Melisa, seorang gadis biasa yang sedang mencari pekerjaan, tiba-tiba terjebak dalam tubuh seorang wanita jahat yang telah menelantarkan anaknya.
Saat Melisa mulai menerima keadaan dan bertransformasi menjadi ibu yang baik, dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan bahaya. Monster dan makhluk jahat mengancam keselamatannya dan putranya, membuatnya harus terus berjuang untuk hidup mereka. Tantangan lainnya adalah menghindari ayah kandung putranya, yang merupakan musuh bebuyutan dari tubuh asli Melisa.
Dapatkah Melisa mengungkap misteri yang mengelilinginya dan melindungi dirinya serta putranya dari bahaya?
Temukan jawabannya dalam novel ini, yang penuh dengan misteri, romansa, dan komedi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cara keluar
Pintu ruangan tersebut tertutup dengan sangat cepat, seolah-olah tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk keluar. Sedangkan pria berkacamata itu tepat tersungkur bersamanya di atas lantai.
"Akh, kau gila? Kenapa menarikku ke dalam?" kesal pria itu dengan secepat mungkin berdiri dari lantai. Matanya menatap Melisa dengan tajam, seolah-olah menuduhnya sebagai penyebab utama dari situasi ini.
"Ya, terus aku harus bagaimana?" ia menatap pria itu dengan mata yang terbuka lebar, seolah-olah menantangnya untuk menjawab.
"Huh... percuma berdebat denganmu," pria itu menghela nafas saat meletakkan tangannya di pintu yang tertutup di hadapannya. Ia menatap pintu itu dengan mata yang tajam, seolah-olah mencoba untuk membaca apa yang terjadi di baliknya.
"Kali ini apa rencanamu lagi?" pria itu menatap tajam pada dirinya, seolah-olah menanyakan apa yang akan dilakukan Melisa selanjutnya.
"Rencana? Apa maksud anda?" bingung Melisa, suaranya terdengar tidak yakin.
"Kau jangan berbohong... cepat katakan atau aku bisa membunuhmu di sini," pria itu mengeluarkan aura mencekam dari tubuhnya, membuat tubuh Melisa bergetar.
"Apa maksudnya? Bunuh saja saya, jika anda mau! Jangan asal bicara hanya karena saya menarik anda ke dalam. Semua itu karena ada sesuatu di dalam cermin sialan itu," kesal Melisa. Kali ini tidak ada lagi ketakutan atau keraguan di dalam matanya.
"Cermin?" tanyanya lalu melihat ke arah cermin yang tidak jauh dari mereka.
"Ikuti aku maka anda akan paham," ujarnya lalu berjalan ke arah cermin tersebut. Pria itu tidak mengatakan apapun, tapi ia tetap menuruti perintah dari Melisa yang memintanya untuk mengikutinya.
Hingga Mereka saat ini tengah berdiri di depan cermin yang itu. Pria berkacamata itu hanya terdiam sesaat, lalu menatap ke arah perempuan yang ada di sebelahnya.
"Lihat sini, bukan lihat saya, tuan," tegur Melisa yang tampak kesal.
"Siapa yang melihatmu?" elaknya.
Mendengar hal itu, Melisa hanya bisa menghela nafas panjang untuk mengisi kesabarannya yang mulai terkuras itu.
"Ya, ya, tapi lihat sini dulu," ujar Melisa dengan menunjuk ukiran pada cermin itu. Pria itu menuruti apa yang dikatakan Melisa, lalu melihat ukiran tersebut.
"Bintang hitam? Ini..." gumamnya saat melihat tanda tersebut. Wajah pria itu tampak sedikit terkejut tapi sedetik kemudian kembali pada wajah datarnya.
"Sepertinya anda mengetahui sesuatu dengan lambang ini," ujar Melisa saat melihat ekspresi dari pria itu.
Mendengar perkataan dari Melisa, pria itu justru kembali menatap tajam padanya. "Bagaimana kau bisa tau mengenai tanda bintang hitam ini?" tanyanya dengan nada dingin yang membuat Melisa merasa tidak nyaman.
"Ada apa dengan anda?" bingungnya. Kali ini apalagi salahnya pada pria aneh ini. Melisa benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa sikap seorang penjaga keamanan begitu buruk seperti ini.
"Jawab saja!" pintanya penuh tekanan, membuat Melisa merasa terintimidasi.
"Saya tau dari Raymond, dia pernah berkata pada saya untuk menjauhi tanda bintang hitam. Secara insting ya saya mengikuti perkataannya," jelas Melisa dengan nada yang sedikit defensif.
"Raymond? Pria yang sedang kita cari saat ini?" tanya pria itu dengan mata yang terbuka lebar, seolah-olah mencoba untuk memahami hubungan antara Melisa dan Raymond.
"I-ya..." jawab Melisa sedikit ragu.
"Apa kau pernah bertemu dengan seseorang yang memiliki tanda ini?" tanyanya lagi.
"Pernah dua kali," jawab Melisa setelah berpikir sesaat, seolah-olah mencoba untuk mengingat kembali kenangan tersebut.
"Dimana?" tanyanya yang sudah jelas sedang menyelidiki sesuatu.
"Di pasar daging dan juga toko mainan," jawab Melisa.
Mendengar hal itu, pria itu hanya mengangguk paham, mencoba untuk memahami informasi yang baru diterimanya. Ekspresi wajahnya tidak berubah, tapi matanya terus memandang Melisa dengan tajam.
"Jadi apa maksud dari bintang hitam ini ?" tanya Melisa penasaran.
"Kurasa kau seharusnya jauh lebih tau dari aku." jawab pria itu yang membuat Melisa harus kembali berpikir keras tanpa menemukan jawaban.
"Saya tidak tau," elak Melisa.
"Lupakan itu, jadi kenapa tadi kau tiba-tiba berlari dan menarikku? Kenapa kau tidak berlari langsung keluar saja agar kita tidak terjebak di tempat ini."
"Itu hanya insting saja, jadi ketika saya melihat tanda di cermin saya jadi tau bahwa ini benda berbahaya jadi saya berlari ke pintu untuk keluar, tapi saat saya sampai di ujung pintu saya berpikir jika keluar begitu saja kita tidak akan mendapatkan petunjuk apapun. Jadi lebih baik kita terjebak saja disini dan mencari tau sesuatu," Bohongnya. Sebenarnya tadi ia hampir terjatuh dan secara refleks menarik pria itu.
"Pemikiran gila." Ejek pria itu lalu berjalan ke arah dinding. Ia hanya meletakkan tangannya di dinding lalu memejamkan matanya. Tak lama kemudian pria itu kembali membuka matanya. Entahlah Melisa merasa dejavu sejenak saat melihat mata pria itu berubah menjadi merah mirip dengan mata seseorang yang sangat takut ia temui.
"Tempat ini telah di segel dari segala sisi jadi kita tidak mungkin menghancurkan tembok ini," jelas pria itu tanpa diminta.
Melisa hanya menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan kata-kata yang membuat pria itu sedikit kesal. "Oh begitu.."
"Kenapa kau begitu santai?" tanya pria itu yang sedikit kesal dengan sikap santai Melisa.
Melisa menjawab dengan nada yang santai. "Jadi saya harus berteriak, kan itu tidak berguna? Lebih baik kita duduk dulu lalu memikirkan cara cerdas untuk semua ini benarkan?"
Tanpa mendengar jawaban dari pria itu, Melisa dengan santainya duduk di atas kasur tepat di samping cermin tersebut, seolah-olah tidak peduli dengan situasi yang sedang terjadi.
Sedangkan pria itu akhirnya memutuskan untuk mengikuti apa yang Melisa katakan. Ia dengan perlahan mendudukkan bokongnya di atas kasur itu.
Waktu berganti waktu, tapi kedua orang itu masih dengan pikiran masing-masing. Melisa akhirnya mengeluarkan kata-kata yang memecah keheningan.
"Mungkin ada pintu rahasia disini," tebaknya.
"Kenapa kau begitu yakin?" tanyanya dengan melirik Melisa dengan sudut matanya.
"Ini namanya insting, dan juga sebelum anda datang saya mendengar ada suara yang memanggil saya ke dalam. Dia bilang akan mengabulkan permintaan saya jika membuka pintu," jelas Melisa menatap lurus kedepan.
"Suara? Aku tidak mendengar apapun," ujar pria itu.
"Apa mungkin itu setan?" ujarnya dengan nada yang sedikit takut. Melisa bahkan memegang tengkuknya.
"Konyol," ejeknya.
"Baiklah, jika begitu maka satu-satunya cara kita keluar dari sini adalah dengan menghancurkan pintu yang mungkin akan menyebabkan kerusakan parah," ujar pria itu dengan serius.
"Bagaimana cara menghancurkannya?" tanya Melisa.
Sedangkan pria itu langsung menatap malas pada Melisa. Bagaimana bisa gadis itu menanyakan hal itu. Dunia ini adalah dunia sihir, tentu saja menggunakan sihir untuk menghancurkan apapun. Lagipula, wanita itu juga salah satu penyihir yang hebat di kekaisaran ini.
'Apa dia sedang berpura-pura lemah dan naif sekarang?' pikir pria itu.
"Mundur di depan cermin itu, aku akan menghancurkan pintu ini!" pintanya dengan nada serius.
Melisa dengan patuh mengikuti perintah pria itu. Tapi dia kembali terdiam saat melihat pantulan gambar dirinya yang ada di cermin. Ekspresi wajahnya terlihat sedikit aneh, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres.
Wanita itu menggerakkan tubuhnya ke kanan dan kekiri, lalu menunduk dan berjongkok. Hingga ia pergi ke sisi samping cermin lalu melompat ke depannya. Mata Melisa membulat saat melihat bagaimana pantulan dirinya yang merespon lebih lambat dari kenyataan.
"Akh!" teriaknya yang begitu menggema dalam ruangan tersebut.
"Ada apa?" tanya pria itu yang menghentikan sihirnya dan berjalan ke arah Melisa.
"I-ini bukan cermin... ada orang di dalamnya..." tunjuk Melisa pada cermin itu dengan tangan yang gemetar.
Kemudian tanpa sadar ia menggenggam tangan pria itu saat sudah berada di sampingnya. Pria itu melihat ke arah tangannya yang digenggam dan berusaha melepaskannya, tapi Melisa benar-benar tidak ingin lepas darinya.
"Aku mohon ini mulai horor dan aku takut," cicitnya dengan tubuh gemetar.
Akhirnya pria itu hanya bisa mengabaikan hal itu dan menyentuh kaca cermin dengan tangan kirinya.
"Begitu rupanya," senyum sinis terpancar di wajah itu.
Dia tersenyum, tapi mengapa membuat Melisa merasa terancam. Ekspresi wajahnya terlihat sedikit menakutkan, dan Melisa merasa seperti sedang berada dalam bahaya. Wanita itu hanya bisa meneguk ludah dengan kesar dan berharap bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi kedepannya.