Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Setelah mengajari Febi memakai senjatanya dan menunjukkan senjata masing masing kepada Febi,
“Sebenernya kita perlu senjata untuk apa ya ?” tanya Febi.
[Senjata itu hanya media untuk melakukan skill dan bisa di pakai untuk menyerang juga kalau kalian terdesak.]
“Hmm begitu ya,” ujar Irene bergumam.
“Kalau merombak tubuh kita untuk apa ?” tanya Febi.
[Untuk memudahkan kamu bekerja dan menambah rasa ngeri bagi target kita, semakin takut jiwa itu, semakin mudah dia di mangsa dan kalau busuk di buang saja, sejauh ini sih kebanyakan di buang.]
“Wow...gue ga percaya sekarang gue bagian dari urban legend hehehe...senangnya, baru kali ini gue hutang tapi gue senang,” ujar Febi.
“Hehe sama, gue juga merasa gitu,” ujar Irene menambahkan.
“Trus, dia ga dapet hadiah registrasi gitu ?” tanya Rei.
[Tentu saja dapat, mari kita pergi.]
Tiba tiba seluruh ruangan mendadak terang benderang, Rei, Irene dan Febi melayang di udara sampai mereka harus berpegangan tangan satu sama lain.
“Pyaash,” mereka semua menghilang bersama seluruh barang di ruangan, meninggalkan ruangan yang gelap, lembab dan sunyi. “Bwuuung,” mereka muncul di dalam ruang tengah sebuah rumah, Febi melihat seluruh barangnya sudah tertata rapi di dalam ruang tengah.
Dia langsung masuk pintu kamar di ruang tengah, Febi menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dia melihat sebuah ranjang, meja belajar dengan buku buku pelajaran nya tertumpuk di atasnya, dia juga melihat sebuah rak yang berisi buku buku misteri dan okultisme nya.
Selain itu, seluruh pakaiannya tertata rapi di dalam lemari pakaian yang memiliki cermin di daun pintu nya. Di sebelah meja belajar juga ada sebuah meja rias kecil yang masih kosong dan belum di pakai.
“I..Ini kamar gue ?” tanya Febi tidak percaya.
[Benar, sebagai hadiah registrasi, aku memberikan kamu rumah orang tua asli mu yang sudah pergi ke alam sana.]
“Tunggu ? rumah orang tua asli dia ?” tanya Rei.
[Benar, rumah ibu yang melahirkan dia bersama suami nya. Waktu kecil, Febi di culik di rumah sakit, penculiknya tertangkap namun Febi tidak di temukan karena dia di sembunyikan di tong sampah sampai akhirnya dia di temukan oleh Agnes, ibu yang mengasuhnya. Karena stress dan putus asa, kedua orang tua Febi pergi keluar negeri dan mengalami kecelakaan pesawat. Dengan kata lain, rumah ini seharusnya rumah milik Febi, tenang saja surat surat nya lengkap dan sudah ku rubah atas nama Febi.]
“Brugh,” Febi langsung berlutut dan menangis tersedu sedu, Irene berjongkok dan memeluk Febi yang menangis. Rei juga jongkok dan merangkul keduanya,
“Waaaaaaa,” Febi berteriak sambil menangis.
Setelah Febi tenang dan sudah berdiri kembali, dia berjalan ke arah ranjang dan membaringkan dirinya,
“Hehe baru kali ini tidur di kasur....empuk nya,” ujar Febi senang.
[Silahkan buka laci meja rias mu.]
Febi kembali bangun dan berjalan ke meja riasnya, dia membuka laci nya, di dalamnya ada sebuah buku tabungan lengkap dengan atm nya. Febi mengambilnya dan kaget karena buku tabungan itu sudah atas namanya, dia bertambah kaget ketika melihat jumlah uang yang tercantum di rekening itu dan memperlihatkannya pada Rei juga Irene.
“Wow 100 juta,” ujar Rei.
“Iya, cukup buat hidup sementara,” tambah Irene.
“Ini...duit dari mana ?” tanya Febi.
[Sisa uang dari seluruh harta orang tua mu yang di ambil oleh keluarga mereka. Yah, lebih tepat nya aku mengambil sedikit dari mereka dan memberikan nya pada mu sebagai modal.]
“Te..terima kasih SS,” ujar Febi.
[Tidak perlu berterima kasih kepada ku, aku sebagai bos harus menjaga kesejahte]
“Iya iya, udah diem, ga usah di teruskan,” ujar Rei memotong ucapan SS.
[Baiklah, selamat menikmati.]
“Hehe jadi ini rumah ku hehehe, kalian bebas datang kapan saja, kita jadikan rumah ini sarang kita hehe,” ujar Febi.
“Sarang cinta kita hehe,” tambah Irene.
“Oh tidak, aku harus pulang ke rumah sebab aku punya keluarga, (menoleh kepada Irene) kamu juga kan ?” ujar Rei.
“Iya sih hahaha, tapi kita bisa teleport ke Febi kapan aja kan,” ujar Irene.
“Satu arah, inget (menoleh melihat Febi) Febi juga bebas kalau mau teleport ke aku atau Irene, jadi kalau ada apa apa kabari pake telepati karena kita semua terhubung,” ujar Rei.
“Iya sayang makasih,”
“Buaak,” “uuuf,” Febi melompat menerjang Rei dan memeluknya, “ih curang, aku juga,” “buaak,” uuuf,” Irene juga melompat menerjang Rei dan memeluknya sampai Rei merasa sakit di perutnya dan sesak nafas.
“O...Oi, jangan begini dong,” ujar Rei pasrah.
“Aku cinta kamu hehehe,” ujar Febi.
“Oi kita baru ketemu, beneran baru beberapa jam doang ketemu,” ujar Rei.
[Itu akibat soul partner, benang merah yang terpisah sekarang sudah di ikat dan menyatu, paham.]
“Haduh, gimana ini,” ujar Rei.
[Ah kamu memang payah, udah di bilang lupakan masa lalu, mereka berdua jauh lebih cantik dari Laura mantan istri mu, apa perlu ku ingatkan lagi ?]
“Iya iya udah diem,” ujar Rei di kepalanya.
[Bagus, bekerja yang giat.]
“Cari klien bos, baru kita kerjain, dasar bos rese,” ujar Rei.
******
Setelah itu, ketiganya kembali ke sekolah, ternyata letak rumah Febi sangat dekat dengan sekolah dan bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Setelah kembali lagi ke rumah dan duduk di ruang tengah,
“Ok sekarang nih ya, aku mau bicara ama kalian,” ujar Rei.
“Bicara apa ?” tanya Irene.
“Begini, sebentar lagi kan lulus lulusan smp, nah ade ku si Angel ngotot mau masuk ke sma kita semalem sampe berantem ama mama, walau akhirnya mama kalah sih, nah jadi ketika dia masuk, tolong jagain dia juga ya,” jawab Rei.
“Beres suami ku, tapi aku belum kenalan nih,” ujar Febi.
“Ade nya brocon, hati hati hahaha,” ujar Irene.
“Ah ga juga, dia cuman terlalu sayang kakak nya aja,” balas Rei.
[Akui aja dia brocon.]
“Diem lo,” balas Rei di kepala nya menggunakan chat pribadi dengan SS.
Rei menceritakan tentang adiknya kepada Febi di bantu Irene yang kadang kadang meledek nya sehingga suasana menjadi hidup. Tiba tiba, “dring,” aplikasi Rei dan Irene mengirim notifikasi,
**************************************************************************
Applicant data :
Name : Dito Pujianto.
Age : 35.
Location : MM office building basement.
Race : Human.
Job : Deputy manager
Status : Healthy
Soul value : 300.000.000.
Target : Manager Chandra Ridwansyah.
Accept : Yes / No
**************************************************************************
Rei menekan yes, kemudian dia dan Irene berdiri, keduanya menjulurkan tangan kepada Febi, tentu saja Febi menyambut tangan keduanya sambil tersenyum dan berdiri.
“Abis ini temenin aku beli smartphone ya, aku belum pernah pakai smartphone,” ujar Febi.
“Sip,” jawab Rei dan Irene bersamaan.
"Ok SS, teleport kita," ujar Rei.
[Siap, mari bekerja.]
"Bwuuung," ketiganya langsung menghilang dari ruang tengah meninggalkan ruang tengah yang sunyi dan hening.
mampir juga ya kak di cerita akuu