Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Andin seketika tegang saat melihat rumah yang nampak seperti istana menjulang di hadapan nya.
Ini benar rumah Gevano? Kenapa lebih mirip kerajaan ya..
"Ayo masuk!" Mama Jasline membuyarkan lamunan Andin dan memegang tangan Andin agar tak pergi.
"Mulai sekarang anggap rumah ini, rumah mu juga, jadi jangan sungkan untuk melakukan atau meminta sesuatu" ucap Jasline di angguki patuh Andin.
"Siapa itu Lin?!" terdengar suara wanita paruh baya dari ruang tamu menggelegar saat Jasline dan Andin sudah masuk ke dalam rumah.
"Istri Gevano, Grandma" Jasline tak bisa berbohong pada ibu nya sendiri, ia menuntun Andin untuk menghampiri Grandma yang duduk membelakangi.
Dugh
Bunyi tongkat dihentakkan ke lantai terdengar keras dan kuat.
"Sudah ku katakan Gevano akan menikah dengan wanita pilihan dari Italia! Kamu jangan mengarang dan menyewa orang lain untuk menjadi istri Gevano"
"Sorry Grandma, tapi Lin benar-benar mengatakan yang sejujurnya dan wanita ini Gevano sendiri yang menikahi nya"
Grandma berdecih dan memutar kursi kebanggaan nya yang tidak ada seseorang pun yang menyentuh atau duduk disitu.
"Kamu istri Gevano?" tanya Grandma dengan nada arogan nya menatap Andin dari bawah ke atas.
Andin mengangguk pelan dengan kepala sedikit menunduk.
"Angkat kepala mu! Wanita tak pernah menunduk!" tegas Grandma membuat Andin mendongak menatap Grandma balik.
"Nice.." gumam Grandma terlihat puas melihat Andin yang menurut pada nya.
"Kenapa kamu mau menikahi Gevano? Apa kamu tau asal-usul Gevano? Apa kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau?" pertanyaan beruntun di berikan Grandma.
Andin sampai menahan nafas nya mendengar pertanyaan itu.
Seperti nya Gevano menjadi cucu kesayangan yang begitu di jaga ketat hubungan nya.
"Jawab!" desak Grandma membuat Andin kembali menunduk sejenak kemudian kembali mendongak.
"Kami baru menikah sebulan lalu dan masih dalam proses pendekatan. Dan untuk pertanyaan anda tentang 'mendapatkan apa yang saya mau' itu seperti nya tidak saya jawab" Andin mencoba untuk tetap tenang saat mengucapkan tiap kata.
"Sorry menyela Grandma. Biarkan aku aku membuatkan teh dulu, kamu duduk lah disini" Jasline langsung melenggang pergi ke dapur saat mendapat tanggapan dari Grandma.
"Dengar! Disini saya yang berkuasa, apapun yang saya mau harus di turuti, jika ingin menjadi menantu resmi di rumah ini kamu harus bisa melaksanakan tugas yang saya suruh nanti nya"
"Ba-baik, Grandma" Andin tak kuasa menahan kegugupan nya hingga tanpa sadar memainkan jari-jari tangan nya sendiri.
Grandma diam sejenak menatap Andin lekat. Dia tetap menampilkan wajah datar dan dingin nya.
"Gevano cucu tersayang saya, dan saya harus memilah siapa yang berhak mendapatkan Gevano. Walau kamu istri nya, kamu belum tentu bisa menjadi istri nya selama nya"
"Kenapa belum tentu bisa, Grandma?" suara dari arah pintu terdengar mengalihkan atensi empat mata itu.
"Gevano?" gumam Grandma, sudah begitu jarang ia melihat cucu nya mau datang ke rumah utama ini.
Andin bernafas lega dan menatap Gevano dengan tatapan seakan minya tolong.
"Sudah sangat lama kamu tidak pernah kesini, cucu ku" ujar Grandma menyambut Gevano dengan sebuah pelukan.
Gevano menerima bahkan membalas pelukan dari Grandma nya yang sudah banyak berkorban demi kehidupan Gevano dari kecil hingga dewasa.
"Ya. Aku kesini karena istri ku berada disini" balas Gevano melirik Andin yang masih menatap nya.
Grandma melepas pelukan itu dan kembali duduk di kursi nya.
"Apa sekhawatir itu? Grandma tak akan membuat nya menjadi pembantu disini" Grandma nampak tak suka mendengar Gevano yang begitu peduli pada Andin.
"Ya" sahut Gevano memilih duduk di samping Andin dan mengecup kening Andin di depan Grandma.
"Aku di beritahu Mama kalau kamu di bawa nya kesini, makanya aku langsung pulang" ujar Gevano pada Andin sembari menyisir rambut Andin dengan jari-jari nya.
Padahal Gevano tadi sedang melakukan rapat dengan para karyawan untuk kelangsungan usaha mereka selanjutnya, tapi saat mendapat pesan dari Jasline, dia langsung menutup rapat yang baru berjalan setengah.
"Manis nya, kamu tak pernah begitu ke Grandma saat Grandma tiba di sini jauh-jauh dari Italia" cetus Grandma mengeluarkan nada sarkas.
Gevano menghela nafas. "Bukan kah setelah nya aku juga pulang?" tanya Gevano di angguki Grandma.
"Tapi kamu terlalu lamban menurut Grandma" jawab Grandma tak membuat Gevano tersakiti, karena memang tabiat Grandma yang memiliki mulut pedas di sertai kesombongan yang melekat di diri.
"Gev, kapan kamu sampai?" tanya Jasline yang membawa nampan diiringi pembantu lain di belakang membantu membawa nampak camilan.
"Baru saja Ma" jawab Gevano masih mengelus rambut Andin, dia mencoba memberi dukungan lewat usapan itu.
"Sudahlah Gevano! Jangan terus-terusan kamu mengusap kepala nya, bisa keriting rambut lurus nya itu" Grandma menegur Gevano dengan sedikit ketus, ia cemburu.
Gevano terkekeh. "Apakah Grandma ku ini cemburu pada istri cucu nya sendiri?" Grandma tak menjawab tapi gerak-gerik nya dapat di tebak.
"Grandma tetap yang utama" ujar Gevano membuat Grandma tersenyum tipis.
"Karena istri kamu tamu baru di rumah ini--"
"Bukan tamu Grandma, penghuni baru. She's my wife" cela Gevano di angguki terpaksa Grandma.
"Dia bisa tinggal disini untuk berkeliling melihat keadaan rumah ini" lanjut Grandma dengan tidak minat.
Gevano menatap Andin yang sejak tadi diam. "Babe, kamu mau nginap disini?" tanya Gevano mendapat decakan tak suka dari Grandma.
"Kamu?" tanya Andin balik dengan suara pelan, kegugupan nya masih menguasai nya, untung nya ada Gevano di samping nya.
"Aku pasti nya menginap disini kalau kamu menginap juga" jawab Gevano sembari mengelus tangan Andin.
Andin mengangguk. "Aku akan mencoba beradaptasi" balas Andin lirih, dia ingin hanya Gevano yang mendengar nya.
"Aku ada untuk mu, tenang saja" gumam Gevano kembali mengecup kening Andin.
Andin membawa pengaruh baik untuk Gevano, syukurlah..
Jasline sejak tadi memperhatikan dengan raut tenang seakan tak memikirkan apapun.