NovelToon NovelToon
Pendekar Hantu Kabut

Pendekar Hantu Kabut

Status: tamat
Genre:Tamat / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Perperangan / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Adidan Ari

Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.

Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.

Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.

Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.

Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.

Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32. Pembebasan Para Tahanan

"Apa maksudmu? Di sana itu kan markas perguruan Tapak Sakti. Bagaimana mereka bisa dikurung di dalam sana?" akhirnya Lin Tian bertanya.

"Begini ceritanya...."

Hu Tao kemudian menjelaskan semuanya. Tentang Hu Kai yang setelah diangkat menjadi pemimpin memilih untuk melenyapkan perguruan itu karena tidak mau bekerjasama dengan keluarga Hu.

Hu Tao juga menjelaskan tentang anggota keluarga yang dikurung itu adalah orang-orang yang masih teguh pada pendirian untuk tetap setia kepada keluarga.

Orang-orang ini terdiri dari para pendekar dan tetua keluarga Hu yang tidak suka akan pernikahan Hu Kai bersama ibu tirinya itu. Sejak saat itu, diam-diam mereka telah menganggap bahwa Hu Kai adalah seorang pengkhianat keluarga.

Namun karena Hu Kai yang saat itu statusnya masih menjadi adik seorang pemimpin, juga istrinya yang merupakan salah satu anggota Pilar Neraka yang lihai bukan main. Mereka tak mampu berbuat apa-apa.

Akhirnya ketika sandiwara keluarga Hu terjadi yang membuat anak dari pemimpin sebelumnya tewas. Orang-orang ini tidak lagi bisa menahan diri, mereka kemudian menyerbu Hu Kai dan istrinya untuk membersihkan nama baik keluarga Hu.

Terjadilah perang saudara saat itu. Antara pihak yang setia melawan pihak yang telah menjadi pengikut Hu Kai dan istrinya.

Tapi apalah daya, ternyata ketika hal itu terjadi, keluarga Hu sudah terkepung oleh banyak sekali pendekar golongan hitam yang memang sudah disiapkan sedari awal untuk mengantisipasi terjadinya situasi ini.

Tentu saja pertempuran menjadi berat sebelah karena para pendekar dan tetua yang masih setia kalah jumlah. Mau tidak mau, mereka harus menerima kekalahan dalam pertempuran itu. Banyak para tetua dan pendekar yang mati dalam perang saudara itu, dan yang masih hidup, mereka semua dikurung di dalam penjara bawah tanah perguruan Tapak Sakti yang kini sudah tak berpenghuni.

"Tunggu...kenapa pemimpin sebelumnya tidak menentang pernikahan ayahmu?" tanya Lin Tian heran.

"Itulah yang tidak aku ketahui Lin Tian." jawab Hu Tao dengan ekspresi sedih.

"Tapi yang jelas, semenjak ayah menikah dengan ibu, kesehatan dari pemimpin sebelumnya terus memburuk sebelum akhirnya meninggal." lanjutnya.

"Juga ketika pertemuan tujuh keluarga yang diadakan di kediaman keluarga Hu minggu lalu, waktu itu semua orang di dalam keluarga sudah digantikan dengan para pendekar golongan sesat dan para pengkhianat." kembali pemuda itu menjelaskan.

"Jadi begitu..."

"Kalau begitu bagaimana cara kita untuk menerobos masuk ke dalam sana?" tanya Lin Tian seraya memandang kearah kuil perguruan Tembok Surga.

"Kau tenang saja, aku tahu jalan yang paling cepat untuk kita masuk ke dalam sana. Tapi..." Hu Tao menggantungkan kalimatnya.

"Tapi apa?"

"Di sana banyak pendekar-pendekar yang lihai, aku takut nantinya ketika kita sampai di sana dan belum sempat membebaskan para tawanan, kita sudah mati duluan." ucap Hu Tao dengan ekspresi cemas.

"Dulu sebenarnya aku juga pernah hendak masuk ke dalam sana, tetapi kuurungkan niatku karena melihat kenyataan ini." sambungnya.

"Berapa kira-kira jumlah orang yang menjaga kuil itu?"

"Sekitar tujuh orang di pintu depan dan lima orang di pintu belakang yang sekaligus menjadi tempat untuk kita masuk nantinya." jelas pemuda itu.

Lin Tian diam sejenak untuk beberapa saat, dia sedang berpikir rencana apa yang paling cocok dengan situasi saat ini.

Setelah beberapa saat akhirnya Lin Tian mendapat sebuah ide yang menurutnya paling pas dan tepat untuk mereka.

"Begini saja, aku dan kau akan melawan kelima orang itu. Dan kalian masuk ke dalam ruang bawah tanah untuk membebaskan para tawanan. Bagaimana apa kalian setuju?" kata Lin Tian berpendapat.

"Begitu ya...ide yang bagus." sahut Hu Tao sambil menganggukkan kepala.

"Jika Tuan muda tidak keberatan, kami pun juga tidak keberatan." jawab salah satu dari keempat pelayan itu, diikuti dengan anggukan kepala tiga orang lainnya.

"Bagus, akan tetapi kalian harus cepat, sebelum para penjaga gerbang di pintu depan mendatangi kami berdua, kalian harus sudah bisa membebaskan para tawanan!"

"Serahkan pada kami Tuan." ucap mereka serempak.

Lin Tian maklum jika pekerjaan ini memang tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Karena itulah Lin Tian yakin Hu Tao mengurungkan niat untuk menyelamatkan para tawanan bukan karena takut, tapi karena keadaan yang tidak memungkinkan.

Jika seandainya Hu Tao nekat, dapat dipastikan dia akan di tangkap atau mati, dan keluarga Hu akan kehilangan satu-satunya harapan yang tersisa.

"Kita berkumpul lagi di sini saat tengah malam." Lin Tian berkata singkat sebelum pergi dari sana.

...****************...

Tepat tengah malam, seperti yang sudah dijanjikan, keenam orang itu sudah berkumpul kembali di tempat tadi.

"Apa kalian sudah siap?" tanya Hu Tao serius kepada mereka semua.

Mereka lalu menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Baiklah, ayo berangkat!!" katanya kemudian melesat pergi dari sana.

Diikuti oleh kelima orang lainnya yang juga sudah melesat pergi meninggalkan tempat itu.

Seperempat jam berlalu dan kini mereka sudah tiba di sekitar kuil itu.

Saat ini, keenam orang itu sedang bersembunyi di balik pepohonan gerbang belakang kuil tersebut. Mata mereka terlihat sangat waspada melihat keadaan sekitar.

"Sepertinya aman, ayo kita masuk." ucap Hu Tao.

Setelah itu, satu persatu dari mereka keluar dari persembunyian dan berjalan perlahan kearah gerbang belakang.

Tembok dan gerbang itu tidak terlalu tinggi, mungkin hanya sekitar empat atau lima meteran. Sehingga hal ini tidak membuat kesulitan keenam orang itu untuk melewati tembok tersebut. Apalagi dengan bantuan pohon besar di dekat tembok kuil, tentu saja ini sangat membantu mereka.

Hu Tao dan kelima orang lain memanjat pohon itu hingga mencapai ketinggian lima meter, kemudian pemuda itu melompat dari sana untuk masuk ke dalam tembok diikuti kelima orang rekamnya.

Ketika sudah sampai di area dalam, mereka melihat bangunan-bangunan yang besar dan megah. Akan tetapi semua itu nampak kotor dan tak terawat.

Hal ini wajar karena kurang lebih sudah tiga bulan lamanya sejak Hu Kai membantai tempat ini. Dan sejak saat itu tidak ada satupun orang yang merawatnya.

"Itulah tempatnya." kata Hu Tao berbisik-bisik.

Pemuda itu menunjuk kearah salah satu bangunan yang cat temboknya berwarna abu-abu serta pintunya terbuat dari besi. Di sana juga terlihat lima orang yang sedang berjalan mondar-mandir untuk mengawasi keadaan sekitar.

"Sesuai rencana, kami akan mengacaukan mereka terlebih dahulu dan jika ada kesempatan Lin Tian akan mendobrak pintunya. Setelah itu kalian masuklah kedalam dan selamatkan mereka, paham?" tanya Hu Tao kepada empat pelayannya itu.

"Paham Tuan muda!"

"Baiklah, ayo Lin Tian." ucapnya yang kemudian langsung meloncat kearah lima orang itu.

Begitupun dengan Lin Tian, setelah mendengar ajakan Hu Tao, pemuda itu langsung meloncat dan mengirimkan serangan jarak jauh kepada salah seorang dari mereka.

"Whuusshh...." terdengar hembusan angin kencang dari serangan Lin Tian.

"Aaaahhh!!!" teriak salah seorang dari mereka sambil meloncat menghindar.

"Braaakkk!!!"

Serangan Lin Tian tadi memang mengarah ke orang itu, akan tetapi ternyata dia mengincar pintu besi bangunan itu.

Hancurlah pintu itu terkena hawa pukulan Lin Tian. Memang hebat pemuda itu, sekali pukulan saja mampu menghancurkan pintu besi yang demikian tebal.

"Penyusuuupp!!!" teriak mereka hambir bersamaan.

Hu Tao dan Lin Tian sudah sampai di sana dan menyerang mereka dengan hebat.

Kedua pemuda ini tidak ragu-ragu, begitu sampai, mereka langsung menyerang menggunakan jurus-jurus mematikan. Repotlah kelima orang itu menghadapi serangan dahsyat mereka.

Ketika kedua orang itu sedang bertempur, diam-diam keempat pelayan langsung berlari masuk ke dalam bangunan dan melakukan apa yang diperintah Tuan mudanya.

"Tring-tring-clang"

Terdengar suara dentingan dua buah logam yang beradu. Ternyata suara itu berasal dari senjata Hu Tao dan senjata kedua orang musuhnya yang menggunakan sebuah pedang dan tongkat besi.

Sedangkan untuk Hu Tao, hebat sekali senjatanya ini. Pemuda itu menggunakan sepasang pisau lebar yang dikaitkan dengan rantai kemudian dililitkan pada lengannya. Hal ini membuat Hu Tao mampu menyerang secara jarak dekat maupun jarak jauh.

Lin Tian yang melihat hal ini diam-diam merasa kagum. Ternyata selama ini Hu Tao telah menyembunyikan senjatanya di balik lengan jubahnya, sungguh hebat!! Begitulah pikirnya.

"Hahah....ternyata Tuan muda sendiri yang datang berkunjung, aku ingin lihat sampai mana mayat hidup ini mampu bertahan. Hahaha!!!" ucap pendekar yang bersenjatakan tongkat.

"Cih!! Dasar pengkhianat rendahan!!" umpat Hu Tao sambil memperhebat serangannya.

Pertarungan antara mereka bertiga sangatlah seru. Cepat sekali gerakan ketiganya hingga yang terlihat hanyalah gulungan sinar senjata mereka.

Ketika mencapai jurus ke dua puluh, si pemegang pedang menyabetkan pedangnya membacok pangkal lengan Hu Tao.

Secepat kilat pemuda itu menangkis serangan pedang dengan pisau tangan kiri, lalu secara bersamaan menebaskan pisau kanannya yang sudah memanjang kearah leher orang tersebut.

"Aaahhh!!!" orang itu memekik keras ketika pisau itu hampir menyentuh lehernya.

"Trangg-wuutt-wuutt!!"

Pisau itu tak jadi menebas sasaran karena mampu ditangkis oleh si pemegang tongkat. Orang itu juga kemudian menyodokkan tongkatnya kearah perut Hu Tao.

Hu Tao terkejut dengan kecepatan gerak tongkat yang mampu menangkis serangannya. Kemudian melihat sodokan tongkat itu, Hu Tao tidak menghindar akan tetapi dia memutar kedua pisaunya untuk melindungi tubuh.

Hal ini membuat seluruh tubuhnya diselimuti gulungan sinar pisau yang seolah-olah membentuk sebuah kepompong.

Spontan si pemegang tongkat menarik serangannya cepat-cepat agar tongkat beserta tangannya tidak terlibat gulungan sinar itu.

"Cih!! Tak kusangka ternyata Tuan muda akan sehebat ini."

"Aku setuju denganmu." sahut si pemegang pedang.

"Kalian semua harus mati hari ini!" ucap Hu Tao dingin.

Mereka berdua terkejut, pasalnya Hu Tao yang mereka kenal biasanya hanya menampakkan ekspresi sedih dan muram. Tetapi kali ini, dalam ucapan serta wajahnya itu terkandung api kebencian yang sangat hebat.

"Bersiaplah!!" kembali Tuan muda itu berkata sebelum dirinya melompat kedepan.

Tentu saja kedua orang itu tak tinggal diam dan ikut pula melompat kedepan untuk menahan serangan.

Sekali lagi, terjadilah pertempuran yang hebat diantara mereka bertiga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

BERSAMBUNG

1
ABDUL MALIK
Luar biasa
Ambara Sugun
kenapa tidak dijarah kekayaannya
Arsi Oke
Lumayan
Khoirul Anam
Luar biasa
Rino Wengi
kenapa penjahat nggak dibunuh? nambah musuh doang
ahmad sudrajat
Luar biasa
Ambara Sugun
ternyata pedang dewi salju kalah dgn clurit hahaaa
Ambara Sugun
thor lupa ya lin tian punya cincin ruang
pecahan_misteri
p
Wan Trado
burung pengantar surat biasanya sudah terlatih dan hanya akan melalui rute atau tempat yg sudah dilatih sebelumnya, tidak mungkin burung pos tau rute yg belum pernah dia jalani
Wan Trado
yah tongkat si budiman dibawa bawa
Wan Trado
putra putri kaisar berjalan jauh tanpa pengawalan
Wan Trado
sempat berpikir dalam kebimbangan ya, ini pertempuran bukan pembicaraan, gunakan reflek dan instingmu hadeehh..
Wan Trado
tidak tau berterimakasih kau yaa😠
Wan Trado
seorang guru biasanya akan melepas muridnya apabila ilmu yg diturunkan sudah sempurna
Wan Trado
sombongnya, merasa sudah hebat sekali ya.. mau diangkat jadi murid sepertinya enggan pula..
Wan Trado
kenapa harus senior ya bahasanya
Wan Trado
terlalu berpikiran bijak dalam menyelesaikan masalah padahal usianya masih remaja dan besar digunung, jadi agak aneh
Wan Trado
sepertinya terlalu lancang, baru pertama kali bertemu sudah menanyakan hal tentang keluarga
Wan Trado
dijaman saat itu belum dikenal hitungan waktu dalam menit dan jam, tapi biasanya ukuran waktunya sepeminuman teh, sepenanak nasi dsbnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!