NovelToon NovelToon
My Cold Bodyguard

My Cold Bodyguard

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: fasyhamor

KESHI SANCHEZ tidak pernah tahu apa pekerjaan yang ayahnya lakukan. Sejak kecil hidupnya sudah bergelimang harta sampai waktunya di mana ia mendapatkan kehidupan yang buruk. Tiba-tiba saja sang ayah menyuruhnya untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang di sekelilingnya di tumbuhi hutan belukar dengan hanya satu orang bodyguard saja yang menjaganya.

Pria yang menjadi bodyguardnya bernama LUCA LUCIANO, dan Keshi seperti merasa familiar dengan pria itu, seperti pernah bertemu tetapi ia tidak ingat apa pun.

Jadi siapakah pria itu?

Apakah Keshi akan bisa bertahan hidup berduaan saja bersama Luca di rumah kecil tersebut?

***

“Kamu menyakitiku, Luca! Pergi! Aku membencimu!” Keshi berteriak nyaring sambil terus berlari memasuki sebuah hutan yang terlihat menyeramkan.

“Maafkan aku. Tolong jangan tinggalkan aku.” Luca terus mengejar gadis itu sampai dapat, tidak akan pernah melepaskan Keshi.

Hai, ini karya pertamaku. Semoga kalian suka dan jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fasyhamor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Lagi Teman

Tok tok!

“Keshi, kamu baik-baik saja?” suara Nina terdengar berada di luar pintu toilet.

Keshi menatap pintu di belakang tubuh Luca dengan raut wajah panik, ia mengusap wajahnya dengan air dari keran, lalu mendorong tubuh Luca untuk menyingkir supaya Keshi dapat berjalan menuju pintu dan membukanya.

“Ya? Aku baik-baik saja.” sebisa mungkin Keshi mengulas senyum tipis.

Nina berdiri di hadapannya, kepalanya melongok ke belakang tubuh Keshi, melihat sosok Luca yang diam mematung berdiri di dalam toilet.

“Kalian …. ?” Nina menatap curiga pada temannya dan bodyguard itu.

Keshi secepatnya menggeleng, menelan salivanya susah payah menghilangkan kegugupan. “Tidak.”

“Lalu kenapa kalian berdua berada di dalam toilet?” Nina masih penasaran.

“Dia menolongku, bajuku basah. Lihat ini,” Keshi menunjuk baju bagian depannya yang basah terkena air dari keran saat mencuci wajah dan mulutnya.

Nina menatap arah tunjuk Keshi, lalu mengangguk ragu.

“Apa kamu ingin pakai bajuku?” tanya Nina.

“Tidak, tidak perlu.” Keshi menggeleng cepat.

“Baiklah, ayo kita kembali keruang makan.” ajak Nina.

Kedua gadis itu berjalan menuju ruang makan dengan Luca yang mengekorinya canggung. Dia masih mengingat jelas ciuman tadi. Bukan, itu bahkan tidak bisa disebut ciuman, hanya dua bibir yang saling bersentuhan.

“Apa kamu baik-baik saja, Keshi?” Mikael mengusap mulutnya dengan serbet sebelum bertanya pada gadis itu.

Keshi kembali duduk di kursi, senyum tipis muncul di bibirnya. “Ya, aku baik-baik saja. Aku sedang diet, jadi saat tadi makan ini membuatku menjadi sedikit mual.”

Mikael melebarkan kedua matanya. “Oh, kamu sedang diet? Astaga, kamu sudah kurus, Keshi. Tidak perlu sampai diet segala.”

Keshi tersenyum canggung.

“Begitulah perempuan, selalu tidak pernah puas akan sesuatu.” celetuk Mikael.

Mendengar celetukan pria tua itu membuat Keshi merubah senyumnya menjadi kecut.

“Apa kamu baik-baik juga, Luca?“ Mikael kini bertanya pada pria yang duduk di sebelah Keshi.

“Ya.” jawab Luca tak acuh, tanpa membalas tatapan Mikael.

“Setelah makan, apa kamu ingin bermain di kamarku, Keshi?” tanya Nina dengan semangat.

“Baiklah.”

...\~\~\~...

Dua gadis itu berjalan menaiki undakan tangga menuju kamar Nina. Luca berada di ruang tamu, mengobrol dengan Mikael. Beberapa kali Keshi melihat kearah ruang tamu di lantai bawah dengan kepala penuh tanda tanya. Apa tidak apa-apa membiarkan seorang bodyguard seperti Luca berbincang dengan ayah Nina?

“Ada apa?” tanya Nina, ia melirik pada Keshi yang terus melihat ke lantai bawah.

Keshi mendongak dan membalas tatapan Nina.

“Apa tidak apa-apa ayahmu mengobrol dengan Luca?”

“Memangnya kenapa? Ayahku bisa mengobrol dengan siapapun, Keshi.” jawab Nina dengan seulas senyum.

Keduanya kemudian masuk ke dalam kamar Nina. Kamar Nina terlihat besar dengan interior yang cukup mahal. Ada rak besar yang menyimpan banyak boneka-boneka sejak Nina masih kecil.

“Entah ini sudah berapa kali aku masuk ke dalam kamarmu, tapi aku selalu takjub dengan boneka-bonekamu.” Keshi menatap terpukau pada ratusan boneka tersebut.

Nina menerjang sofa di dalam kamarnya, lalu menepuk bagian sebelahnya untuk mempersilahkan Keshi duduk di sebelahnya.

Keshi berjalan mendekati Nina dan duduk di sebelah temannya itu sambil memperhatikan rak besar berisi ratusan boneka itu.

“Kamu selalu menatap bonekaku, apa kamu sesuka itu? Kamu boleh mengambil satu, Keshi.” celetuk Nina.

Keshi menggeleng. “Tidak, tidak. Aku tidak menginginkannya, hanya suka saja jika memperhatikan ratusan boneka itu.”

Nina mengangguk. Keduanya terdiam dengan isi kepala masing-masing sampai pada akhirnya Nina membuka suara duluan.

“Apa yang kamu lakukan bersama Luca saat di dalam toilet tadi?”

“Apa? Tidak ada apapun yang terjadi.” jawab Keshi.

“Bohong. Itu mencurigakan sekali melihatmu berada di satu tempat kecil bersama seorang pria, di dalam kamar mandi pula.”

Keshi berdecak tidak suka. “Dia hanya membantuku.”

“Apa kalian melakukan itu?” tanya Nina penasaran, mencodongkan wajahnya mendekat pada wajah Keshi.

Keshi menghempas wajah Nina dengan tatapan jengah. “Apa maksudmu dengan itu?”

“Kamu tahu apa maksudku.”

“Aku tidak tahu apa maksudmu.”

Nina berdecak lidah, kesal jika berbicara seperti ini dengan Keshi.

“Keshi, apa aku sudah pernah mengatakan kepadamu bahwa semua boneka ini adalah hadiah dari ibuku?” tiba-tiba saja Nina bertanya seperti itu.

“Tidak, kamu tidak pernah mengatakan itu.”

Nina tersenyum kecut. “Semua boneka ini pemberian dari ibuku. Setiap aku berhasil menyelesaikan tugas sekolah, ibuku akan memberikan boneka. Jadi sekarang boneka ini sudah menumpuk banyak.”

“Apa aku juga pernah mengatakan mengapa ibuku pergi ke alam sana?” Nina melanjutkan dan melempar pertanyaan, tatapannya terlihat datar menatap teman di sebelahnya.

Keshi terdiam, kemudian menggeleng ragu ketika melihat tatapan datar dari temannya.

“Seseorang membunuhnya.” Nina beranjak berdiri.

Keshi ikut bangkit, matanya melotot kaget ketika sebuah pisau menancap di perutnya. kepala gadis itu menunduk melihat darah yang kini banjir mengotori pakaiannya, kemudian Keshi mendongak, menatap tidak percaya pada Nina yang baru saja menikamnya.

“A-apa yang…kamu lakukan?” tanya Keshi pelan, menahan ngilu di perutnya.

Nina menatap Keshi dengan tatapan tajam.

“Kamu ingin tahu siapa yang membunuh ibuku?” Nina bertanya sambil melangkah maju, lalu berdiri di hadapan Keshi yang masih memegang perutnya.

“Keluargamu, lebih tepatnya ayahmu yang membunuh ibuku.” Nina bersiap akan menikam jantung Keshi dengan pisau steak yang tersembunyi di punggungnya, tetapi pisau itu terlempar karena Luca datang dan segera menendang tangan Nina.

“Apa…apa yang kamu lakukan?!” Nina berang, ia menatap pisaunya yang terjatuh dengan jarak jauh. Kepalanya menoleh dan menatap marah pada Luca yang sudah berdiri di sebelah Keshi.

“Apa yang aku lakukan? Aku sedang menolong majikanku sendiri.” jawab Luca sambil menggendong tubuh Keshi yang sekarang semakin bersimbah oleh darah.

Luca mengeluarkan senjatanya dari saku celana, bersiap akan menembak Nina. Tetapi Keshi menahannya.

“Jangan tembak dia, Luca!” Keshi menahan tangan pria itu.

Luca menatap Keshi dengan kedua alis naik. “Dia bukan lagi temanmu, dia baru saja menikammu.”

“Jangan tembak dia.” Keshi memohon, air mata menetes membasahi wajah cantiknya karena menahan sakit di perutnya.

Dor!

Luca tidak mendengarkan perkataan Keshi, pria itu menembak salah satu kaki Nina, membuat gadis itu terjatuh keatas lantai yang sudah di banjiri oleh darahnya.

“Tidak! Luca!” Keshi meronta, menangis semakin kencang.

Setelah menembak salah satu kaki Nina, Luca segera membawa dirinya dan Keshi untuk keluar dari rumah itu ke halaman depan menuju mobil mereka.

“Luca, sakit.” Keshi merintih, merasakan pisau itu masih terbenam dalam perutnya.

Jika mengeluarkan pisau itu sembarangn, darah akan semakin banyak keluar dan akan memgakibatkan pendarahan hebat. Jadi yang harus Luca lakukan adalah segera membawa gadis itu kerumah sakit.

“Ayah?” Keshi menyipitkan matanya melihat banyaknya penjaga berpakaian hitam serta ayahnya berada di halaman depan rumah Nina.

“Putriku!” Rio berlari mendekati putrinya yang sedang di gendong oleh Luca.

“Kita harus segera membawanya kerumah sakit, Sir Sanchez.” ucap Luca.

Kedua mata Rio memerah, ia mengangguk dan membuka pintu mobil guna menaruh Keshi ke dalam mobil tersebut menuju rumah sakit terdekat.

“Bertahanlah putriku.”

...***...

Jika kalian like, vote dan komentar, aku bakal senang banget dan berusaha untuk terus update dengan cepat🥰❤️

1
Anna Kartika Ningrum
lanjut thor
Anna Kartika Ningrum
lanjut thor.. semangat
Amoramor: itu udah ada bab 27 yg baru
total 1 replies
Anna Kartika Ningrum
lanjiut thor.. suka cerita nya
Anna Kartika Ningrum
lanjut thor /Smile/
Anna Kartika Ningrum
bagus cerita nya thor.. kpn kelanjutannya
Amoramor: sabar yaa, lagi di review
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!