Sekelompok anak muda beranggotakan Rey Anne dan Nabila merupakan pecinta sepak bola dan sudah tergabung ke kelompok suporter sejak lama sejak mereka bertiga masih satu sekolah SMK yang sama
Mereka bertiga sama-sama tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena terbentur biaya kala itu Akhirnya Anne melamar kerja ke sebuah outlet yang menjual sparepart atau aksesories handphone Sedangkan Rey dan Nabila mereka berdua melamar ke perusahaan jasa percetakan
Waktu terus berlanjut ketika team kesayangan mereka mengadakan pertandingan away dengan lawannya di Surabaya Mereka pun akhirnya berangkat juga ke Surabaya hanya demi mendukung team kesayangannya bertanding
Mereka berangkat dengan menumpang kereta kelas ekonomi karena tarifnya yang cukup terjangkau Cukuplah bagi mereka yang mempunyai dana pas-pasan
Ketika sudah sampai tujuan yaitu stadion Gelora Bung Tomo hal yang terduga terjadi temannya Mas Dwi yang merupakan anggota kelompok suporter hijau itu naksir Anne temannya Rey.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanyrosa93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya, sampai rumah juga!
Tanpa terasa, akhirnya kereta api pun sudah sampai stasiun tujuan juga, lalu kita turun di stasiun ini suasana stasiun yang ramai karena banyak pedagang asongan yang berlalu lalang mencari rezeki dari setiap penumpang yang lewat.
Rey, Anne, dan Nabila tidak langsung pulang ke rumah, melainkan nongkrong dulu di stasiun duduk meluruskan otot kaki sambil ngopi menikmati senja sore hari.
Anne kemudian bertanya kepada Rey dan Nabila barangkali mau menitip belikan makanan apa, soalnya Anne mau membeli kue balok coklat keju sebagai buah tangan untuk kedua orang tuanya di rumah.
“ Rey,Nabila kalian mau nitip apa?gue mau ke gerai kue balok itu tuh.” Ucap Anne yang menunjuk gerai kue balok di area stasiun.
“ Gue mau nitip sate 15 tusuk ya, pinggir gerai kue balok itu, ini uangnya, maaf ya Anne ngerepotin.” Ucap Rey sambil memberikan uang seratus ribuan.
“ Oke, lu Nabila mau nitip apa?”
“ Gue mau nitip martabak telor ya yang isian ayam, ini uangnya ya Anne.” Ucap Nabila
“Siap, tunggu ya gue kesana dulu sebentar.”
“ Iya santai aja, kita tungguin elu kok Anne!”
Anne kemudian berjalan menuju ke gerai kue balok lalu ke gerai sate ayam pesanan Rey dan terakhir ke gerai martabak telor pesanan Nabila.
Pesanan sudah semua dibeli, kresek yang dijinjing tangan pun penuh dibawa menuju ke tempat Rey dan Nabila berada.
Begitu sampai ke tempat Rey dan Nabila yang sedang santai ngopi, Anne pun menyimpan semua titipan Rey dan Nabila yang didalam kantong kresek hitam itu diatas meja.
“ Ini pesanannya, Rey ini kembaliannya dan ini kembalian Nabila, utuh ya gue gak ngambil sepeser pun uang kalian.”
“ Iya Anne, terima kasih sudah dibeliin mana ngantri lagi ya di gerainya, malah kasian gue lihatnya tadi.” Ucap Nabila
“ Gapapa kok santai aja kan biar sekalian.”
“Yuk, kita pesan taksi online sekarang ya takut keburu malam nih, kali ini gue yang bayar ongkosnya.” Ucap Rey
“ Siappp.” Ucap Anne dan Nabila.
Rey kemudian mengeluarkan handphonenya dari tas kecil selempang yang Rey bawa lalu Rey pun membuka aplikasi taksi online dan Rey pun langsung memesannya 1 mobil bertiga karena motor Rey ada di rumahnya Anne.
Hanya 5 menit menunggu taksi online itu datang, kini taksi onlinenya sudah berada didepan mata.
Semuanya langsung masuk ke dalam mobil karena berada di pinggir jalan banyak debu lagian sudah memasuki waktu petang juga gak baik masih berkeliaran di jalanan.
Petang ini, hanya 5 menit taksi online yang ditumpangi Anne,Rey dan Nabila karena kondisi dan suasana jalanan sedang lengang tidak banyak kendaraan yang lewat padahal ini hari Minggu.
Mobil taksi pun akhirnya berhenti di depan rumah Anne.
“ Ini bang ongkosnya, terima kasih ya bang.” Ucap Rey kepada driver taksi online.
“ Iya bang terima kasih juga ya sudah mengorder, jangan lupa bintang limanya dan ulasannya ya.” Ucap driver
“Oke siap bang.” Ucap Rey kembali
“ Ayo Anne dan Nabila turun, sudah nyampe rumah Anne nih!” Rey mengajak Anne dan Nabila untuk turun dari mobil taksi online karena sebentar lagi taksi online akan menjemput penumpang yang lain.
Setelah Anne dan Nabila turun, mobil taksi itu melaju kembali karena ada orderan lagi.
“ Gue langsung pulang ya, tapi gue mau ambil motor gue dulu di garasi sana.” Ucap Rey
“ Gak ngopi-ngopi dulu di rumah gue?”
“ Gak ah, lain kali aja ya, capek banget gue.”
“Oke, sebentar gue buka dulu garasinya.”
“ Iya.”
Anne kemudian berjalan menuju garasi dan segera membuka gerbang garasi yang tertutup itu.
Setelah garasi dibuka, lalu Rey pun langsung memakai helm dan menghidupkan motornya kemudian Rey pamit pulang.
“ Gue pulang ya, salam buat nyokap dan bokap lu.” Rey pamit kepada Anne
“ Iya, gue juga pulang ya Anne, see you next time kita nonton bola lagi.” Ucap Nabila kemudian.
“ Iya hati-hati dijalan ya Rey dan Nabila.”
Motor Rey pun lalu melaju menuju jalanan menuju ke rumahnya masing-masing.
‘Akhirnya, nyampe rumah juga nih.’ Gumam Anne dalam hati.
Lalu, Anne pun membuka pintu dan Anne pun masuk ke dalam rumah.
“ Asalamualaikum, Bu,ayah,Anne pulang.”
“ Waalaikumsalam.”
“ Baru pulang sekarang kirain habis nonton bola langsung ke stasiun.” Lanjut ibunya Anne
“ Iya Bu, Anne dan teman yang lain nginap di penginapan, tadinya mau pulang setelah nonton tapi capek banget, jadinya nginap dulu satu malam.”
“ Ya sudah gapapa, yang penting kamu pulang dengan selamat, itu apa yang kamu bawa?” ibunya Anne penasaran.
“ Kue cubit coklat keju Bu.”
“ Oh, Ya udah kamu mandi dulu sana lanjut nanti makan.”
“Iya Bu, Anne simpan tas dan ambil handuk dulu ya.”
“ Iya.”
Anne melangkah menuju kamarnya membawa tas dan sekotak kue cubit di tangan kanannya. Sesampainya di kamar, Anne meletakkan tas di atas kasur dan membuka jendelanya agar udara segar masuk. Dia menatap keluar, melihat halaman depan rumah yang dipenuhi bunga mawar merah dan kuning, kesukaan ibunya.
Anne menarik napas panjang, merasakan kehangatan rumah yang selalu ia rindukan. Suara ibunya dari bawah terdengar samar, mungkin sedang berbicara dengan ayah.
Setelah mengambil handuk dari lemari, Anne menuju kamar mandi. Air dingin menyegarkan tubuhnya yang lelah. Pikirannya melayang pada perjalanan semalam, saat ia dan teman-temannya menikmati suasana penginapan di tepi danau. Mereka berbagi cerita hingga larut malam, membahas pertandingan bola yang mereka tonton sebelumnya.
Selesai mandi, Anne mengenakan piyama sederhana lalu turun ke dapur. Ia mendapati ibunya tengah menyusun piring di meja makan.
“Sudah mandi, Nak?” tanya ibunya dengan senyum lembut.
Anne mengangguk sambil duduk di kursi, memandangi kue cubit yang ia bawa tadi. Ayahnya muncul dari ruang keluarga dengan koran di tangan, lalu duduk di kursi favoritnya.
“Bagaimana pertandingan bolanya?” tanya ayah sambil melipat koran.
“Seru, Yah! Tim favorit Anne menang. Stadionnya juga penuh banget, suasananya meriah,” jawab Anne penuh semangat.
“Wah, baguslah. Tapi jangan terlalu sering begadang, kesehatan tetap nomor satu,” kata ayahnya sambil tersenyum bijak.
Anne mengangguk. “Iya, Yah. Makanya tadi Anne sama teman-teman memutuskan untuk nginap dulu, daripada capek di jalan.”
Ibunya membawa secangkir teh hangat dan meletakkannya di depan Anne. “Minum ini dulu, biar tubuhmu hangat,” ucapnya.
Anne tersenyum sambil menyeruput teh tersebut. Kehangatan minuman itu menyusup hingga ke hati, mengingatkannya betapa beruntungnya memiliki keluarga yang peduli.
“Bu, nanti malam ada acara apa di sini? Kok tadi Anne lihat halaman belakang rapi banget?” tanya Anne.
Ibunya terkekeh kecil. “Oh, itu. Besok ada pengajian ibu-ibu. Jadi, tadi pagi ibu sama tetangga beres-beres halaman.”
Anne mengangguk mengerti. “Kalau begitu nanti Anne bantu ya, Bu, kalau ada yang perlu disiapkan.”
“Boleh, Nak. Tapi sekarang istirahat dulu. Kelihatan sekali kamu masih lelah,” kata ibunya sambil menepuk pelan pundak Anne.
Anne menghabiskan tehnya dan membawa kue cubit ke ruang keluarga. Ayahnya masih asyik membaca koran. Anne duduk di sebelahnya, membuka kotak kue tersebut.
“Yah, mau coba kue ini? Enak lho, coklat keju,” tawar Anne sambil menyodorkan sepotong kecil.
Ayahnya mengambil satu dan menggigitnya perlahan. “Hmm, enak juga. Kamu beli di mana?”
“Di kios kecil dekat stadion, Yah. Katanya ini kue favorit di sana,” jawab Anne.
Mereka mengobrol ringan sambil menikmati kue cubit. Suasana sore itu begitu hangat, meskipun di luar angin bertiup cukup kencang. Anne merasa hatinya tenang. Rumah memang selalu menjadi tempat yang meneduhkan setelah perjalanan panjang.
Setelah beberapa saat, Anne pamit ke kamar untuk beristirahat. Dia merebahkan diri di kasur empuknya, memejamkan mata sambil memikirkan banyak hal. Dalam hati, Anne bersyukur bisa kembali ke rumah dengan selamat. Hari ini, sekali lagi, ia menyadari betapa berharganya keluarga dan rumah tempatnya tumbuh dewasa.
Anne tersenyum kecil sebelum akhirnya terlelap.
***