Rumah tangga yang telah aku bangun selama dua tahun dengan penuh perjuangan, mulai dari restu dan segala aspek lainnya dan pada akhirnya runtuh dalam sekejap mata. Aku yang salah atau mungkin dia yang terlalu labil dalam menyelesaikan prahara ini? berjuang kembali? bagaimana mungkin hubungan yang telah putus terbina ulang dalam penuh kasih. Berpaling? aku tidak mampu, segalanya telah habis di dia. Lalu aku harus bagaimana? menerima yang datang dengan penuh ketulusan atau kembali dalam rasa yang setengah mati ini? aku hancur dalam cintanya, segala hal tentang dia membuat aku hancur berantakan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lissaju Liantie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab_019 Seperti Area Kuburan Saat Malam
Tepat pukul empat sore semua koas dan residen sudah berkumpul tepat di depan ruangan sang direktur utama, tidak ada yang datang terlambat satu orang pun bahkan beberapa diantara mereka justru sudah ada disana sejak dua puluh menit yang lalu. Semuanya tidak berani masuk terlebih dahulu ke ruangan tersebut, mereka masih saja berdiri diluar tanpa ada yang berinisiatif masuk.
"Kenapa masih disini? Apa pak direktur tidak ada di ruangannya?" Tanya Hanin, dokter yang pertama datang kesitu dan mendapati para koas dan residen yang masih cukup kebingungan di depan ruangan tersebut.
"Ada dok." Jawab Hawa karena dia adalah orang yag paling dekat posisinya dengan keberadaan Hanin.
"Lalu? Kenapa masih disini, ayo..." Ajak Hanin yang terdengar begitu ramah.
Hanin segera mengetuk pintu sang direktur, setelah mendapat jawaban dari dalam sana, Hanin langsung membuka pintu lalu masuk dengan diikuti oleh semuanya.
"Berharap banget berada dibawah bimbingan dokter yang ini, bawaannya tenang banget, pasti baik banget nih orangnya." Ujar Alina penuh harap, ia langsung mengagumi sosok Hanin yang baru ia kenal beberapa detik yang lalu.
"Benar banget, semoga saja kita beruntung." Clara yang masuk paling akhir ke dalam ruangan.
"Apa aku yang pertama datang?" Tanya Hanin lalu duduk di sofa yang menghadap kearah meja kerja Sean.
"Hmmmmm, kalian semua duduklah dulu, kita tunggu sebentar lagi." Jelas Sean yang perlahan meninggalkan meja agungnya lalu melangkah kearah sofa untuk bergabung dengan yang lainnya.
"Terima kasih pak!" Jawab semuanya hampir berbarengan lalu segera mengambil tempat duduk.
"Maaf, karena agak telat..." Pinta Deria lalu segera bergabung ke sofa.
(Mampus! Ternyata dia salah satu dokter yang bakal jadi pamong kita, lalu bagaimana kalau ternyata dia spesialis ortopedi? Apa aku bakal berada dibawah bimbingannya? Huuuuufffff) Bisik hati Kaivan yang mulai tidak tenang setelah Deria masuk ke ruangan tersebut.
"Apa aku boleh di skip aja?" Tanya Anand yang masih berdiri diambang pintu sana.
"Cepatlah, jangan membuat mereka menunggu terlalu lama." Pinta Sean.
"Kayaknya masih kurang? Mana tuh yang paling spesial?" Tanya Anand setelah mencari-cari sosok Dariel namun tidak dapat dia temukan.
"Dia udah izin agak telat, karena ada pasien dadakan." Jelas Sean.
"Udah, duduklah dulu..." Pinta Hanin yang bahkan segera bangun lalu menarik tangan Anand untuk ikut duduk bersamanya dan tanpa protes Anand mengikutinya.
"Maaf!" Pinta Dariel yang datang paling akhir dan bergegas bergabung, dia duduk tepat di samping Deria.
"Huuuuf!" Ujar Anand pelan dengan suara sedikit tertahan namun kasar.
"Kenapa menghela napas begitu berat?" Tanya Hanin yang sedikit mendekat lalu berbisik di telinga Anand.
Anand tidak menjawab sama sekali, tangan kirinya lalu memutar kepala Hanin agar meluruskan pandangannya kedepan bukan kearah dirinya.
"Okay, baiklah langsung aja keintinya. Kenalkan ini dokter Anand dan ini dokter Dariel, mereka spesialis ortopedi." Jelas Sean.
(Waaaaah, sepertinya aku harus membiasakan diri bermental baja.)" Gumam hati Abyan dengan terus diam-diam melirik kearah Anand dan Dariel. (Semoga saja aku berada dibawah dokter Dariel) Lanjut Abyan membatin dengan penuh harap sesaat setelah mengamati sosok Anand.
(Bagaimana bisa tidak ada perempuan satu pun yang spesialis ortopedi? Kenapa aku harus terjebak dengan kedua dokter ini? Mereka terlihat seperti area kuburan saat malam.) Alina pun mulai membatin, ia merasa doanya tadi benar-benar tidak terijabah.
"Abyan dan Alina, kalian berdua akan dibimbing oleh dokter Dariel, sedangkan Fiona, Hawa dan Kaivan akan di bimbing oleh Dokter Anand." Jelas Sean.
(Aku pasti bakal gila, huuuuf!) Bisik hati Fiona yang bahkan langsung merasa tegang.
"Mohon bimbingannya, dok!" Ucap Abyan dan Alina hampir serentak.
"Hmmmmmm! Udah nggak usah tegang, santai aja." Ujar Dariel dengan senyuman.
"Apa aku sudah boleh keluar?" Tanya Anand.
"Hmmmmm!" Jawab Sean.
"Ayo ikut!" Ajak Anand yang langsung pergi dari sana membuat Fiona, Hawa dan Kaivan terheran-heran namun pada akhirnya mereka segera pamit undur diri lalu segera berlari menyusul Anand.
"Dan ini Dokter Deria, spesialis dokter saraf, jadi otomatis yang bakal berada di bawah bimbingannya adalah Clara, Syakeel dam Zulfan. Dan untuk Kenzie, kamu akan dibimbing oleh dokter Hanin."
"Baik pak!" Jawab Kenzie dengan hati yang bak taman bunga, dia benar-benar terlihat begitu senang karena dia berada di bahwa bimbingan Hanin, sang dokter yang terlihat bak malaikat.
"Kalau begitu, mereka semua sekarang adalah tanggungan kalian, tolong dibimbing dengan baik." Jelas Sean.
"Baik pak, kalau begitu aku permisi, soalnya ada pasien yang harus aku ulang. ayo ikut bersama ku!" Ajak Deria yang langsung segera diikuti para pengikutnya.
"Saya juga permisi pak, ayo Abyan, Alina, aku akan mengajak kalian keliling ke ruang inap pasien ortopedi." Jelas Dariel.
"Baik dok." Jawab Alina.
"Permisi pak!" Ucap Abyan pamit dan keduanya segera mengikuti Dariel.
Kenzie masih duduk sambil sesekali melirik kearah Hanin yang masih terlihat santai.
"Apa kamu tidak berencana keluar dari sini?" Tanya Sean.
"Abang mengusir ku?" Tanya Hanin yang tidak lagi menyadari keberadaan sosok Kenzie di dalam ruangan tersebut.
(Abang....???) Kenzie bertanya pada dirnya sendiri, dengan mata penuh kebingungan.
"Dokter Hanin..." Suara Sean begitu pelan dan lembut.
"Aku kang... Ups! Ayo Kenzie...!" Ajak Hanin akhirnya paham dengan kode yang Sean berikan sejak tadi.
"Baik dok!" Ucap Kenzie siap untuk ikut bersama Hanin.
"Selalu saja terlihat begitu imut saat kamu kebingungan dan lupa tiba-tiba seperti itu." Ujar Sean dengan senyuman manisnya.
~~
"Buruan mommy!" Desak Talia yang terus menarik Putri untuk cepat-cepat menelusuri rumah sakit untuk menemui Anand.
"Pelan-pelan sayang! Sayang dengarin mommy dulu, kita tunggu di luar aja mungkin ayah lagi kerja." Jelas Putri yang mencoba menghentikan aksi Talia yang sejak tadi begitu terburu-buru.
"Talia mau cepat-cepat bertemu sama ayah. Kemaren saat Talia tanya ke umma kata umma, Talia harus tanya sendiri ke ayah kenapa sudah seminggu tidak menjenguk Talia." Jelas Talia yang terlihat sedih.
"Sayang, ayah lagi sibuk. Banyak pasien atau bisa jadi jadwal operasinya padat." Jelas Putri mencoba memberi pemahaman kepada sang anak.
"Tapi biasanya ayah selalu menyempatkan diri untuk bermain sama Talia. Ayah bakal bareng sama umma datang ke rumah kita." Adu Talia yang terdengar begitu larut dalam kesedihan.
"Jangan nangis dong sayang, okay, tenang, ayo kita cari ayah." Ajak Putri yang akhirnya luluh karena melihat air mata yang mulai menitik dari kedua mata indah milik Talia.
Talia mencoba mengusap air matanya lalu kembali melangkah namun kali ini dengan langkah yang lebih pelan dari sebelumnya. Keduanya terus menuju ke ruang kerja Anand namun setelah berusaha mengetuk pintu، mereka sama sekali tidak mendapat jawaban apa-apa, Putri memutuskan untuk membuka ruangan tersebut dan ternyata kosong tidak ada Anand di sana, perlahan Putri menutup kembali pintu ruangan tersebut.
Wajah Talia kembali terlihat murung, Putri mengajak Talia untuk mencarinya ke ruang IGD dan Talia mengiyakannya.
"Ayaaaaaah!" Teriak Talia kegirangan saat melihat sosok Anand yang baru saja muncul di hadapannya.
Talia segera berlari menghampiri Anand lalu memeluknya dengan erat, sosok Talia membuat Fiona, Hawa dan Kaivan saling menatap dalam diam lalu tersenyum kearah Putri yang perlahan melangkah mendekati mereka semua.
~~