Buat yang penakut jangan baca sendirian!!!
Tentang sebuah desa, yang mana desa ini atau kampung sangat misterius.
Di cerita ini kita bakal ngikutin perjalanan seseorang yang bernama candra, dimana keluarganya terlilit hutang gitu yang lumayan banyak.
Candra disuruh orang tuanya buat pergi kerumah pamannya, yang bernama kang agung disebuah desa yang bernama rangkas punah. desa itu sendiri menyimpan cerita misteri yang sangat mengerikan.
Nah bagaimana cerita selanjutnya penasaran kan?
yukk kita baca bareng_bareng, biar takutnya bareng_bareng.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sayatan Di Tangan
Anehnya kali ini Pak Agung gak masalahin Candra pergi, cuma berpesan jangan pulang malem_malem. Tapi Candra agak curiga kok Bagong kayak gini sikapnya habis itu akhirnya Chandra ngambil motor diikutin sama Kang Basir tanda tanya.
Candra bilang, "pulang Kang" Kang Basir jawab kayak ragu-ragu. Dalam hati Candra ngomong lagi "Aneh biasanya pamit tumben nggak"
Chandra langsung nyalain motornya dan tancap gas, begitu juga dengan Kang Basir. Chandra menuju ujung Kampung sementara Kang Basir ke arah yang berlawanan anehnya Kang Basir ngebut kayak gak biasanya.
Tak berapa lama Candra udah sampai diujung kampung, tempat biasa dia nyari sinyal langsung aja dia ambil hpnya dan mencari kontak Gama. kemudian menghubunginya sekali, dua kali sampai ketiga kali masih tetep gak diangkat namun Candra melihat ada notif.
Candra langsung berpikir ini pasti dari Gama, dan pas lihat ternyata dia cuma bilang. "Tunggu bentar Candra"
Ya udah Candra tungguin Gama telpon balik, yang penting sohibnya itu sudah merespon. Candra duduk di rumput_rumput dari kejauhan udah kelihatan lampu kuning, dari rumah Ni itoh karena hari udah mulai gelap.
"Bapak ada dirumah itu tapi kenapa gak berkunjung nih ke rumah Pak Agung" Batin Candra, lagi mikir gitu tiba\_tiba ada panggilan masuk nih.
\[ "Gam udah baca pesanku tadi pagi, aku makin takut nih. Gimana caranya aku bisa bertemu Budi" \]
[ "Bukan itu masalahnya, budi udah ngasih tau, Bapak kamu ada dirumah Ni itoh dengan ciri_cirinya lengkap, itu lebih berbahaya sekarang aku lagi dirumahnya mbah idim Bapaknya Budi. Kalau keadaanya semakin memburuk, aku pasti datang. Dengar baik_baik"
Mbah idim bapaknya Budi, mungkin ilmunya lebih tinggi nih daripada Budi. Pas lagi telponan begitu rasanya Candra pengen banget nih balik badan, samar_samar Candra seperti mendengar suara kaki melangkah dibelakang.
Namun begitu Candra nengok gak ada siapa_siapa.
[ "Halo Candra" ]
[ "Iya Gam aku masih disini" ]
[ "Budi gak ada kabar dari semalem, sejak ada yang meninggal dikampung itu. Apalagi Budi bilang Agis ngasih jalan ke Panjul" ]
[ "Terus aku mesti gimana Gam" ] Lagi_lagi kedengeran suara langkah kaki, makin mendekat makin mendekat tapi pas Candra lihat gakada siapa_siapa.
[ "Gam ini kayak ada langkah makin mendekat, tapi gak ada wujudnya, apalagi disini udah makin malam" ]
[ "Pulang cepat, sekarang" ]
Merinding kan Candra dengar Gama ngomong gitu, apalagi suara langkah kaki itu kedengeran makin dekat. Dan kedengeran kayak di seret dirumput, Tak berapa lama ada suara nenek_nenek ketawa.
"Sssstttt... hihihi.. Sssttt.. hihihi..
Gak pikir panjang Candra langsung naik ke atas motor dia nyalain itu motor, disaat yang bersamaan mendadak pahanya berasa panas. Dia langsung kalau tadi dia ngantongin keris pemberian si Budi, "Apa jangan_jangan benda ini sedang bereaksi ya" Pikir Candra dalam hati.
Sambil mikir gitu Candra langsung tancap gas dari situ, dia melihat udah ada dua orang yang berdiri disamping hutan dengan berpakaian serba hitam sambil membawa golok ditangannya.
Dan kelihatan jelas soalnya jaraknya gak terlalu jauh, itu golok masih ada bekas darahnya. Anehnya orang_orang itu di posisi kayak lagi berlari gitu, tapi mematung gak gerak sama sekali tapi tatapannya jelas ke arah Candra.
Alhamdulillah nya Candra selamat sampai rumahnya Pak Agung lagi, begitu sampai rumah pas banget waktu maghrib. Tapi anehnya pas melihat Candra datang, Pak Agung sama Kang Basir yang lagi duduk diteras depan langsung kayak kaget.
Bahkan Kang Basir yang lagi duduk diteras depan, langsung kayak yang kaget bahkan berdiri tuh lihatin Candra. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, Pak Agung yang lihat basir begitu nepuk pundaknya seperti ngasih isyarat.
Dia masuk rumah dan Candra pun juga masuk ke dalam rumah, dan langsung masuk ke kamarnya sambil buka jendela. Dia mikir nih apakah dua orang tadi itu orang suruh hanya Pak Agung sama Kang Basir, buat menghabisi Chandra.
Habis itu Candra di ajak makan malam sama Bu Yani, seperti biasa seperti malam-malam sebelumnya suasana di meja makan itu selalu hening dan hambar.
Selesai makan malam semuanya kembali ke kamar masing-masing, begitu juga Candra balik lagi ke kamarnya. Seperti biasa nyalain rokok terus buka laptop, buat jaga-jaga kalau ada yang tiba-tiba masuk ke kamarnya biar nggak curiga.
Pikiran Candra berkecamuk tuh kan ucapan Gama, keberadaan Pak Akbar. Meninggalnya Agis yang tiba-tiba, semua itu membuat kepala Candra menjadi pusing.
Sampai tiba-tiba kedengaran suara dari luar jendela.
"Kunci pintunya"
"Bud...
"Jangan berisik, Kunci pintunya cepat" langsung aja Chandra menuruti perintahnya Budi, dia kunci pintu dengan pelan-pelan.
Ceklek
Biar nggak ada yang denger habis pintu sudah terkunci, Budi langsung masuk lewat jendela yang sudah dibuka dengan hati-hati banget.
Bahkan kakinya Budi ini tidak menimbulkan suara saat mendarat di lantai, Chandra berpikir jangan-jangan si Budi Ini ninja. Begitu masuk Budi nggak pakai minta dia langsung ambil rokoknya Candra, yang ada di kasur terus dibakar tuh rokok sebentar tuh.
Habis itu dia bilang:
"Besok malam tutup satu jendela kayak gini sebagai pertanda kamu masih belum tidur, ini penting kamu nggak perlu tanya kenapa ada yang lebih penting daripada itu"
"Ya Bud aku paham, tadi sore aku telepon Gama Ada hal penting apa Bud. Aku khawatir sama keberadaan Bapak di rumah Ni itoh"
Budi nggak langsung menjawab dia lihat tuh kan pergelangan tangannya, dan di situ Candra melihat ada sayatan dari benda tajam.
Kelihatan dalam dan masih merah budi obatin luka itu pakai ramuan dari daun-daunan, yang persis dipakai buat ngobatin luka di lehernya Chandra.
"Ini bekas sore tadi luka ini bisa berada tepat di leher kamu Candra, dua orang yang kamu lihat itu udah berniat membunuh kamu. Untungnya aku tahu Basir datang ke rumah Ni itoh, dan benda di kain putih itu kamu bawa juga kalau nggak udah diseret kamu sama makhluk kiriman Ni itoh" Tutur Budi.
"Agung Bud? Budi mengangguk.
"Di belakang rumahnya Ni itoh banyak sekali lubang-lubang bekas janin yang dikubur, bekas ritual yang dia lakuin sama kayak yang kamu lihat malam itu.
"Siapa sebenarnya kakek kamu cepet jawab"
Candra diem aja
"Siapa kakek kamu cepat jawab Candra, dan apa yang kamu tahu supaya semuanya bisa selamat. Dan Sumpah Di kampung ini" Mendengar itu membuat Candra tidak tenang apalagi tadi Budi ngomong tentang sumpah.
"Bud aku nggak tahu apa-apa soal kakek, malah aku pikir ada hubungannya sama abo\*\*i di kampung ini Pak Agung bahkan Akbar Bapakku sendiri. Sumpah apa yang kamu maksud" Ucap Candra.
"Sialan baru pertama kali aku tahu tentang hal ini, biadab. Sumpah itu sumpah yang berkaitan dengan tingkah kakek kamu, tapi belum bisa aku pastiin juga. Habis ngomong gitu Budi matiin rokoknya pakai jari.
Candra cuma diem aja nenangin diri habis mendengar omongan dari Budi tadi, nah nggak lama kemudian Budi melihat ke arah gagang pintu tajam banget tatapannya.
"Cepet buka pintu kamarmu pelan-pelan jangan menimbulkan suara" Candra menurut dia pergi untuk membuka gagang pintu pelan-pelan, sebelum pergi keluar lewat jendela Budi ingetin lagi ke Chandra.
"Inget besok malam buka jendela setengah seperti ini, maksudnya jendela itu dibuka separuh aja" Baru aja Candra mau jawab nih, tiba-tiba pendengaran suara langkah kaki cepat banget menuju kamarnya Chandra.
Budi lu lompat lewat jendela pas pintu itu dibuka, ternyata yang masuk itu Pak Agung. "Candra Bapak Minta rokoknya rokok, rokok Bapak abis lupa tadi nyuruh Basir beli" Ucap Pak Agung.
"Eh ini ada Pak"
"Lain kali bekas rokoknya matiin di asbak aja, masih ada tuh di lantai" Pak rokok tuh sebatang dan di bakar, habis itu Pak Agung keluar gitu aja gak lupa menutup pintu kamar kembali.
"Hampir aja ketahuan tapi aneh kok bapak bisa tahu kalau ada orang di dalam kamar" Habis itu Chandra beresin rokok yang di lantai, dan memastikan ini ke jendela Budi udah pergi apa belum.
Setelah itu jendela pun ditutup selesai semua Candra rebahan di atas kasur, berusaha buat merem tuh Sambil mencoba memahami Semua yang udah terjadi.
Pagi harinya Chandra seperti biasa bangun pagi langsung mandi, dan sarapan tapi hari ini Bu Yani tidak pergi ke ujung desa. Chandra hanya bantu beres-beres Bu Yani di halaman belakang, tiba-tiba terdengar ada suara orang ucapkan salam.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" terdengar dari arah belakang seperti suara Kang Panjul, eh ternyata benar tuh suara Kang Panjul.
"Jul Apa bener kabar itu? Tanya Bu Yani.
"Kalau cuma satu orang sih mungkin bisa bohong bu, tapi nih ada tiga warga yang jadi saksinya. Pas ngelewatin hutan kemarin malam, tadi juga di jalan warga langsung pada ngomongin hal itu"
"Bapak juga bilang tapi nggak jelas, apalagi makin aneh akhir-akhir ini sama adik kamu jul Basir"
"Semalam kamu merokok Chandra di sini tumben, kayak rokok yang dibeliin bapak" Chandra juga kaget. Soalnya rokok yang semalam Pak Agung minta dari Chandra masih panjang, di situ Candra yakin kalau kedatangan Pak Agung masuk ke kamarnya itu bukan minta rokok melainkan untuk ngecek.
___Tbc___