“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan, empat tahun kemudian, di sebuah klub malam Kota Froz, ia di pertemuan dengan seorang wartawan yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi empat tahun yang lalu, dan wartawan itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Dengan kamu pergi begitu saja apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Melanggar Untuk Yang Kedua Kalinya
"Alea!" Panggil Raymond, yang panik dengan berlari menghampirinya.
"Iya Pak, ada apa?" Sahut Alea.
"Pak Raymond, apa terjadi sesuatu?" Timpal Monica yang melihat kepanikan Raymond.
"Alea! Ini kesempatan emas, jangan sia-siakan. Kamu yang jadi harapan Nuansa TV." Ujar Raymond yang terlalu bersemangat.
"Iya, tapi ada apa, Pak?"
"Tuan Wiliam Grup, maksud saya Tuan Abraham, bersedia diwawancarai, dan dia memilih Media kita, kamu tau Alea! Ini adalah kesempatan langka yang banyak diharapkan oleh Media di seluruh Negara ini dan Media kita sebagai pemenangnya, saya senang sekali di hari pertama, kamu sudah membawa keberuntungan."
Bersedia diwawancara! Ada yang aneh, seandainya lelaki itu bersedia kenapa harus memilih Nuansa TV, media kecil yang tidak kunjung berkembang.
"Jangan terlalu banyak berpikir, cepat siap-siap."
"Ok! Aku akan prepare," kata Monica.
"No! Bukan kamu, Monica," sahut Raymond.
"Apa aku dan Alea?"
"Lebih tepatnya hanya Alea."
Apa!
Jelas ini ada yang tidak beres, "Tapi Pak, Alea kan masih...."
"Saya tau itu, tapi kita harus mempercayakan ini pada Alea," Raymond mendekati Alea, "Alea, saya sangat percaya padamu, nasib Nuansa TV ada di tanganmu, kamu yang bisa membuat nama Nuansa TV jadi besar dan tidak akan diremehkan oleh pesaing kita."
Alea bingung, kenapa harus dia? Jika dia yang datang sudah pasti Abraham akan mengenalinya. Aku belum siap.
"Pak, bagaimana kalau aku saja," Monica langsung maju namun Raymond tetap menolak, "Tuan Sekretaris Lee, yang secara langsung meminta Alea, ayolah! Waktu semakin berjalan, tinggal 3 menit lagi."
"Ok, aku akan mewawancarainya," ucap Alea, memberi keputusan. Aku sudah memilih pekerjaan ini entah sekarang atau nanti mungkin aku akan ada di momen ini.
"Bagus! Saya akan ambilkan kamera terbaik, Monica akan membantumu untuk bersiap," kata Raymond dan langsung pergi menuju mobilnya.
"Alea, apa kamu sudah gila! Kamu akan bertemu dengannya."
"Memangnya kenapa, aku sudah sering bertemu dengannya."
"Masalahnya, bagaimana kalau dia meminta diwawancara bersama Jessika, mempublikasikan hubungan mereka berdua."
Alea terdiam, apa benar seperti ini?
"Alea, kamu pergilah! tidak perlu datang, aku yang akan bertanggung jawab," pinta Monica.
Tidak bisa, aku tidak mungkin mengorbankan Monica dan Nuansa TV. Meskipun baru hari ini ia bergabung tapi Alea sudah bertekad akan mengabdi pada Media yang menerimanya.
"Tidak Monica, aku akan tetap pergi, percayalah padaku."
"Kamu keras kepala, kalau begitu baiklah. Tapi ingat! Jangan terbawa perasaan, kamu dan dia sudah akan berpisah, tidak boleh ada rasa sedih dan cemburu."
"Iya, aku tau itu."
***
Alea menarik nafas dalam-dalam, saat ia sudah berada didepan pintu ruangan khusus.
Tidak apa-apa Alea, ini hanya pekerjaan, sekalipun Abraham benar ingin mempublikasikan hubungannya dan Jessika kamu tidak berhak sedih atau kecewa. Mereka memang dua orang yang saling mencintai.
"Alea, ingat apa yang saya ucapkan tadi," pesan Raymond, sebelum melepas Alea masuk.
"Aku mengerti."
Raymond mengetuk pintu dan tanpa berlama-lama, Sekretaris Lee membukanya.
"Tuan Sekretaris, ini Alea, Reporter yang Anda minta, dia akan bekerja dengan sangat baik dan profesional," kata Raymond.
"Ok, sekarang kamu pergi."
"Terima kasih, Tuan Sekretaris."
"Nona, silahkan masuk," kata Sekretaris Lee, melebarkan pintu.
"Terima kasih."
Selain mengenakan topi, Alea juga menggunakan masker. Meskipun sedikit curiga kenapa Lee bisa tau ada Reporter yang bernama Alea, tapi wanita ini masih berpikir positif, mungkin saja hanya kebetulan dan Sekretaris Lee tidak tau jika itu dia.
“Selamat siang, Tuan,” sapa Alea saat ia sudah berdiri di depan Abraham .
Abraham yang duduk dengan penuh keangkuhan, menimpali sapaan wanita itu dengan senyum sinis, ia menggerakkan jari tangan mengisyaratkan Sekertaris Lee, untuk keluar.
Tinggallah mereka berdua, di saat seperti ini Alea seperti mengulang kembali kejadian di Apartemen Pengacara Andreas.
Diluar sana banyak orang, tentu dia tidak berani berbuat yang tidak-tidak, kan! Ada Jessika juga. Tidak mungkin, tenang Alea.
Alea mulai mempersiapkan beberapa alat-alat yang ia bawa, “Tuan, apa Anda sudah siap? Jika sudah, mari kita mulai.”
“Ya, lakukan. Apa yang ingin kamu tanyakan, Nona? Tapi, bisakah kamu melepaskan dulu masker yang menutupi wajahmu, saya sungguh tersinggung dengan penampilanmu.”
“Maaf Tuan, saya sedang radang tenggorokan.”
“Benarkah, kemarin aku melihatmu baik-baik saja!”
Kemarin….jadi dia sudah tau ini, aku.
Abraham bangun dari duduknya, “Alea!” Panggilnya, dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.
Sudah diketahui jadi untuk apa bersembunyi. Alea melepas maskernya, “Tuan Abraham, aku sedang bekerja, kamu bersedia diwawancara tolong jangan mempersulit.”
“Mempersulit! Kenapa ucapanmu tepat sekali.”
Alea tercengang, jadi dia benar-benar ingin mempersulit! seharusnya dia tidak tau aku disini, kan!
Abraham mendekati Alea, “Kamu berniat mempermalukan ku?”
“Mempermalukan!” kenapa dia bisa berpikir seperti ini?
“Pergi dari Villa, tinggal di Apartemen lelaki lain dan sekarang, bekerja. Apa itu bukan mempermalukan?”
“Bukankah banyak yang tidak tau jika aku pernah menjadi istrimu, jadi kamu tidak perlu khawatir dengan apapun yang aku lakukan.”
Pernah menjadi istrimu…. bahkan aku belum menandatangani surat cerai itu, dia sudah menganggapku mantan suaminya.
Abraham yang geram mencengkram kedua pundak Alea, “Kamu sangat ingin bercerai?”
Sambil meringis Alea menjawab dengan yakin, “Iya.”
“Baiklah, aku akan kabulkan. Tapi…. setelah kamu bisa mengembalikan semuanya.”
Mengembalikan semuanya?
Alea berpikir yang dimaksud Abraham adalah uang.
“Aku akan berusaha mengembalikan semuanya, kamu jangan khawatir, semua yang pernah kamu berikan pada keluargaku, aku kembalikan.”
Mendengar jawaban Alea, malah semakin membuat Abraham marah, “Dengan cara apa kamu bisa mengembalikannya?” Tanya lelaki ini, dua mata elangnya meneliti wajah Alea dan berpindah ke tubuhnya, lalu ia menyeringai dengan tatapan nakal.
“Abraham aku sudah pernah bilang tolong jaga sikapmu!”
Alea tidak pernah menyangka jika Abraham bisa berkelakuan seperti ini, seandainya dia tau sejak dulu mungkin dia tidak akan pernah menyukai lelaki ini.
“Jaga sikap!” Tatapan mata Abraham semakin gelap, ia kehilangan akal sehatnya, telapak tangannya yang lebar menarik pinggang Alea, membawa ke pelukannya. Tanpa basa-basi lelaki ini mencium wanita itu.
Dia melanggar untuk yang kedua kalinya, apa ini masih bisa disebut khilaf?
Alea berusaha keras mendorong tubuh lelaki itu, namun tenaganya sungguh tidak sebanding, Abraham semakin gila dan tidak terkendali, ia bukan hanya sekedar mencium tapi juga ingin memakan Alea hidup-hidup.
“Abraham! Kenapa pintunya dikunci! Buka!”
Teriakan Jessika dari luar, baru bisa menghentikan Abraham, ia melepaskan ciuman dan pelukannya.
Alea mengusap air yang mengalir dari sudut matanya, menatap Abraham dengan penuh kemarahan, “Kamu dengar! Itu kekasihmu, apa kamu tidak takut jika dia marah dan kembali pergi selama bertahun-tahun? Seharusnya kamu melakukannya dengan, dia.” Masih dengan suasana hati yang tidak karuan, Alea mengemas asal barang-barangnya dan pergi dari sana, sebelum keluar pintu dia menggunakan kembali maskernya.
Berpapasan dengan Jessika, gadis ini bingung dengan Alea yang keluar dari ruangan Abraham. Namun Alea tidak memperdulikan tatapan mengintimidasi dari Jessika, ia tetap berjalan menjauh.
“Abraham, siapa dia?” Dia Reporter! Kenapa bisa masuk kesini?” Tanya Jessika tidak terima.
Tapi pertanyaan ini malah membuat Abraham marah padanya, “Kenapa, kamu tidak suka?”
“Bukan seperti itu….aku…tidak! Maafkan aku,” tau tidak akan bisa melawan, Jessika mengalah.
Malam hari.
Usai dari pemotretan, Alea pergi mencari tempat tinggal di temani Monica. Hingga ia memutuskan untuk menyewa Apartemen sederhana untuk satu bulan kedepan, "Seharusnya kamu tinggal saja di rumahku," kata Monica.
"Terima kasih Monica, aku disini saja."
"Aku tidak bisa melarang mu, beristirahatlah telpon aku jika terjadi sesuatu, urusan pak Raymond, kita selesaikan besok."
"Iya, kamu pulanglah, hati-hati di jalan."
Villa Mars
"Tuan, Anda baik-baik saja?" tanya Lee, penuh khawatir, sejak pulang dari pemotretan ia tidak mendengar satu suara pun dari Abraham.
"Apa dia masih tinggal di Apartemen lelaki itu?"
Dia yang dimaksud adalah, Alea. Ternyata Anda sedang memikirkan, Nyonya, "Nyonya Muda sudah pindah, dia tinggal di Apartemen kecil tidak jauh dari tempatnya bekerja."
Hebat sekali, baru beberapa menit Alea pindah, Sekretaris Lee sudah mendapatkan informasinya.
Abraham tidak lagi bertanya, ia pergi ke kamarnya.
Tengah malam lelaki ini tidak bisa tidur, entah sudah berapa puluh kali ia membolak-balik badannya. Pikirnya kacau dan gelisah, tubuhnya pun tiba-tiba terasa panas, padahal AC di kamar itu sangat dingin.
Alea! Hanya suatu nama ini yang sejak tadi terngiang di pikiran Abraham, bayangan saat Alea masih tinggal di Villa menari-nari, wanita itu patuh, diam, lembut dan tenang. Tapi kenapa sekarang dia berubah. Aaakkkh.... Abraham mengacak-acak rambutnya. Semakin mencoba tidur, semakin membuat lelaki ini tidak terkendali memikirkan Nyonya Muda yang pergi.
Abraham bangun dari ranjang, mencari jaket di lemari dan setelah menemukannya ia turun.
"Tuan Muda, Ada mau kemana? Ini sudah tengah malam," tanya Kepala pelayan yang masih belum tidur.
"Keluar."
"Saya akan bangunkan sopir Villa."
"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri." Abraham langsung mengambil kunci mobil dan bergegas pergi. Kepala pelayan tidak bisa mencegah ia hanya menghubungi Sekretaris Lee.
Abraham memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, tujuannya Apartemen yang di sewa, Alea.