Mengisahkan Tentang Perselingkuhan antara mertua dan menantu. Semoga cerita ini menghibur pembaca setiaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Arumy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendesak Menikah Secara Resmi
Mama Mendesak Untuk Menikah Kembali Secara Resmi
Hari-hari setelah pernikahan sirih yang mereka lakukan secara diam-diam, hidup Arman dan Maya mulai terasa semakin berat. Meskipun pernikahan itu memberi mereka sedikit kedamaian, bayang-bayang kesalahan dan keraguan terus mengintai. Mereka tahu bahwa meskipun hubungan mereka berjalan, itu hanya akan bertahan selama mereka mampu menjaga rahasia mereka tetap tersembunyi.
Namun, Maya semakin tidak tahan dengan situasi ini. Meskipun ia merasa bahagia karena akhirnya bisa bersama dengan Arman, perasaan bersalah dan takut terus menghantuinya. Ia merasa bahwa mereka tidak bisa terus hidup seperti ini, dengan hubungan yang tidak sah menurut hukum dan norma. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia harus menghadapi kenyataan—bahwa mereka seharusnya menikah secara resmi dan diakui oleh masyarakat.
Suatu malam, setelah makan malam bersama di rumah mereka yang sederhana, Maya memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Arman. Suasana di ruang tamu terasa tegang, seakan ada sesuatu yang mengganjal di antara mereka. Maya menatap Arman dengan serius, dan suara Maya terdengar penuh dengan kegelisahan.
"Arman," ucap Maya dengan suara pelan, namun penuh dengan penekanan, "Aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Kita sudah menikah, tapi pernikahan kita bukanlah pernikahan yang sah. Aku ingin kita menikah lagi, secara resmi, dengan cara yang benar."
Arman terkejut mendengar pernyataan itu. Ia sudah mengetahui bahwa Maya merasa demikian, namun ia belum siap untuk menghadapi kenyataan ini. Mereka telah menjalani hidup yang penuh dengan kebohongan dan ketakutan, dan ia tahu bahwa menikah secara resmi akan membawa konsekuensi yang lebih besar lagi. Tidak hanya akan mengguncang hubungan mereka dengan Nisa dan keluarga, tetapi juga reputasi mereka di mata orang-orang yang selama ini mereka kenal.
"Mama," jawab Arman dengan ragu. "Kita tahu betul apa yang akan terjadi jika kita menikah secara resmi. Kita sudah melanggar banyak aturan, dan jika sampai orang tahu, ini akan menghancurkan kita. Aku tidak yakin kita siap menghadapi semua itu."
Namun, Maya menatap Arman dengan mata yang penuh tekad. "Aku tahu, Arman. Aku tahu ini sulit. Tapi aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Aku ingin kita menghadapinya dengan kepala tegak. Kita sudah cukup lama hidup dalam rahasia. Ini saatnya untuk benar-benar mengakui hubungan kita dan menunjukkan bahwa kita pantas untuk bersama."
Arman menghela napas panjang. Perasaan di dalam hatinya begitu berat, seolah-olah ada beban yang tak bisa ia tanggung. Ia tahu bahwa keputusan ini akan membawa banyak perubahan dalam hidup mereka, dan mungkin mereka tidak akan pernah bisa kembali ke kehidupan yang mereka kenal. Namun, melihat Maya begitu tegas dan penuh keyakinan membuatnya merasa ada harapan untuk meraih kebahagiaan yang sejati.
"Mama... aku mengerti," kata Arman akhirnya, dengan suara yang lebih lembut. "Tapi kita harus memikirkan segala kemungkinan. Jika kita menikah secara resmi, orang-orang akan tahu tentang kita. Nisa, keluarga kita, teman-teman... semuanya akan tahu. Apa kita siap untuk itu?"
Maya menunduk sejenak, seakan merenungkan setiap kata yang diucapkan Arman. Namun, hatinya sudah mantap. Ia tahu bahwa perasaan mereka tidak bisa lagi disembunyikan. Cinta yang mereka rasakan satu sama lain adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan, dan ia merasa sudah saatnya untuk menghadapi dunia dengan kejujuran.
"Ya, aku siap," jawab Maya dengan tegas. "Aku tidak ingin hidup dalam kebohongan lagi. Aku ingin kita bisa bersama secara sah, tanpa rasa takut atau bersalah. Dan jika kita harus menghadapi konsekuensinya, aku siap."
Arman menatapnya dalam-dalam, merasa campuran antara ketakutan dan keyakinan. Keputusan ini tidak mudah, namun ia tahu bahwa Maya sudah memutuskan. Mereka tidak bisa kembali, dan mungkin itu adalah hal yang terbaik. Dalam hati Arman, ia berharap bahwa apapun yang terjadi, mereka akan mampu menghadapi semuanya bersama-sama.
"Aku akan mendukungmu, Mama," kata Arman akhirnya, meskipun ada kekhawatiran yang masih menghantuinya. "Tapi kita harus siap menghadapi apapun yang datang. Ini bukan keputusan yang mudah, dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya."
Maya tersenyum, meskipun senyum itu penuh dengan kecemasan. "Kita sudah melewati banyak hal bersama, Arman. Aku percaya kita bisa menghadapi ini. Kita akan menikah secara resmi, dan kita akan menghadapi dunia bersama."
Keesokan harinya, Maya mulai merencanakan pernikahan mereka yang akan dilakukan secara resmi. Ia berbicara dengan seorang pengacara untuk memastikan bahwa proses perceraian dengan Nisa selesai dengan tuntas, dan kemudian mereka bisa menikah tanpa ada hambatan hukum. Maya merasa sedikit lebih tenang setelah mengatur semua hal yang perlu dilakukan, meskipun ketegangan masih ada di dalam dirinya. Ia tahu bahwa setelah pernikahan ini, hidup mereka akan berubah selamanya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Maya mulai merasa cemas. Meskipun ia sangat ingin pernikahan resmi itu terjadi, ia tahu bahwa dunia luar tidak akan mudah menerima hubungan mereka. Nisa, yang sudah berada di desa, pasti akan sangat terluka jika mengetahui kenyataan ini. Begitu juga keluarga besar mereka yang mungkin tidak akan bisa menerima pernikahan terlarang ini.
Namun, keputusan Maya sudah bulat. Ia ingin hidup bersama Arman tanpa harus terus bersembunyi, meskipun mereka harus menghadapi dunia yang mungkin tidak akan mengerti. Dengan tekad yang semakin kuat, Maya mengatur segala sesuatunya untuk pernikahan resmi mereka, berharap bahwa setelahnya, mereka akan bisa hidup dengan lebih tenang, meskipun jalan yang harus mereka tempuh tidak akan mudah.
Namun, mereka tidak tahu bahwa keputusan besar ini akan membuka pintu bagi serangkaian peristiwa yang akan mengubah hidup mereka, dan orang-orang di sekitar mereka, selamanya.