pada zaman dahulu kala, di semenanjung barat. terdapat sebuah kerajaan bernama kerajaan kamra, kerajaan itu di pimpin oleh bala kamra dan istrinya bernama Dwi kamra.
suatu hari, Dwi kamra melahirkan seorang anak bernama Ruy kamra, ia memiliki 3 kepribadian yang berbeda. sehingga, Ruy kamra di anggap ancaman oleh pamanya yang bernama Aden kamra. ia di buang oleh pamanya, yang di bantu istrinya ayu kamra. ia meminta bantuan penyihir kerajaan. mereka bekerja sama, untuk membuang Ruy kamra yang masih kecil itu, di sebuah hutan rimbun yang jauh dari kerajaan.
bagaimana kelanjutanya ?
apakah ruy kamra berhasil kembali ke kerajaan ?
simak novelnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Terkuat
tora, berlatih energi api.
Pagi yang cerah. Embun menyelimuti hutan kerajaan barat, mereka semua berkumpul. Ruy kamra dan Tora membantu nenek Yuni mencari kayu bakar, sin membantu mencari hewan buruan di hutan. Sedangkan Den anyar dan Dewi sanca. mereka membereskan gubuk dan menghidupkan bara api untuk memasak.
Setelah semua beres, mereka bergegas memanggang hewan buruan tersebut dan makan bersama-sama.
"baiklah. hari ini, kita akan berlatih di hutan." ucap Ruy kamra.
"aku sangat bersemangat hari ini. aku akan meminta sin untuk melatihku dan mengatur energiku." ucap Tora kegirangan.
den anyar dan nenek Yuni merasa senang. melihat mereka bersemangat, nenek Yuni merasa tak sepi lagi, ia merasa terhibur dengan kehadiran mereka.
"jadi bagaimana ? apa yang kamu lakukan den anyar." tanya Dewi sanca.
"Baiklah. Ruy, sekarang ikut aku." ucap den anyar.
Ruy kamra berpamitan kepada nenek Yuni dan Dewi sanca, Mereka akan pergi untuk berlatih di hutan sana.
"nenek aku pamit ya. Dewi, tolong jaga nenek di gubuk." ucap Ruy kamra tersenyum.
"baiklah Ruy." ucap Dewi sanca.
"hati-hati nak, cepatlah pulang kalo sudah latihan." ucap nenek Yuni.
mereka ber 4 pergi bersama, sin pergi bersama Tora ke sungai kecil. yang tak jauh dari gubuk, sedangkan Ruy kamra pergi bersama den anyar, mereka pergi dekat bukit yang terdapat lapangan rerumputan yang agak luas.
Sin melatih Tora. Ia duduk di atas batu, yang berada di sungai kecil itu. "Tora. duduklah, fokuskan energimu dan dengarkan suara gemercik air sungai kecil ini." ucap sin.
"itu mudah." ucap Tora tersenyum.
Tora duduk bersemedi dan memfokuskan pikiran nya. ia merasakan panas di dalam tubuhnya yang mengalir, di pikirannya ia melihat wanita cantik yang memanggilnya.
sontak Tora terbangun, ia mengejutkan sin yang duduk di depannya.
"ada apa ?" tanya sin.
"gila. Wanita itu cantik sekali !" teriak Tora.
"dasar idiot ! Aku menyuruhmu fokus merasakan energi, bukan memikirkan wanita cantik !" teriak sin mencekik Tora.
Tora mengulang lagi bersemedinya. dengan lama, ia merasakan semakin panas di dalam dirinya, ia berkeringat dan terbangun lagi.
"kenapa kamu bangun, hah ! Awas kalo aneh-aneh lagi !" teriak sin.
"maafkan aku sin. aku tak tahan, tubuhku terasa terbakar." ucap Tora.
"padahal sedikit lagi. kau akan bisa Tora, kenapa kamu lama sekali ya, sedangkan tuan Ruy kamra bisa dengan cepat menguasainya." ucap sin.
Tora mengulang lagi latihan bermeditasinya. ia tak akan menyerah, untuk menyatukan energi di dalam tubuhnya. Tora merasakan api yang membara, tubuhnya bergetar menahan panas itu. Ia sudah bermeditasi ber jam-jam lamanya.
"bagus." gumam sin.
Tora melihat bola api seperti matahari. lama kelamaan membesar, melahap dirinya. Ia merasakan panas yang dahsyat, detak jantung berdegup cepat, keringat bercucuran. Tiba-tiba, panas itu meredam dan sedikit menghilang.
Energi api itu menyatu di dalam tubuhnya. Tora terkejut, melihat bola api itu berubah menjadi wajah sin. Sontak ia terbangun dan menampar wajah sin. sin terperanjat, ia merasakan sakit akibat tamparan Tora.
"dasar bodoh ! Kau ingin menciumku hah." teriak Tora.
"siapa yang ingin menciumi ! dasar sialan !" ucap sin mencekik Tora.
"maaf kan aku. aku kira, kau akan menciumku sin !" teriak Tora menahan lehernya.
Hari pun sudah menjelang sore. "Baiklah latihan selesai, fokuskan energi telapak tanganmu." ucap sin.
Tora merasa enteng, tubuhnya seperti ada sesuatu yang mengalir. Tora memfokuskan telapak tanganya dan mengeluarkan Api. Sontak, Tora kegirangan sekali.
"fokuskan api itu. lalu, lempar ke arah pohon besar kering itu." ucap sin.
"hehe..Baiklah aku coba." ucap Tora kegirangan.
tiba-tiba. mereka di kejutkan kehadiran Dewi sanca. "di sini kalian rupanya."
Tora melemparkan bola api dan melihat ke arah Dewi sanca, Ia salah melemparkan target dan mengenai wajah Dewi sanca. Seketika, bola api itu menghantam wajah Dewi sanca, hingga membuat wajahnya gosong.
"maa.. Maaf." ucap Tora ketakutan.
Dewi sanca menatapnya dengan wajah membunuh. "Toraa.. !" teriaknya mengejar Tora dengan ular raksasa.
Tora ketakutan, ia berlari terbirit-birit.
"tunggu maafkan aku Dewi !" teriak Tora.
"dasar idiot ! akan ku patahkan tulangmu Tora !" teriak Dewi sanca kesal.
Di sisi lain. Ruy kamra dan den anyar, berlatih memainkan pedang, Ruy kamra sudah lumayan mahir, menirukan teknik tarian pedang. Ia telah berlatih dengan sungguh- sungguh.
"Bagus." ucap den anyar.
Tiba-tiba. den anyar menyerang Ruy kamra dengan pedangnya, Dengan cepat, Ruy kamra menangkis serangnya menggunakan pedang.
"hey apa yang kau lakukan ?" ucap Ruy kamra.
"hadapi aku." ucap den anyar tersenyum.
Den anyar mengeluarkan tarian pedang ke 1 nya. membuat kelopak bunga berterbangan, beriringan dengan tebasan pedangnya. Ia menari dengan indah menyerang Ruy kamra.
Dengan cepat, Ruy Kamara meniupkan api di pedangnya, ia menari dengan tebasan api, membakar kelopak bunga itu sampai terbakar, Ia menangkis serangan den anyar.
"kau pasti bisa mengalahkan nya Ruy." ucap Yon dan rayga.
Ruy kamra tersenyum. Ruy kamra melompat ke udara, menghindari tebasan den anyar. Den anyar tersenyum dan meniupkan serbuk sari bunga dari mulutnya, membuat serbuk itu beterbangan dan mengenai mata Ruy kamra.
"agh.. Mataku kelilipan !" teriak Ruy kamra.
De anyar mengeluarkan tarian pedang ke 2, ia berputar-putar memainkan pedangnya, menciptakan kelopak bunga mawar yang indah, di setiap sisi tebasan pedangnya.
"harum sekali." ucap Ruy kamra.
"kau mencium wangi itu, kau sudah terjebak Ruy." ucap den anyar.
Sontak. mata Ruy kamra mengecil, ia merasa mengantuk, ia tak kuat melihat lagi. Namun, ia berusaha bangkit melawan den anyar.
Den anyar menebaskan pedangnya. Ruy kamra dengan mahir, menangkis dan menari. ia menciptakan putaran api, untuk menghilangkan semua kelopak bunga yang beterbangan.
"bagus ! Kalau ini ?" ucap den anyar tersenyum.
Den anyar mengeluarkan tarian pedang ke 3. menciptakan racun halusinasi, ia mengalirkan racun di pedangnya. den anyar berkesempat an menyerang Ruy kamra, Karena Ruy kamra merasa mengantuk berat.
Ruy kamra terluka. akibat tebasan pedang den anyar, dengan tergores kecil di bagian bahu. akibat serangan pedang den anyar Tiba-tiba, Ruy kamra merasa berhalusinasi dan mabuk, ia tersenyum dan berjalan sempoyongan.
ia melihat den anyar seperti cut Fatimah.
"Fatimah, aku merindukanmu." ucap Ruy kamra.
"apa ! Jelaskan itu kepadanya nanti !" teriak den anyar terkejut.
Ruy kamra menahan halusinasi itu, pandang nya bergoyang-goyang. Dengan jurus silat mabuk ia menahan serangan setiap sisi den anyar.
"aku tak percaya, Ruy bisa bertarung dalam keadaan mabuk." gumam den anyar.
Ruy kamra memegang pedang. Ia bersilat bagaikan kera, Ruy menyerang den anyar dengan jurus silat kera. berpedang dan memadukan nya dengan tarian.
"geraknya unik, bagikan hewan yang berpedang." gumam den anyar.
"Fatimah ayo maju." ucap Ruy kamra.
"sudah ku bilang aku bukan dia !" teriak den anyar.
Den anyar mengeluarkan tarian ke 4. Badai bunga, ia menciptakan pusaran kelopak bunga, bagaikan badai angin topan. Ruy kamra tak mau kalah, ia menciptakan badai api berputar. ia meniupkan api yang besar untuk menghantam badai bunga itu, sontak api itu berputar, memadukan kelopak bunga dan membuatnya hangus.
Asap pun mengepul, Ruy kamra tak dapat menahan rasa kantuknya. Ia tak boleh kalah, Ruy kamra mengeluarkan jurus anginnya. Ia mengambil benang yang ia simpan di kantong celananya, Ia berlari memutari den anyar tanpa ia ketahui. Tak lama kemudian, Ruy kamra terduduk di tanah. den anyar berdiri di atas Ruy kamra, ia mengacungkan pedangnya ke arah Ruy kamra.
"kau kalah." ucap den anyar tersenyum.
Ruy kamra menarik satu tanganya dan membuat den anyar terjatuh.
"apa ! Benang ? Sejak kapan kau menjebak ku." teriak den anyar terkejut.
"sejak asap tebal itu, aku berlari cepat melilitkan benang di kakimu. Aku mendapatkannya ketika, benang ini masih tersangkut di aliran sungai. saat sin mengendalikan mu kemarin, Aku sengaja menyimpan nya." ucap Ruy kamra.
"baiklah kita seri." ucap den anyar tertawa.
Hari pun sudah mulai menjelang malam, mereka berdua bergegas pulang ke gubuk nenek Yuni.