NovelToon NovelToon
Cinta Rasa Kopi Susu

Cinta Rasa Kopi Susu

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Rania, seorang barista pecicilan dengan ambisi membuka kafe sendiri, bertemu dengan Bintang, seorang penulis sinis yang selalu nongkrong di kafenya untuk “mencari inspirasi.” Awalnya, mereka sering cekcok karena selera kopi yang beda tipis dengan perang dingin. Tapi, di balik candaan dan sarkasme, perlahan muncul benih-benih perasaan yang tak terduga. Dengan bumbu humor sehari-hari dan obrolan absurd, kisah mereka berkembang menjadi petualangan cinta yang manis dan kocak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melangkah Tanpa Peta

Bab 19: Melangkah Tanpa Peta

Rania memulai perjalanannya dengan langkah yang ringan, meskipun dalam hatinya ada perasaan gelisah yang tak bisa disembunyikan. Untuk pertama kalinya, ia tidak memiliki tujuan yang pasti—hanya berjalan mengikuti insting dan hati yang berkata untuk mencari jawabannya sendiri. Tidak ada rencana konkret, tidak ada jadwal yang harus dipenuhi. Hanya sebuah keputusan untuk menyelami kedalaman dirinya, jauh dari keramaian kafe yang telah menjadi bagian besar dari hidupnya.

Setelah beberapa jam perjalanan dengan kereta menuju kota kecil yang terletak di pegunungan, Rania tiba di sebuah desa yang sepi. Desa ini terlihat jauh dari kehidupan yang biasa ia kenal, dengan rumah-rumah yang sederhana dan jalan-jalan kecil yang dikelilingi oleh alam yang masih asri. Rania merasakan ketenangan yang luar biasa begitu menginjakkan kaki di tanah ini. Seolah dunia ini memberi ruang baginya untuk bernapas.

---

Di pagi hari, Rania berjalan menyusuri jalan setapak di pinggir desa. Udara segar yang penuh dengan aroma pinus dan tanah basah membawa rasa ketenangan yang dalam. Dia berhenti di sebuah tempat yang tampak seperti tepi jurang, melihat pemandangan lembah hijau yang luas di hadapannya. Suasana di sini sangat berbeda dari hiruk-pikuk kota yang biasa ia alami.

Seorang wanita tua yang duduk di bangku kayu dekat sebuah rumah sederhana menatapnya dengan senyuman hangat. Wanita itu mengangkat tangan, memberi isyarat agar Rania mendekat.

"Anakku, kau tampaknya baru pertama kali datang ke sini, ya?" tanya wanita tua itu dengan suara lembut, seakan sudah mengenal setiap orang yang melintasi jalan ini.

Rania mengangguk, merasa tertarik dengan keramahan yang terpancar dari wanita itu. "Iya, saya sedang mencari ketenangan. Bisa saya duduk sebentar?"

Wanita itu tersenyum dan mempersilakan Rania duduk di sebelahnya. "Tentu saja, duduklah. Kadang kita perlu sedikit berhenti sejenak untuk merasakan kedamaian di sekitar kita. Di sini, kita belajar untuk hidup dengan lebih sederhana."

Rania menghela napas panjang, meresapi kata-kata itu. "Saya merasa seperti hidup saya terlalu sibuk, terkadang saya lupa untuk menikmati momen yang ada. Saya ingin menemukan sesuatu yang lebih berarti."

Wanita itu menatap Rania dengan penuh pengertian. "Anakku, kadang kita terjebak dalam rutinitas, terlalu fokus pada apa yang kita ingin capai, sampai kita lupa untuk menikmati perjalanan itu sendiri. Mungkin, yang kamu cari bukanlah sebuah tujuan, tetapi lebih kepada bagaimana kamu menjalani perjalanan hidupmu."

Kata-kata itu mengena dalam hati Rania. Meskipun tampaknya sederhana, namun ada kedalaman yang Rania rasakan. Ia merasa seperti menemukan sebuah petunjuk kecil, sepotong jawaban yang selama ini dicari-cari.

"Bagaimana cara menemukan kedamaian itu?" tanya Rania, mencoba memahami.

Wanita itu tersenyum lagi. "Kedamaian datang bukan dari tempat, tapi dari hati yang menerima. Terima apa yang ada, nikmati setiap detik yang kamu miliki, dan izinkan dirimu untuk belajar dari setiap pengalaman. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri."

Rania terdiam, merenung. Terkadang, hidup memang hanya membutuhkan pemahaman yang sederhana, dan wanita ini seperti memberi kunci bagi hatinya yang selama ini merasa terkunci.

---

Hari-hari berlalu, dan Rania semakin sering menghabiskan waktu di desa tersebut. Ia sering berjalan-jalan di alam, berbincang dengan penduduk lokal, dan semakin banyak belajar tentang cara hidup yang jauh lebih sederhana dan penuh rasa syukur. Dalam keheningan desa itu, Rania mulai merasa lebih dekat dengan dirinya sendiri. Ia mulai menulis di jurnal, mengekspresikan pikiran dan perasaannya yang selama ini terkubur dalam kesibukan hidup sehari-hari.

Suatu sore, saat sedang duduk di dekat sungai kecil yang mengalir dengan tenang, Rania menulis tentang perjalanan batinnya.

“Mungkin selama ini aku mencari jawaban yang sudah ada di dalam diriku. Mungkin aku terlalu sibuk berlari mengejar sesuatu yang aku kira akan memberi kebahagiaan, padahal kebahagiaan itu bisa ditemukan dalam kedamaian yang ada di setiap momen.”

Ia menutup jurnalnya dan menatap ke atas langit yang semakin gelap. Ada perasaan lega yang mengalir dalam dirinya. Sepertinya, jawaban yang selama ini ia cari sudah ada, hanya saja ia perlu berhenti sejenak untuk menemukannya.

---

Keesokan harinya, Rania mendapat undangan untuk bertemu dengan seorang wanita tua yang dikenal sebagai penjaga alam desa tersebut. Wanita itu, yang dikenal dengan nama Ibu Sari, sudah lama tinggal di desa dan menjadi tempat banyak orang datang untuk meminta nasihat. Ibu Sari dikenal bijaksana, dan katanya, bisa membaca pikiran orang hanya dengan melihat mata mereka.

Rania merasa penasaran, dan memutuskan untuk pergi menemui wanita tersebut. Rumah Ibu Sari terletak di ujung desa, jauh dari keramaian, dikelilingi oleh tanaman obat dan bunga-bunga yang harum. Begitu Rania tiba, Ibu Sari sudah menunggunya di beranda dengan secangkir teh herbal di tangannya.

"Rania, aku sudah menunggumu. Duduklah, anakku. Ada banyak hal yang bisa kita bicarakan."

Rania duduk di depan Ibu Sari, merasakan aura ketenangan yang luar biasa dari wanita itu. Ibu Sari tersenyum dan menyerahkan secangkir teh herbal yang wangi.

"Terima kasih," kata Rania, sambil menerima teh tersebut.

Ibu Sari menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba membaca hatinya. "Kau datang ke sini mencari kedamaian, tapi sebenarnya yang kau cari adalah diri sendiri. Jawaban itu sudah ada, tetapi seringkali kita menutup mata terhadapnya."

Rania terdiam, mencoba memahami apa yang Ibu Sari maksudkan. "Saya merasa seperti terjebak dalam keramaian hidup saya. Saya tidak tahu lagi apa yang benar-benar saya inginkan."

Ibu Sari tersenyum lembut. "Kau tahu, anakku, terkadang kita merasa hilang karena kita tidak memberi ruang untuk diri kita sendiri. Cobalah untuk lebih mendengarkan hatimu, jangan takut untuk merasakan ketidakpastian. Karena hanya dengan menerima ketidakpastian itulah kita bisa menemukan apa yang kita cari."

Kata-kata itu seperti membuka cakrawala baru bagi Rania. Ia merasa seperti sebuah pintu terbuka dalam dirinya. Sejak saat itu, ia mulai benar-benar menerima perasaan ketidakpastian dan keraguannya sebagai bagian dari perjalanan hidup. Bukan sesuatu yang perlu ditakuti, tetapi sesuatu yang perlu dihargai.

---

Beberapa minggu kemudian, Rania memutuskan untuk kembali ke kota. Namun kali ini, ia kembali dengan pemahaman yang lebih dalam tentang diri dan tujuannya. Ia merasa bahwa perjalanannya belum berakhir, tetapi lebih kepada awal dari babak baru dalam hidupnya.

Setibanya di kafe, Bintang menyambutnya dengan senyum lebar. "Rania, lo sudah kembali! Gimana perjalanan lo?"

Rania tersenyum dan merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Gue kembali dengan lebih banyak pertanyaan, Bintang. Tapi sekarang, gue sudah lebih siap untuk menghadapi semuanya. Gue merasa perjalanan gue belum selesai, tapi sekarang gue tahu, setiap langkah itu penting."

Bintang mengangguk, merasa senang melihat perubahan dalam diri sahabatnya. "Gue senang lo menemukan kedamaian yang lo cari, Rania. Sekarang, apa yang lo rencanakan?"

Rania tersenyum, matanya berbinar penuh semangat. "Sekarang saatnya kita mulai perjalanan baru bersama. Kita akan memperluas visi kita, tapi kali ini dengan lebih banyak hati dan lebih banyak ruang untuk diri kita sendiri."

---

To be continued...

1
Zycee
Makasih
anggita
oke lah👌👍
Delita bae: semangat buat up nya🙏✌
total 1 replies
anggita
oke👌thor.. terus berkarya tulis. semoga novelnya sukses. salam buat mbak Rania barista kopi😊.
anggita
jadi ingat, klo ga salah dulu ada film judulnya Filosofi Kopi🤔
anggita
like+iklan 👍☝
anggita
Bintang⭐💻📝... Rania☕🍵
Fitria Mila astuti
bagus bahasa nya dan alur ceritanya...ringan tapi menarik. 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!