NovelToon NovelToon
Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Kebangkitan Raja Dunia Bawah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Dunia Masa Depan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: asep sigma

Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis di Balik Layar

Malam Sebelumnya.

Markas Edgar terasa lebih ramai dari biasanya. Sejak Kael dan Taron tiba bersama Elira setelah insiden penculikan, suasana di tempat ini berubah. Dan kini, dengan kedatangan Iris, seorang hacker yang hampir tertangkap oleh Cobra Zone, membuat situasinya lebih menarik.

Gedung tua yang menjadi markas itu memang tampak kumuh dari luar, tapi di dalamnya, atmosfernya terasa lebih hidup. Meja panjang di tengah ruangan penuh dengan berbagai makanan seadanya—roti kering, beberapa kaleng dan botol bir, dan sepiring besar daging panggang yang hampir habis karena menjadi perebutan oleh orang-orang yang berada di sana.

Kael duduk dengan tangan terlipat, memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. Di depannya, Edgar—si pria besar dengan bekas luka di wajahnya—duduk dengan santai, sesekali menyesap minumannya. Taron, seperti biasa, sibuk mengunyah makanan sambil bercanda dengan anak buah Edgar.

Elira duduk di samping Kael, masih terlihat sedikit lelah setelah insiden kemarin, tapi matanya berbinar mendengar percakapan yang berlangsung. Sementara itu, Iris duduk di ujung meja dengan tangan menopang dagunya, menatap mereka dengan penuh perhatian.

Taron, yang sedang mengunyah sepotong roti, meliriknya. “Jadi… kau ini sebenarnya siapa, hacker kecil?”

Iris menoleh ke arahnya, mendengus. “Namaku Iris. Dan aku bukan anak kecil.”

Taron mengangkat alis, lalu melirik Kael seolah berkata, ‘Lihat bocah ini, galak juga.’

Kael, yang duduk dengan tangan terlipat, mengamati Iris dalam diam sebelum akhirnya bertanya dengan nada serius, “Berapa usiamu?”

Iris menggulung lengan jaketnya, memperlihatkan gelang digital di pergelangan tangannya. “Baru masuk 16 tahun, bulan lalu.”

"Kau bertanya umur nya Zayne, padahal kau lebih muda darinya." Gurau Edgar.

Di susul gelak tawa yang lainnya. Terdengar memenuhi ruangan itu, lalu suasana ruangan kembali hening sejenak.

Elira, yang sejak tadi memperhatikan, menatap Iris dengan rasa iba. “Kau masih sangat muda… tapi sangat berani bertarung melawan organisasi sebesar Cobra Zone?”

Iris menatap langit-langit dengan ekspresi getir. “Aku tidak punya pilihan.”

Edgar menyilangkan tangan. “Cobra Zone memang sudah seenaknya merampas kebahagiaan kehidupan orang lain. Entah kenapa mereka masih diterima oleh masyarakat. Aku tak tahu apa yang Cobra Zone perbuat kepadamu, tapi kalau kamu mau, kamu bisa mencurahkan semuanya di sini.”

Iris menggigit bibirnya, jari-jarinya menggenggam erat perangkatnya seolah menahan sesuatu yang sulit untuk diucapkan.

“Empat tahun lalu… aku punya kakak laki-laki. Namanya Felix.”

Kael memperhatikan perubahan ekspresi gadis itu. Dari sikap santai dan sinisnya, sekarang Iris terlihat rapuh—seperti seseorang yang membawa beban terlalu berat untuk pundaknya yang kecil.

“Felix adalah segalanya bagiku. Kami hidup hanya berdua, setelah orang tua kamu meninggal dalam sebuah kecelakaan." Iris terisak. Berhenti sejenak, lalu melanjutkan ceritanya. " Dia hacker hebat, jauh lebih baik dari aku.” Iris mengusap air matanya dan suaranya terdengar pahit menyayat hati. “Dia selalu bilang dunia ini penuh dengan orang serakah dan aku harus belajar bagaimana cara bertahan.”

Elira menelan ludah, sudah bisa menebak ke mana arah cerita ini.

Iris melanjutkan, suaranya sedikit bergetar. “Suatu hari, dia menemukan sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat. Sebuah dokumen terenkripsi dari server Cobra Zone. Kami tidak tahu isinya waktu itu, tapi Felix yakin itu sesuatu yang besar.”

Edgar menghela napas, tahu bahwa cerita ini tidak akan berakhir bahagia.

“Cobra Zone menemukan kami.” Iris menggigit bibirnya, suaranya semakin pelan. “Aku masih ingat malam itu."

"Iris cepat ke sini, kamu masuk ke dalam lemari ya. Ingat jangan keluar, walaupun di luar ada suara ribut, kamu harus tetap di sini. Sampai suasana tenang, kamu baru boleh keluar." perintah Felix—kakanya Iris.

"Tapi kakak bagaimana? Kakak harus bersembunyi juga." Pinta Iris.

Tapi Felix tidak menjawab dia menutup pintu lemarinya dan pergi meninggalkan Iris.

Iris berhenti, mengusap matanya dengan kasar. “Dan sejak saat itu, aku tidak pernah melihatnya lagi.”

Ruangan itu dipenuhi kesunyian.

Kael mengepalkan tangannya. Dia tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang berharga karena kebrutalan Cobra Zone.

Elira meletakkan tangan di bahu Iris, menatapnya dengan penuh simpati. “Aku… aku turut berduka.”

Iris menarik napas panjang, menenangkan dirinya. “Sejak saat itu, aku mulai mencari segala hal yang berkaitan dengan Cobra Zone lalu mengekspos segala hal buruk yang berkaitan dengan mereka. Aku belajar semua yang aku bisa tentang peretasan, menyusup ke sistem mereka, meretas data mereka, membuat kekacauan di dalam organisasi mereka. Semua yang kulakukan hanya untuk menghancurkan mereka.”

Taron bersiul pelan. “Oke, aku tidak menduga ceritanya akan seberat ini.”

Iris menyeringai kecil. “Dan sekarang, aku sudah cukup kuat untuk membuat mereka membayar.”

Kael akhirnya berbicara, suaranya dalam dan penuh tekad. “Kalau begitu, kau tidak sendirian lagi.”

Iris menatapnya, sedikit terkejut.

“Kami semua punya alasan untuk melawan Cobra Zone,” lanjut Kael. “Dan jika kau ingin balas dendam, kau ada di tempat yang tepat.”

Edgar mengangguk, menyeringai. “Ya, anak kecil. Selamat datang di grup gila ini.”

Iris tertawa kecil untuk pertama kalinya sejak cerita itu dimulai. “Jangan panggil aku anak kecil.”

Taron mengangkat tangannya dengan ekspresi bercanda. “Baik, baik, Nona hacker.”

"Lalu, bagaimana kalian bisa bertemu dan menjadi sekutu?" tanya Iris dengan muka penasaran.

Akhirnya Taron menceritakan semua kejadiannya berawal. Dimulai pertikaian kecil di sebuah gang dan akhirnya sampe ke penculikan Elira.

Iris mendengarkan semuanya dengan seksama. Sesekali dia meringiskan wajah, mengeryit kebingungan, dan akhirnya tertawa di bagian akhir.

"Aku masih nggak percaya," Iris akhirnya membuka suara. "Kalian benar-benar nyaris saling bunuh, hanya karena salah paham?"

Edgar menyeringai, menepuk bahu Kael dengan keras. "Ya! Dan aku juga tidak menyangka. Di belahan dunia ini, ada seorang anak kecil yang bisa berduel denganku."

Kael mendesah, mengusap bahunya yang masih terasa nyeri akibat duel mereka sebelumnya. "Mungkin juga, di belahan dunia ini ada juga anak kecil yang bisa mengalahkanmu."

Taron tertawa, hampir menyemburkan makanan yang sedang dikunyahnya. "Hahaha! Mana mungkin ada anak kecil yang bisa mengalahkan Edgar. Kurasa hanya kau saja, sebuah anomali yang setara dengan Edgar walau badanmu sangat kecil."

"Diam kau," Kael menatap Taron tajam.

Semua yang ada di ruangan itu tertawa terbahak-bahak. Suasana mulai mencair lagi, setelah beberapa saat mereka merasakan kesedihan sebelumnya.

Di tengah suasana yang mulai mencair, Iris menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Kael dengan ekspresi serius.

"Ada sesuatu yang harus kalian lihat," katanya sambil mengeluarkan sebuah perangkat kecil dari dalam jaketnya.

Ruangan yang tadi penuh tawa mendadak sunyi. Semua mata tertuju pada Iris saat ia menyalakan perangkat itu dan menghubungkannya ke layar holografik di meja tengah. Gambar berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menampilkan sebuah video.

Gambar yang muncul adalah ruangan gelap dengan pencahayaan redup. Dua sosok duduk di seberang meja panjang—salah satunya adalah Ronan Lucien, pria dengan aura dingin dan berwibawa. Lawan bicaranya adalah seorang pria tua berjas lab putih dengan rambut keperakan yang tertata rapi.

Kael merasakan tubuhnya menegang.

"Dia adalah Ronan Lucien, dan Dr.Gregor," gumam Iris pelan.

Kael menatapnya tajam. "Jadi kau tahu siapa dia?"

Iris mengangguk, matanya tak lepas dari layar. "Dia salah satu ilmuwan utama di Lothar Industries. Seorang jenius dalam bidang bio-teknologi dan cybernetics."

Taron, yang biasanya santai, kini duduk tegak. "Oke… sekarang aku benar-benar ingin tahu apa isi pembicaraan mereka."

Iris menekan tombol, dan suara dari rekaman terdengar.

Ronan Lucien: "Jadi, bagaimana perkembangannya?"

Dr. Gregor: "Kami hampir mencapai tahap final. Nexus Core sudah cukup stabil untuk uji coba, tapi kami masih butuh beberapa penyempurnaan sebelum bisa diimplementasikan sepenuhnya."

......................

Ronan Lucien: (menghela napas, lalu berbicara dengan nada dingin) "Kau tahu aku bukan orang yang sabar, Gregor. Cobra Zone telah menginvestasikan banyak sumber daya ke proyek ini. Aku tidak ingin mendengar kata ‘belum siap’."

Dr. Gregor: (mengusap keningnya, tampak gugup) "Aku mengerti, Tuan Ronan. Tapi Nexus Core bukan sekadar proyek biasa. Ini adalah revolusi. Jika kita terburu-buru… risikonya terlalu besar."

Ronan Lucien: (tersenyum samar, tapi ada ancaman di balik ekspresinya) "Risiko? Tidak ada inovasi besar tanpa pengorbanan. Pastikan semuanya siap. Aku tidak peduli dengan hambatan teknis… atau etis."

Dr. Gregor: (terdiam, lalu mengangguk pelan) "Baik… aku akan mempercepatnya."

Ronan Lucien: (bersandar ke kursinya, menatap Gregor dengan tajam) "Bagus. Pastikan juga tidak ada yang mencium keberadaan Nexus Core. Jika ada kebocoran… aku akan memastikan kepala yang bertanggung jawab akan berpisah dari tubuhnya."

......................

Video berakhir. Suasana di ruangan itu begitu sunyi hingga suara napas mereka terdengar jelas.

Edgar menggebrak meja, wajahnya penuh kemarahan. "Bajingan itu benar-benar tak punya hati! Jadi inilah yang mereka rencanakan?"

Elira menatap Iris dengan tatapan tak percaya. "Bagaimana kau bisa mendapatkan rekaman ini?"

Iris tersenyum tipis, sedikit bangga. "Aku… punya cara sendiri."

Taron mengangkat alis. "Jangan bilang kau memasang kamera di ruangan Ronan?"

Iris mengangkat bahu santai. "Kurang lebih begitu. Aku mengirimnya sebuah pot bunga dengan dalih hadiah dari sebuah penggemarnya. Dia tidak curiga sama sekali, dan menaruhnya di ruangan pribadinya. Alhasil aku mendapatkan tangkapan besar, seperti ini."

Kael masih diam, matanya penuh dengan pemikiran.

"Jadi, Nexus Core bukan hanya sekadar proyek," gumamnya. "Ini adalah sesuatu yang bisa mengubah segalanya. Jika Ronan dan Cobra Zone berhasil…"

Elira menyelesaikan kalimatnya dengan suara lirih. "Mereka akan menguasai dunia."

Iris menatap mereka satu per satu. "Selain itu, apa kalian tau tempat proyek ini dilaksanakan?" Iris berhenti sejenak. "Yap, di pabrik cabang utara Lothar Industries. Lebih tepatnya, tempat kau," katanya sambil menunjuk Kael. "Taron dan Elira bekerja."

Semuanya terkejut dengan fakta baru ini. Tempat yang pernah mereka singgahi, ternyata adalah tempat proyek besar dari Cobra Zone.

Kael mengaitkan kedua tangannya dengan jari jemari. Dia berpikir keras, lebih dari sebelumnya.

"Baiklah, mulai selanjutnya. Pembahasan kita adalah rencana untuk menggagalkan proyek Nexus Core terlebih dahulu."

Semua orang tampak setuju dengan Kael, di sisa malam itu. Mereka membahas rencana penggagalan proyek besar Cobra Zone.

1
Mia Sagitarius
penghianatan!!
Song Min: makasih, udh mampir kak
total 1 replies
Gamaken
Semangat kak upnya!
Song Min: thank u lek
total 1 replies
Chị google là em
Keren banget sih!
Song Min: thanks kak, pantengin kelanjutannya ya/Smirk/
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Bahasanya mudah dipahami dan dialognya bikin aku merasa ikut dalam ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!