NovelToon NovelToon
Hot Apocalypse

Hot Apocalypse

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Persahabatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Hari Kiamat / Toko Interdimensi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rifky Aditia

Pada tahun 2050, bumi dilanda kekeringan dan suhu ekstrem. Keitaro, pemuda 21 tahun, bertahan hidup di Tokyo dengan benteng pertahanan anti-radiasi. Namun, tunangannya, Mitsuri, mengkhianatinya dengan bantuan Nanami, kekasih barunya, serta anak buahnya yang bersenjata. Keitaro dibunuh setelah menyaksikan teman-temannya dieksekusi. Sebelum mati, ia bersumpah membalas dendam.

Genre
Fiksi Ilmiah, Thriller, Drama

Tema
1. Pengkhianatan dan dendam.
2. Kekuatan cinta dan kehilangan.
3. Bertahan hidup di tengah kiamat.
4. Kegagalan moral dan keegoisan.

Tokoh karakter
1. Keitaro: Pemuda 21 tahun yang bertahan
hidup di Tokyo.
2. Mitsuri: Tunangan Keitaro yang mengkhianatinya.
3. Nanami: Kekasih Mitsuri yang licik dan kejam.
4. teman temannya keitaro yang akan
muncul seiring berjalannya cerita

Gaya Penulisan
1. Cerita futuristik dengan latar belakang kiamat.
2. Konflik emosional intens.
3. Pengembangan karakter kompleks.
4. Aksi dan kejutan yang menegangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifky Aditia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20: LANGKAH KE GINZA

Sore itu, setelah memastikan Reina mulai merasa nyaman di benteng, Keitaro dan Kenta bersiap melanjutkan misi mereka. Kali ini, tujuan mereka adalah menemukan teman terakhir dari kehidupan sebelumnya.

keitaro dan Kenta berpamitan dengan beruang, Reina, dan Ayane dan meminta izin menggunakan mobil ayane karena perjalanan kali ini sangat jauh.

Ayane, yang kini tampak lebih tenang setelah sebelumnya khawatir berat, duduk di dekat Reina dan beruang besar. "Okee, hati-hati ya," katanya sambil melambaikan tangan. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tertahan, tetapi ia berusaha untuk tetap terlihat optimis.

Keitaro tersenyum kecil, melambaikan tangan kembali. "Jangan khawatir, kami pasti akan kembali."

Kenta, yang sudah membawa tas ransel dengan perlengkapan, menambahkan dengan nada bercanda, "Kalau kami terlambat, jangan pukuli kami yaa."

Ayane tertawa kecil mendengar candaan itu, sementara Reina hanya mengangguk pelan.

Setelah itu, Keitaro dan Kenta berjalan keluar dari benteng. Dalam perjalanan, Kenta bertanya sambil menyetir dengan rasa ingin tahu. "Jadi ini yang terakhirkan, siapa yang kita cari?"

Keitaro menghela napas pelan sebelum menjawab. "Orang ini bernama Shoji Takeda"

"Shoji Takeda?" tanya Kenta sambil mengernyitkan dahi. "Apa yang spesial dari dia?"

"Dia adalah seorang ahli taktik," jawab Keitaro. "Di kehidupan sebelumnya, dia membantu kami merancang strategi untuk bertahan hidup, terutama saat menghadapi kelompok lain yang mencoba menyerang. Tapi dia juga sangat sulit didekati."

Kenta bertanya "Kenapa sulit didekati?"

Keitaro menatap Kenta dengan serius. "Shoji tidak mudah mempercayai siapa pun. Dia selalu curiga dan waspada. Di kehidupan sebelumnya, kita menemukan dia pingsan didalam toko, lalu kita membantunya. tapi butuh waktu lama untuk membuatnya percaya pada kita. Itu membuatku berpikir bahwa menemukan dan membujuknya kali ini tidak akan mudah."

Kenta mengangguk pelan. "Jadi, di mana dia sekarang?"

Keitaro membuka peta holografisnya, yang memunculkan satu titik merah kecil di Ginza, pusat kota yang saat ini masih ramai dan penuh aktivitas. "Dia ada di sana, di Ginza."

"Ginza?" tanya Kenta terkejut. "Bukankah itu salah satu kawasan paling padat di kota? Apa yang dia lakukan di sana?"

"Entahlah," jawab Keitaro sambil menatap peta. "Tapi aku tahu satu hal, Shoji tidak akan berada di tempat ramai tanpa alasan. Dia mungkin punya rencana, atau sedang bersembunyi di balik keramaian itu."

Kenta tersenyum masam. "Kedengarannya kita akan berurusan dengan seorang ahli taktik yang paranoid."

"Paranoid dan sangat cerdas," tambah Keitaro. "Jika kita salah langkah, dia mungkin akan kabur sebelum kita bisa bicara dengannya."

"Jadi, apa rencanamu?" tanya Kenta.

Keitaro menutup peta holografisnya. "tenang saja kita punya peta holografis ini dan aku akan menggunakan rencana seperti biasanya menceritakan informasi pribadi. tapi Jangan sampai menimbulkan kecurigaan. Kita harus memastikan dia merasa aman sebelum mencoba berbicara dengannya."

Dengan rencana sederhana, mereka melanjutkan perjalanan menuju Ginza.

Keitaro dan Kenta tiba di Ginza, tepat di titik merah yang ditunjukkan oleh peta holografis Keitaro. Lokasinya berada di sebuah gedung tua yang tampak tak terawat, terjepit di antara bangunan-bangunan megah di pusat kota. gedung ini terlihat mencolok dengan dindingnya yang penuh coretan serta jendela-jendela yang pecah.

"Ini tempatnya," ujar Keitaro sambil memeriksa peta sekali lagi untuk memastikan. Titik merah kecil di peta bergerak pelan-pelan, menunjukkan bahwa Shoji sedang berada di dalam gedung.

Kenta mengamati sekitar. "Tidak ada yang mencurigakan di luar. Tapi kau yakin dia ada di sini?"

Keitaro mengangguk. "Dia ada di dalam. Kita harus berhati-hati. Shoji bukan orang yang mudah percaya. Dia pasti sudah memasang jebakan atau setidaknya memperhatikan semua gerakan kita."

Mereka berjalan mendekati pintu utama gedung, yang setengah terbuka dan berderit pelan ketika disentuh oleh angin. Keitaro melangkah masuk lebih dulu, diikuti Kenta. Begitu berada di dalam, suasana berubah drastis. Udara terasa lebih dingin, dan ruangan itu diterangi hanya oleh cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah di dinding dan jendela. didalam terlihat orang orang tunawisma yang terkejut dengan kedatangan mereka.

serta penuh dengan tumpukan barang-barang bekas, mulai dari kursi-kursi tua, meja-meja kayu yang rusak, hingga peralatan elektronik usang. Namun, Keitaro tetap fokus pada peta holografisnya, memastikan posisi Shoji.

"Titik merahnya ada di lantai atas," bisik Keitaro sambil mengarahkan pandangannya ke tangga tua di sisi ruangan.

Kenta mengangguk. "Kau yakin dia tidak tahu kita di sini?"

Keitaro tersenyum tipis. "Dia pasti tahu. Tapi kita tetap harus mendekatinya dengan hati-hati. Jangan sampai kita terlihat seperti ancaman."

Dengan langkah perlahan, mereka menaiki tangga yang berderit di setiap pijakan. Ketika mereka tiba di lantai dua, suasana semakin sunyi. Di ujung koridor, mereka melihat seseorang duduk di dekat jendela yang terbuka, punggungnya menghadap mereka.

"Shoji Takeda," panggil Keitaro dengan suara tenang namun tegas.

Pria itu, yang mengenakan jaket hitam dan celana cargo, perlahan menoleh. Wajahnya penuh ketenangan, namun sorot matanya tajam, penuh kewaspadaan seperti telah menunggu kedatangan mereka. Shoji tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Keitaro dan Kenta dengan dingin.

"Kami bukan musuh," lanjut Keitaro sambil mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan bahwa mereka tidak berniat buruk. "Kami datang untuk berbicara."

Shoji berdiri perlahan, tetapi tangannya tampak bergerak ke pinggang, di mana sebuah pisau kecil tergantung. "Kalian siapa? Dan apa yang kalian inginkan dariku?" tanyanya dengan suara rendah, penuh ancaman.

Keitaro menatapnya dengan tenang. "Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi kita pernah bekerja sama di kehidupan sebelumnya. Aku tahu siapa kau, Shoji Takeda. Kau seorang ahli taktik, orang yang pernah membantu kami bertahan dari serangan kelompok lain. Aku tahu kau tidak percaya, tapi aku di sini untuk membantumu."

Shoji mempersempit matanya, tampak mencoba menganalisis setiap kata yang keluar dari mulut Keitaro. "Kehidupan sebelumnya? Omong kosong apa ini?"

Kenta mencoba ikut menjelaskan. "Dengar, kami tahu banyak tentangmu. Kau tidak sendirian. Kau butuh kami, sama seperti kami butuh kau."

Shoji tidak bergerak dari tempatnya. "Buktikan," katanya singkat.

Keitaro menghela napas dalam-dalam sebelum berkata, "Nama lengkapmu Shoji Takeda. umur 34 tahun. Kau lahir di Osaka. Kau suka membaca buku strategi perang dan bermain shogi. Tapi alasanmu menjadi buronan adalah karena kau menolak tunduk pada sistem yang korup dan melawan mereka dengan caramu sendiri. Kau kehilangan keluargamu karena itu, dan sejak itu kau tidak mempercayai siapa pun."

"oh, jadi namanya Shoji karena suka main shogi ya" ucap Kenta dalam hati

Shoji terdiam, ekspresinya mulai berubah. "Bagaimana kau tahu semua itu?" tanyanya, suaranya kini terdengar lebih datar namun masih waspada.

Keitaro melangkah maju sedikit. "Karena aku pernah mendengarnya langsung darimu... di kehidupan sebelumnya."

Shoji masih tampak ragu, tetapi kini ia tidak lagi memegang pisau di pinggangnya. "Kehidupan sebelumnya... Aku tidak tahu apakah aku harus mempercayai kalian atau tidak. Tapi jika kalian berbohong, aku tidak akan ragu menghabisi kalian di sini."

Keitaro mengangguk. "Kami tidak bohong. Beri kami kesempatan untuk membuktikannya."

Shoji akhirnya menghela napas berat, lalu mengangguk pelan. "Baiklah. Aku akan mendengarkan apa yang kalian katakan. Tapi ingat, aku selalu siap untuk membela diri."

Keitaro tersenyum tipis. "Itu sudah cukup untukku."

Keitaro melangkah perlahan mendekati Shoji, mencoba menunjukkan sikap damai. Namun, sebelum ia bergerak, Shoji tiba tiba berteriak, "Jangan mendekat dulu! Ada ranjau di sana!"

Keitaro segera menghentikan langkahnya begitu mendengar teriakan Shoji. Ia mengangkat tangannya lagi sebagai tanda bahwa ia tidak berniat bergerak lebih jauh. "Ranjau?" tanya Keitaro dengan nada serius.

Shoji mengangguk, menunjuk ke lantai di dekat kaki Keitaro. "Ya, aku sudah memasang sebelumnya untuk berjaga-jaga. Jangan bergerak dulu atau kalian

akan meledak."

Kenta menelan ludah dan mundur setengah langkah. "Kau serius memasang ranjau di dalam gedung ini? Apa kau selalu hidup sewaspada itu?"

Shoji hanya menatapnya dengan dingin. "Kehati-hatian adalah satu-satunya alasan aku masih hidup sampai sekarang. Jadi, jangan bergerak. kalau kau tidak mau mendengarkan, aku tidak akan bertanggung jawab."

Keitaro menatap lantai di sekitarnya dengan seksama, mencoba melihat tanda-tanda keberadaan ranjau. Namun, ia tahu Shoji terlalu cerdas untuk memasangnya secara sembarangan. "Baiklah, Shoji kami akan tetap disini.

"kau tahu, kau baru saja ingin membunuh kami" sambung Kenta dengan sedikit marah

Shoji mengangkat bahu. "Kalian yang datang ke sini. Aku tidak memintamu kesini."

"Sudah cukup, aku di sini untuk membantumu, Shoji," kata Keitaro. "Kami tahu apa yang terjadi padamu, dan kami tahu kau tidak akan mempercayai kami begitu saja. Tapi percayalah, kami ada di pihakmu."

Shoji menatap Keitaro dengan tatapan tajam, masih terlihat skeptis. "Jika kalian benar-benar di pihakku, buktikan. Apa tujuan kalian mencariku? Apa yang membuatku begitu penting bagi kalian?"

Keitaro mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Dunia ini akan berubah dalam lima puluh hari. Kiamat panas akan menghancurkan segalanya. Kita butuh keahlianmu untuk bertahan, seperti yang pernah kita lakukan sebelumnya. Aku tahu ini sulit dipercaya, tapi aku telah melalui ini sebelumnya. Kau bagian dari tim yang membuat kami bertahan hidup.

Dan kali ini, aku ingin memastikan kita semua selamat."

Shoji mengerutkan alisnya, terlihat mulai memproses informasi itu. "Kiamat panas? Lima puluh hari? Kau serius dengan semua ini?"

Keitaro mengangguk. "Sangat serius. Aku tahu kau tidak akan percaya sepenuhnya sekarang, tapi aku punya bukti. Jika kau ikut kami, aku bisa menunjukkan semuanya."

Shoji terdiam sejenak, lalu akhirnya berkata, "Jika kalian berbohong, kalian akan menyesal. Sekarang, bantu aku menonaktifkan ranjau ini. Aku akan ikut kalian... untuk sementara."

"Sudah aman," kata Shoji tanpa menoleh. "Tapi jangan menyentuh apa pun di sekitar sini, atau kita semua bisa meledak."

Keitaro mengangguk, lalu melirik Kenta yang tampak lebih lega setelah mendengar kata-kata Shoji. "Terima kasih. Kami menghargai itu."

Shoji berdiri dan menatap mereka dengan pandangan serius. "Jadi, apa langkah kalian selanjutnya? Kau bilang aku penting untuk rencana kalian, tapi aku tidak akan membuang-buang waktuku kalau ini hanya omong kosong."

Keitaro menatap Shoji dengan tegas. "Langkah selanjutnya adalah kembali ke benteng kami. Di sana, aku bisa menunjukkan bukti lebih lanjut bahwa apa yang kukatakan benar. Selain itu, tempat kami jauh lebih aman dari pada bangunan ini, terutama dengan kiamat panas yang akan datang."

Shoji menyilangkan lengannya. "Benteng, ya? Seperti apa tempat itu?"

Kenta, yang akhirnya mulai santai, menjawab, "Sebuah pabrik tua di luar kota. Kami sudah mulai memperkuatnya dan menjadikannya tempat perlindungan dengan bahan bahan pengurang panas. Tidak besar, tapi cukup untuk bertahan hidup."

Shoji mengangguk pelan, tampak mempertimbangkan sesuatu. "Baiklah. Tapi aku akan membawa senjataku. Dan jika ada tanda-tanda bahwa kalian berusaha membohongiku, aku tidak akan ragu untuk pergi atau menghabisi kalian."

Keitaro hanya tersenyum tipis. "Aku tidak mengharapkan yang lain darimu."

Shoji berjalan ke arah sebuah lemari kecil di sisi ruangan dan mengeluarkan tas ransel tua. Ia membuka tas itu dan memeriksa isinya: beberapa pisau, kabel, dan sesuatu yang terlihat seperti bahan peledak rakitan. Setelah memastikan semuanya siap, ia menutup ransel itu dan menyandangnya di punggung.

"Kalau begitu, ayo pergi," katanya singkat.

1
dewi_oetari14
bagus cerita nya. jarang ada cerita bencana gini, sama seperti cerita akhir jaman
Gear 5
Update bang
Mizuu
noo keitaroo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!