Istri Bisu Milik Sang CEO

Dan saat ini Moira berada didalam satu mobil yang sama dengan Leon. Semenjak kejadian di kamar tadi tidak ada apapun yang Moira katakan. Hanya terdiam dengan segala keterkejutan atas tindakan baru yang Leon lakukan tadi. Mata Moira melihat kearah Leon yang masih fokus menyetir.

Tidak ada musik untuk menemani selama perjalanan yang lumayan jauh dari kediaman mereka. Yang ada hanya suara mesin mobil dan suara helaan napas mereka saja, Leon yang bisa mengeluarkan suara sesukanya saja tidak mau berkata apapun.

"Tunggu sepertinya ini bukan jalan menuju Mansion Yaston.." Moira sangat mengenali jalan ini, yaitu jalan menuju Perusahaan Dante. Moira pernah melewati jalan ini tepat sebelum acara pernikahan hanya untuk membuat perjanjian dengan Leon Dante.

Cepat-cepat tangan Moira mengambil buku kecil di tas, aktivitasnya itu yang membuat Leon sesekali melirik kearah Moira yang tengah sibuk menulis sesuatu.

"Kita tidak ke Mansion Yaston, lagian mau apa kita kesana.." Belum membaca apa yang Moira tulis saja pria itu sudah tahu apa yang harus dijelaskan.

Moira menulis di lembaran baru untuk bertanya pertanyaan selanjutnya. "Aku membawamu ke Perusahaan untuk bekerja sebagai sekretarisku. Jangan tanya kenapa... aku melakukan semua itu karna ingin selalu memastikan secara langsung bahwa kau tetap diam tentang pernikahan kita." Jelas Leon dengan sangat santainya.

Sampai Moira ternganga mendengar semua itu, bagaimana bisa Leon mengatur hidupnya sesuka itu. Sudah menekan eh sekarang malah harus melakukan sesuai dengan apa yang ia inginkan. Sangat tidak masuk akal bagi Moira, ia tidak akan tinggal diam kali ini.

Tangan Moira terus menarik lengan Leon agar jangan melanjutkan perjalanan, karna terus mendapatkan pemberontakan seperti itu dari Moira maka langsung Leon menghentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Ada apa?"

Moira masih menulis sesuatu apa yang ingin ia katakan, dan pada akhirnya Leon bersabar lagi menunggu itu.

"Kau tidak masuk akal!" Ternyata sebuah umpatan yang Moira tulis, Leon ingin protes tapi malah Moira menulis sesuatu lagi.

"Ck, kau mengumpatku?"

"Bagaimana bisa aku bekerja sebagai sekretarismu, kau jangan semena-mena seperti ini. Aku tidak boneka!"

Leon tersenyum tipis membaca apa yang Moira tulis, ia kembali menatap kearah lurus kedepan. "Setidak sudi itukah dia bekerja disisiku?" Malah itu yang Leon pikirkan.

Tangan Moira menepuk lengan Leon lagi hingga pria itu menatap kearahnya. "Aku tidak mau bekerja disisimu, karena kau tidak tahu cara berkompetisi denganku. Harus dengan buku ini, bagaimana bisa aku bisa bekerja dengan baik nanti."

"Bukan alasan yang tepat untuk menolak, Moira. Jika aku mengatakan kau harus bekerja disisiku maka itulah yang harus kau lakukan!" Pertegas Leon, ia tidak mau ada bantahan lagi.

Moira membuang napas secara kasar, terpaksa ia harus melakukan tindakan liar yang tidak pernah Leon sangka pastinya. Moira mencubit lengan Leon Sekuat-kuatnya sampai pria itu menjerit kesakitan.

"Aduhhh!"

Disaat Leon sudah lengah barulah Moira membuka pintu mobil, ia berlari kencang sampai merasa jika Leon tidak akan bisa mengejarnya.

"MOIRA!" Teriak Leon dari jendela mobil tapi Moira sudah berlari jauh.

Rasa cubitan dari Moira tadi sangat maut sampai meninggalkan bekas kemerahan pada lengan Leon. Siapa sangka jika Moira yang lemah lembut bisa liar seperti itu, bisa melawan juga.

"Lihat saja, kau akan menyesali perbuatanmu hari ini!" Leon melajukan mobilnya untuk menuju Perusahaan, sebenarnya bisa saja mengejar Moira tapi Leon ingat jika ada meeting penting sebentar lagi.

"Berbahagialah dengan semua rencanamu yang berhasil hari ini, malam nanti aku pastikan jika kau sendiri yang meminta untuk bekerja disisiku!" Leon sangat dendam, tapi senyuman di wajahnya karena mengingat Moira berani juga ternyata melakukan tindakan kasar itu padanya.

~

Moira sampai di Perusahaan penyiar berita, ia menggunakan taxi untuk melanjutkan perjalanannya. Mata Moira tertuju pada orang-orang yang baru saja datang sama sepertinya.

"Untung saja aku belum telat.." Moira sedikit panik juga kalau terlambat dihari keduanya bekerja.

"Moira!" Sapa Theo, ia berlari menuju Moira yang sudah masuk kedalam lobby perusahaan.

Theo takjub dengan kecantikan Moira pagi hari ini, terlihat segar dan menggemaskan. "Cantik sekali hari ini.." Tanpa ragu Theo mengeluarkan pujiannya hingga Moira sampai melotot sempurna. "Ah bukan hari ini saja si, tapi semenjak aku bertemu denganmu... kau memang selalu cantik." Perjelas Theo lagi.

Sampai Moira tersenyum dengan menundukkan wajahnya, baru kali ini Moira mendapatkan pujian setulus itu dari seseorang. Moira adalah manusia yang tidak bergaul atas permintaan kedua orang tuanya. Untuk menghindari kecurigaan orang terpaksa Moira memang menghindari pertemanan terlalu dekat.

"Terimakasih sudah memujiku seperti itu.."

Theo tertawa kecil mengetahui apa yang Moira katakan, ia mengajak Moira menuju kantin untuk sarapan dulu.

"Sepertinya kau belum sarapan bukan, bagaimana kalau kita makan bubur ayam yang ada dikantin Kantor?"

Kebetulan Moira juga mulai lapar, ia tidak sempat sarapan tadi karna terburu-buru. Sudah begitu tenaganya juga banyak terkuras habis terus melawan Leon yang sesukanya.

"Ayo, kebetulan aku lapar.." Sampai Moira mengelus perutnya.

Theo meraih tangan Moira hingga mereka jalan bersama menuju kantin Kantor. Banyak orang-orang yang terus memperhatikan mereka, karna Moira baru saja bekerja satu hari bisa sedekat ini dengan Theo yang merupakan atasan.

"Tidak apa, jangan hiraukan mata-mata itu. Yang terpenting kita makan bubur.." Theo menarik bangku mengarahkan Moira untuk duduk, ia memperlakukan Moira selayaknya ratu saja.

Moira yang memang kekurangan perlakukan baik tentu saja sedikit bahagia mendapatkan perlakuan baik ini dari Theo. Tapi, ia sadar jika mungkin semua tindakan baik dari Theo hanya sekedar rasa antara manusia saja. Moira terus menyadarkan dirinya untuk tidak bawa perasaan akan tindakan manis yang Theo berikan. Meskipun hati Moira pasti akan sulit membatasi rasa itu, tapi ia tetap berusaha.

"Kau duduk disini, aku akan memesan.." Theo menuju ke arah kantin, Moira terus memandang ke arah Theo yang berlalu pergi.

"Dia tipe suami idaman, baik serta lembut. Tidak angkuh dan semena-mena seperti Leon, astaga.. kenapa aku mengingat pria menyebalkan itu?"