Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Tidak berapa lama kemudian Intan keluar dari kamar lalu berjalan menuju dapur. Ketika akan membuka pintu kulkas, Ricko mencegahnya.
"Mata kamu kenapa?" tanya Ricko yang melihat mata Intan bengkak.
"Nggak kenapa-kenapa," jawab Intan singkat lalu memalingkan wajahnya dari Ricko.
"Kamu nangis? Kenapa?" tanya Ricko sambil memegang dagu Intan lalu mengarahkan wajah Intan ke arahnya. Intan pun menepis tangan Ricko dan akan beranjak pergi. Namun, tangannya dipegang Ricko.
"Kenapa? Kamu nggak betah di sini?" tanya Ricko lagi.
Intan tidak menjawabnya. Tiba-tiba bibirnya bergetar dan isak tangis mulai terdengar. Ia menangis lagi. Ricko pun memeluk tubuhnya.
"Jangan menangis. Kalau nggak mau cerita ya sudah, nggak apa-apa. Nggak usah masak. Aku keluar dulu beli nasi goreng ya ...," ujar Ricko sambil melepas pelukannya lalu pergi menuju kamarnya yang ada di lantai atas untuk mengambil jaket dan kunci motor.
"Ikut ...," rengek Intan saat melihat Ricko akan pergi. Ia takut di rumah sendirian.
"Ambil jaketmu!" ujar Ricko lalu pergi ke garasi untuk mengeluarkan motornya.
Intan pun bergegas ke kamarnya mengambil jaket dan memakainya lalu keluar menghampiri Ricko. Ricko memasang helm di kepala Intan. Setelah itu Ricko membonceng Intan menuju jalan raya mencari tukang nasi goreng di pinggir jalan. Setelah memarkirkan motornya, Ricko memesan dua bungkus nasi goreng.
*
Pagi hari Intan bangun lebih pagi dari biasanya. Karena mulai sekarang ia harus memasak di rumah Ricko. Selesai memasak ia kembali ke kamarnya untuk mandi. Setelah memakai seragamnya, ia keluar dari kamarnya dan sarapan sendiri karena Ricko belum keluar dari kamarnya.
Ketika Intan akan mengeluarkan motor dari garasi, ia baru ingat kalau kunci motornya dibawa Ricko. Ia juga baru sadar kalau belum mendapatkan uang saku hari ini.
Intan pun menaiki anak tangga dan menuju kamar Ricko. Namun, ia bingung kamar Ricko yang mana karena di lantai atas ada empat pintu kamar. Ini pertama kalinya ia naik ke lantai atas. Karena takut salah masuk, ia pun mengetuk pintu pertama.
"Mas ... Mas Ricko ...," panggil Intan sambil mengetuk pintu, tapi tidak ada sahutan dari dalam. Ia pun penasaran dengan isi dari kamar itu. Ia membukanya dan tampaklah almari kaca besar yang semuanya berisi buku-buku tebal. Selain itu, di dalam kamar itu juga ada meja kerja, sofa, laptop dan banyak barang berharga lainnya.
"Hmmm ... sepertinya ruang perpustakaan, eh salah, ruang kerja mungkin?" gumam Intan memprediksi. Setelah itu ia pun menutup kembali pintu itu.
"Kalau ngetuk pintu satu-satu dan nunggu jawaban dari Mas Ricko yang belum tentu sudah bangun, aku bisa telat nih. Oke langsung buka saja kalau begitu!" ujar Intan.
Intan pun membuka pintu kamar kedua. Ternyata isinya kamar kosong. Ia pun menutup kembali pintu itu. Setelah itu ia langsung membuka pintu kamar ketiga dan tampaklah Ricko sedang berdiri di depan almari sedang memilih pakaian dan berte*lanjang dada.
"AAAA!" teriak Intan lalu menutup pintu kembali. Ricko juga terkejut karena pintu kamarnya tiba - tiba terbuka dari luar dan tampak Intan di sana.
"Hei ...! Kamu nggak bisa ngetuk pintu dulu apa?" seru Ricko dari dalam kamar.
"Aku buru-buru, Mas! Mana kunci motornya?" sahut Intan dari balik pintu.
Ricko pun bergegas memakai pakaiannya lalu mengambil kunci motor yang ada di atas nakas. Setelah itu ia membuka pintu kamarnya.
"Nih!" ucap Ricko sambil memberikan kunci motor pada Intan.