah.
“Iya, Nyonya! Ada yang bisa saya bantu?”
Pegawai itu dengan sigap mengeluarkan pelayanan terbaiknya.
“Saya ingin tahu, berapa ‘yah harga computer yang disana?” Zhia langsung bertanya tanpa malu-malu.
“Ouh, yang disana adalah computer keluaran terbaru saat ini. Computer itu memiliki model dan speck paling bagus diantara computer yang ada disini dan harganya $2,999, itu pun sudah masuk harga promo, Nyonya!” Jelas sang Pegawai yang menjelaskan secara singkat, padat dan jelas. Apalagi dibagian harganya.
“Apa?! Apakah sudah tidak boleh kurang lagi, Mba?” Zhia memberanikan diri untuk menawarnya lebih rendah lagi.
“Maaf, Nyonya! Sudah tidak bisa, itu sudah termasuk sangat murah karena sedang promo. Jika membeli dengan harga aslinya mungkin sampai $5,000 atau $7,000 an, Nyonya.” Sang Pegawai kembali memjelaskan.
“APA?!”
Kedua bola mata Zhia pun seketika membulat begitu mendengar harga aslinya. Dia tidak menyangka harga computer bisa sampai semahal itu.
“Mamah, bagaimana? Luca boleh ‘kan beli computer yang itu?” tanya Luca yang menghampiri mamahnya kerana merasa tidak sabar, disusul oleh Lucia dibelakangnya.
“Iya, boleh ‘kok! Apa yang tidak bisa mamah berikan untuk Luca ‘Sih!”
Melihat Luca yang sudah sangat berharap, Zhia pun tidak teg ajika tidak dia belikan.
“Yeah, terima kasih banyak, Mah!”
Luca yang merasa sangat bahagia karena mendapat computer baru, langsung saja memeluk mamahnya dengan erat.
“Sama-sama, sayang!” ujar Zhia yang juga merasa bahagia saat anaknya merasa bahagia.
“Selamat ‘yah, kak! Sudah mendapat computer baru sekarang.” Lucia pun turut bahagia atas apa yang didapatkan oleh kakaknya.
“Terima kasih, Luci!” Luca pun beralih memeluk adiknya dengan erat.
“Mba, saya ingin membeli yang itu.” Ujar Zhia pada Pegawai itu sembari menyerahkan kartu kreditnya.
“Baik, Nyonya! Akan kami mengemasnya sekarang juga.”
Pegawai itu pun menerima kartu Zhia dan mulai mencatat nota pembeliannya, setelah uang masuk Pegawai itu pun memberikan Kembali kartu kredit pada Zhia.
“Mba, bisa langsung dikirim ke alamat ini, tidak?” tanya Zhia sembari menyerahkan alamat rumahnya.
“Tentu, Nyonya!”
Pegawai itu pun tersenyum dan mengambil alamt yang diberikan oleh Zhia untuk mengurus pengirimannya.
Setelah mendapat computer baru untuk Luca, Zhia pun lalu mengajak mereka untuk berkeliling. Dan kebetulan sekali, disaat itu Noland dan Julia sedang berada di Mall tersebut.
“Cano?” ujar Julia yang tanpa sengaja melihat seorang bocah laki-laki yang sangat mirip dengan anaknya saat masih kecil.
Namun, bocah kecil yang dilihat Julia bukanlah Rayden Cano Xavier putranya melainkan Luca Maverick putranya Zhia.
Julia yang merasa penasaran tanpa sadar terus mengikuti anak kecil itu. Julia meninggalkan Noland begitu saja yang sedang asyik memilih setelan jas untuk dipakai pada pesta nanti malam.
Noland yang tersadar bahwa istrinya sudah tidak berada disampingnya lagi, dia pun langsung panik dan segera pergi untuk mencarinya.
Hingga dia tiba di area permainan anak, Noland melihat Julia yang sedang terlihat kebingungan sendiri.
“Sayang, apa yang kau lalukan disini? Kenapa kau pergi tanpa bilang-bilang padaku, aku sangat khawatir tahu!” ujar Noland yang langsung memeluk istrinya itu dengan eratnya.
“Pah, lihatlah Cano ada disana!” Julia berseru, tanganya terus menunjuk kearea permainan anak dimana dia melihat bocah kecil yang sangat mirip dengan putranya saat masih kecil.
Akan tetapi, bocah kecil itu kini sudah hilang entah kemana.
“Mana mungkin Cano berada disana? Dia pasti sedang sangat sibuk dikantornya.” Ujar Noland yang tidak percaya sama sekali dengan perkataan istrinya yang satu ini.
“Ta-tadi aku benar-benar melihat Cano disana, Pah!”
Julia pun tetap kekeuh bahwa dia tadi melihat putranya sedang asyik bermain disana.
“Mana ada? Jangan ngawur ‘lah, Mah! Mana mungkin Cano akan bermain didalam sana sekarang.”
Noland pun menepis perkataan istrinya yang tidak masuk akal. Karena bagaimana mungkin Cano putranya akan bermain seperti anak kecil diusianya yang sekarang.
“Bukan Cano besar yang mamah lihat, Pah! Tapi Cano kecil!” Julia pun kini memperjelas perkataannya.
“Mah, Cano kita sekarang sudah dewasa dan sebentar lagi akan menikah. Mana mungkin dia menjadi anak kecil lagi.”
Noland pun berusaha menyadarkan istrinya dengan menyebutkan fakta yang sebenarnya.
“Ta-tapi_.....”
“Sudahlah, Mah! Sebaiknya kita pulang sekarang. Mungkin kau merasa Lelah, jadi melihat hal yang tidak-tidak.”
Noland sudah tidak ingin membahasnya lebih jauh lagi, dia pun mengajak istrinya untuk pulang saja. Kaena dia pikir istrinya sedang kurang sehat, sehingga melantur yang tidak-tidak.
Bersambung........
..