Love Is Crazy

"Ara woy!"

Gadis dengan mata coklat terang itu terlonjak kaget mendengar namanya disebutkan keras oleh salah satu sahabatnya. Alora melirik sinis Karina. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya mengatakan kepada Sean dengan permintaan Elkavira tadi.

'Bego, bego, bego, gampang banget sih mulut gue iyain aja' ujarnya dalam hati.

Tangannya memukul-mukul kepalanya, membuat Karina dan Haikal saling melempar pandang menatap tingkah salah satu temanya itu.

"Ini ayang Ara bukan sih?" tanya Haikal menatap horor Alora.

"Bukan, gue arwahnya," balas Alora seketika membuat Haikal mendelik, sementara Karina sudah meledakan tawanya.

"Garing lawakan lo Ra," ujar Karina mendapat decakan dari Alora.

"Siapa juga yang ngelawak?" terdengar helaan napas dari Alora.

"Jesi mana sih?" tanyanya tidak melihat keberadaan gadis itu sedari tadi berangkat.

"Nggak tahu, gue telepon juga nggak diangkat," jelas Karina.

Kini giliran Haikal yang berdecak sebal. Bisa-bisanya kedua sahabatnya itu lupa dengan kebiasaan salah satu sahabatnya yang juga menjadi primadona di sekolah.

"Pacar Jesi balik dari belanda kemarin sore, tahu lah pasti sekarang tuh anak masih dibawah selimut," jelas Haikal memelankan suaranya pada akhir kalimatnya.

Alora hanya mengangguk saja. Ia sudah hafal seperti apa Jesi itu. Berbeda dengan Karina yang malah senyum-senyum tidak jelas. Pikiran gadis itu pasti sudah melanglang buana ke atas ranjang.

"Dia bolos apa ijin?" tanya Alora lagi.

"Bolos lah, mana pernah ijin tuh an-"

Ucapan Haikal terhenti saat melihat gadis yang sedang mereka bicarakan tiba-tiba datang. Namun kali ini ada yang berbeda dengan kedatangan Jesi. Ia terlihat berantakan tidak seperti biasanya. Meski begitu kecantikan Jesi masih bisa terlihat.

"Loh, loh, loh... ayang kok sekolah? Bukannya masih sama James?" tanya Haikal tidak percaya melihat kedatangan Jesi.

Harusnya jika kekasihnya pulang, Jesi tidak akan sempat bersekolah. Bahkan pernah Jesi sampai bolos ada sekitar 4 hari, ia menghabiskan waktu bersama pacarnya James.

"Gue putus."

"Hah?" kaget ketiganya menatap Jesi tidak percaya.

"Ara, bibir lo kenapa?" tanya Jesi seketika membuat Karina dan Haikal menatap Alora.

"Digigit semut," balas Alora agak sedikit ragu.

"Semut mana yang lancang menggigit bibir seksi ayang Ara?" tanya Haikal tidak mendapat balasan Alora.

Ia sangat menghindar topik obrolan tentangnya, apa lagi Jesi menatapnya selidik. Namun beruntungnya Alora karena pertanyaan Karina setelahnya membuat Jesi melupakan bengkak pada bibirnya.

"Kenapa bisa putus? Lo kurang nyervis dia apa gimana?"

"James selingkuh," jelasnya kembali membuat ketiganya terkejut.

"Seorang Jesi diselingkuhin? Bener-bener mokondo tingkat dewa James." Haikal menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Mana ketahuannya pas kita baru selesai main lagi. Kan anjir banget," keluh Jesi seketika membuat mereka iba.

Hanya Alora yang tampak menghela napas kasar. Ingin mengolok Jesi tetapi tidak tega. Alora sebenarnya tidak setuju mendengar Jesi menjalin hubungan dengan James. Bukan tanpa alasan Alora demikian, tetapi ketika sedang menjalin kedekatan dengan Jesi. James pernah mencoba mendekatinya juga meski Alora tolak mentah-mentah, dari situ Alora tahu jika James bukan cowok baik-baik.

Alora pun sudah mencoba berpendapat tentang hubungan Jesi dengan James, namun Jesi yang sedang dimabuk cinta kala itu hanya mendengar nasihat Alora seperti angin lalu saja.

...****************...

Sean menaruh ponselnya kedalam saku setelah mendapat kemenangan pada game yang berada di benda pipih berwarna hitam itu. Cowok tampan yang kini membuka maskernya itu sedang membolos, ada alasan kenapa Sean melakukan itu. Meski terkadang jika di dalam kelas ia tidak begitu memperhatikan guru yang sedang menerangkan, karena otak Sean memang sudah didesain pintar tanpa harus belajar dengan keras.

Tatapan matanya lurus ke depan. Menatap langit yang sudah berwarna biru.

"Ck," decakan terdengar darinya. Namun Sean tidak melakukan apa-apa selain membaringkan tubuhnya di kursi yang berada di rooftop sekolahnya. Tangan satunya sebagai alas kepala.

Matanya terpejam menjemput alam mimpi, namun belum sepenuhnya tertidur. Ponsel di sakunya sudah bergetar. Sean tidak berminat untuk melihat, ia hiraukan dan kembali memejamkan matanya.

"Ish, nggak diangkat, mulai sok ganteng kayaknya nih anak, tapi emang ganteng sih, banget malah." Alora menggeleng menyadari ucapannya yang mulai tidak beres.

"Tunggu, ini kan jam pelajaran, dia pasti juga lagi di kelas. Gue yang bego ternyata," lanjutnya lagi berniat mencuci tangan dan kembali ke kelas.

Alora meminta ijin untuk ke toilet ketika jam pelajaran sedang berlangsung tadi. Ia tidak bisa fokus karena terlalu memikirkan tantangan dari Elkavira yang terlanjur ia iyakan.

Ia membalikan tubuhnya dan...

"Lo nyari gue?"

Alora terperangah menatap Sean yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Cowok itu menemuinya tanpa masker yang menutupi wajah tampannya seperti biasanya. Apa karena Alora sudah tahu tentangnya sampai membuatnya nekat melepas masker di area Sekolah? Dan, bukankah sekarang masih jam pelajaran? Alora menggeleng pelan. Ia tidak paham dengan apa yang terjadi sekarang, padahal itu kan ulahnya. Ulah Alora yang mencoba menghubungi Sean di jam pelajaran, salahkan saja Alora yang tidak mengetahui jika cowok itu sedang bolos pelajaran.

"Gue mau ngomong sama lo, tapi nanti setelah pulang sekolah," ujar Alora pada akhirnya.

Sean tidak menjawab, ia masih menatap Alora tanpa bergerak berang sedikit pun. Detik berikutnya Alora terperanjat kaget saat Sean tiba-tiba menariknya dan membawanya masuk ke salah satu toilet.

"Kenap-"

Ucapan Alora terhenti saat mendengar langkah masuk yang terdengar tergesa-gesa. Setelahnya ia dapat mendengar percakapan dua orang yang membuat Alora melebarkan matanya.

"Zico...ah," desahan yang terdenger dari seorang siswi menyebutkan nama Zico.

Awalnya Sean pikir itu Zico temannya, ia baru saja akan membuka pintu toilet, namun setelah mendengar protes dari suara cowok membuat Sean mengetahui jika itu bukanlah Zico.

"Dasar jalang... Sebut nama gue bukan si brengsek Zico."

Setelah itu hanya terdengar suara desahan yang sepertinya sengaja ditahan agar tidak sampai terdengar. Bunyi penyatuan keduanya membuat wajah Alora seketika memerah. Ia tidak berani melirik ke arah Sean yang berada di sebelahnya.

Jantung Alora meletup-letup seakan meminta keluar, Alora sedang tidak baik-baik saja sekarang, perasaanya berkecamuk menjadi satu.

"Buruan, gue ijinnya ke toilet bentar, ahhh," suara gadis itu kembali terdengar.

"Aakkhhh...."

Tidak lama setelah itu terdengar suara desahan dari keduanya yang sepertinya mencapi puncak.

Alora yang mendengar itu semakin menegang, berbeda dengan Sean yang masih tetap datar seakan tidak mendengar apa-apa.

"Gue mau kita lakuin di lapangan, itu lebih menantang," ujar si cowok sebelum kepergiannya.

Wajah Alora pucat pasi setelah mendengar percakapan juga bunyi sesat yang seharusnya tidak ia dengar.

Sementara Sean melirik Alora dengan sedikit menyunggingkan senyumnya.

"Gue tunggu di rumah nanti," setelah mengatakan itu Sean keluar dari toilet dengan wajah memerah. Entah apa yang sedang cowok itu rasakan.

Berdua dengan Alora di salah satu toilet dengan situasi seperti tadi jelas tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Lihat saja Sean sekarang kembali menutup wajahnya dengan masker dan berniat untuk pulang.