Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tinggal Bersama (Part 1)
Udara dingin perlahan-lahan mulai menjadi sejuk bersamaan dengan kehangatan mentari pagi yang perlahan menyinari bumi dan embun pagi lepas jatuh ke tanah.
Suara berisik dari mixer terdengar dari dapur rumah Rin, adonan dasar cake ataupun adonan untuk cream sudah dibuat oleh Rin. Beberapa loyang cake sudah ada yang matang dan ada juga yang baru dia masukan ke dalam oven untuk memanggangnya. Rin mengoleskan cream itu ke cake yang sudah matang dan menghiasnya sambil menunggu yang dioven matang juga.
"Rin, jadi begini penampilan kamu kalau kamu dirumah, boleh ku foto." tutur Karin saat ke dapur melihat Rin yang tak menggunakan kaca mata, mengikat rambut panjangnya, dan menggunakan apron (atau tepatnya baju dapurnya Rin).
Rin meletakan apa yang dipegangnya dan memperhatikan Karin saat dia berbicara dengan Rin, "terus, bagaimana dengan dirimu, boleh ku foto juga?" ucap Rin sambil mengangkat ponselnya kearah Karin yang masih menggunakan piyama dan rambut yang acakan.
Mendengar apa yang dikatakan Rin, Karin segera melihat penampilan dirinya. Karin langsung tersenyum geli sendiri, tiba-tiba terdengar suara shooter dari ponselnya Rin membuat Karin terkejut.
"Hei, kamu benaran ngambil fotonya!" Karin segera menghampiri Rin.
"Kenapa tidak, kesempatan langkah tidak boleh disia-siakan." ujar Rin sambil mengotak-atik ponselnya. "Gimana, cocokkan kalau dijadikan layar depan ponsel." Rin menunjukan ke Karin, dan ponsel itu diambil Karin dari tangannya Rin. "Oh ya, yang lainnya belum bangun, ya?" ujar Rin sambil dia menghias cake nya kembali.
Karin tersenyum sendiri melihat fotonya ada diponselnya Rin dan dia menyita ponsel itu.
"Kalau Nirmala, dia lagi mandi saat aku kesini, Fifi, dia sedang merapikan kamar kita, kalau yang lainnya aku ngak tahu, oh ya, mau dibantu." ujar Karin berdiri disamping Rin, memperhatikan dia yang asik menghias cake.
"Selamat pagi Tuan Rin, mau dimasakkan apa hari ini." ujar Tika ketika dia melihat Rin ada di dapur.
"Selamat pagi Bu, untuk sarapan buatkan aja nasi goreng sama telur, untuk makan siang dan malam masak sambal daging yang ada di kulkas aja Bu." ujar Rin ke bu Tika sambil terus menghias cake nya.
"Baik Tuan." jawab Tika. "Hemm, maaf apakah anda ini istrinya Tuan Rin, anu, Nyonya Karin atau Nyonya Nirmala." tutur Tika ke Karin yang berdiri disamping Rin.
"Saya Karin, Bu, dan saya belum resmi menjadi istrinya, oh iya Ibu ini siapa?" tanya Karin penasaran dengan kehadirannya Tika.
"Maaf Nyonya, saya Tika, saya adalah pengurus rumah ini, walaupun hanya dipagi hari saja." tutur Tika.
"Mau saya bantu Bu" tawar Karin ke Tika yang siap memasak.
"Nggak usah, kamu sebaiknya lekas mandi, biar Anna atau yang lainnya membantu bu Tika." ujar Rin tanpa berpaling kearah Karin sedikit pun.
"Memangnya kamu sudah mandi apa." balas Karin atas perkataan Rin tadi.
Rin menunjukan ke Karin seragam sekolah yang sudah dia kenakan dibalik baju dapurnya. Melihat Rin yang sudah memakai seragam, Karin segera pergi dengan mengembungkan pipinya karena kesal, Rin yang sudah selesai menghias satu cake segera menyusul Karin dan sekalian memanggil yang lainnya, tidak lupa dia meminta tolong ke Bu Tika agar dapat memperhatikan cake yang masih ada dioven juga.
"Hei Karin, tunggu, apa kamu marah aku bilang begitu tadi, apa karena tidak bisa membalasnya." ujar Rin sambil mengejar Karin dan berjalan disampingnya.
Karin tidak memperdulikan apa yang diucapkan Rin, dia terus saja berjalan, lalu dia langsung berhenti dan menatap kearah Rin dengan wajah kesal saat mendengar apa yang diucapkan Rin.
Saat Rin melihat ekspresi Karin, ada rasa bingung dan juga rasa ingin ketawa, "maaf ya" ujar Rin sambil menunduk dan mengangkat kedua tangannya yang sudah ia satukan.
Karin mengambil nafas panjang lalu menghelanya, setelah itu dia pergi meninggalkan Rin yang masih dengan posisi menunduk. Rin penasaran kenapa tidak ada tanggapan apapun dari Karin, lalu Rin mengangkat kepalanya dan melihat Karin sudah menaiki anak tangga.
"Eh, mau kemana?"
"Mau mandi." teriak Karin. "Seperti yang kamu suruh."
"Karin ..." panggil Rin.
"Apa lagi?" teriak Karin menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Rin dengan tatapan yang benar-benar jengkel ke Rin.
"Ponsel ku." tutur Rin lembut.
"Aku sita." ujar Karin. "Oh ya, kodenya."
"Haaa, kodenya RIN, ganti ke angka." tutur Rin, berharap agar Karin tak menemukan kodenya.
Karin meninggalkan Rin setelah mendapatkan kode kunci ponselnya Rin, walaupun itu masih berupa teka-teki. Rin menuju kamarnya Raka yang memang berada dibawah, setelah itu dia menuju kamarnya Anna dan kamarnya Nana dan Sari untuk membantunya didapur menyiapkan keperluan jualan mereka di cafe nanti.
Mereka semua sudah berkumpul di ruang makan, cake yang Rin buat sudah selesai dibuat dan dihias, bu Tika juga sudah selesai memasak dan sekarang dia sedang merapikan dan membersihkan rumah.
"Maaf semuanya, boleh aku minta waktu kalian sebentar." ujar Rin ke mereka semuanya. "Mungkin kalian sudah mendengarnya dari Papa ataupun dari Mama tentang mereka, tapi aku ingin mengenalkan mereka secara langsung ke kalian. Mereka akan tinggal bersama dengan kita." tutur Rin. "Ini Karin Althea, Nirmala Putrie, kalau dia mungkin kak Anna sudah berkenalan dengannya, Firia Argyle, biasa dipanggil Fifi."
"Nirmala, apa kamu gadis waktu itu yang datang ke kafe sebelum waktu buka, gadis yang makai gaun one piece yang mencari Rin kan waktu itu." tutur Sari.
"Kakak masih ingat, padahal itu sebulan yang lalu loh." jawab Nirmala.
"Baiklah, aku perkenalkan mereka, dia kak Raka koki kafe kita, dia kak Anna, koki kita juga, kalau dia kak Nana, dan ini kak Sari, mereka pramusaji kita." Rin memperkenalkan mereka ke Fifi, Karin dan Nirmala.
"Mala, kamu adiknya Rin kan?" Tanya Nana penasaran.
"Bukan, dia bukan adiknya Rin, aku tahu siapa adiknya Rin." balas Raka.
"Terus kalau bukan adiknya Rin." sambung Sari menghentikan ucapannya.
"Rin boleh tahu nggak yang bertunangan itu siapa? Kalau Nirmala bukan adik kamu, terus maksud dari perkataan Fifi kalau dia adalah pelayan pribadinya kalian bertiga itu." tutur Anna.
"Serius, Fifi pelayan pribadi mereka." ujar Raka, Sari dan Nana kompak menatapi Anna lalu kearah mereka berempat.
"Iya begitu yang dia bilang." jawab Anna.
"Maaf, aku kira kalian sudah dapat kabar semuanya dari Mama atau Papa, yang bertunangan itu aku dengan." Rin menunjuk dengan kedua tangannya kearah Karin dan Nirmala.
Raka, Sari, Nana dan Anna mengikuti kemana arah tangan Rin menunjuk, saat mengetahui kalau yang ditunjuk Rin itu adalah Karin dan Nirmala mereka berempat sontak kaget.
"Serius kamu Rin, kamu bertunangan dengan dua orang sekaligus." ujar Nana yang kaget, begitu juga dengan yang lainnya.
"Iya kak Nana, memang itu kebenarannya. Semua ini sudah diputuskan Nini, kami tidak dapat membantahnya." jawab Rin atas pertanyaan Nana, Karin dan Nirmala mengangguk menyetujuinya.
"Ya sudah, lebih baik kita sarapan sekarang, terutama kalian berempat, jika tidak cepat sarapannya kalian bisa terlambat pergi ke sekolahnya." ujar Raka. "Ke sekolahnya mau diantar." sambungnya.
"Makasih kak, kami jalan aja ke sekolahnya." jawab Karin dan juga Nirmala.
"Oke kalau itu yang kalian inginkan."
°
°