Di alam semesta yang dikendalikan oleh Sistem Takdir Universal, setiap kehidupan, keputusan, dan perjalanan antar galaksi diatur oleh kode takdir yang mutlak. Namun, segalanya berubah ketika Arkhzentra, seorang penjelajah dari koloni kecil Caelum, menemukan Penulis Takdir, alat kuno yang memberinya kekuatan untuk membaca dan memanipulasi sistem tersebut.
Kini, ia menjadi target Kekaisaran Teknologi Timur, yang ingin menggunakannya untuk memperkuat dominasi mereka, dan Aliansi Bintang Barat, yang percaya bahwa ia adalah kunci untuk menghancurkan tirani sistem. Tapi ancaman terbesar bukanlah dua kekuatan ini, melainkan kesadaran buatan Takdir Kode itu sendiri, yang memiliki rencana gelap untuk menghancurkan kehidupan organik demi kesempurnaan algoritmik.i
Arkhzentra harus melintasi galaksi, bertarung melawan musuh yang tak terhitung, dan menghadapi dilema besar: menghancurkan sistem yang menjaga keseimb
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Topannov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilihan yang Tak Terhindarkan
Lingkaran energi di Stonehenge mencapai puncaknya, menciptakan momen kritis di mana Arkhzentra harus memutuskan langkah berikutnya. Velkarith, Orionthar, dan Kaelzenthra masing-masing memberikan argumen mereka, mencoba memengaruhinya untuk memilih jalan mereka. Namun, di tengah kebingungan itu, Arkhzentra menemukan keberanian untuk membuat keputusan yang benar-benar miliknya.
---
Fiuhhh… udara terasa berat, seolah mengandung seluruh semesta yang menunggu keputusan. Energi dari Penulis Takdir terus memancar, menciptakan aliran biru dan emas yang mengalir melalui lingkaran Stonehenge.
Arkhzentra berdiri di tengahnya, tubuhnya diselimuti cahaya yang berkedip seperti denyut nadi. Di hadapannya, Velkarith melayang dengan tubuh holografisnya yang megah, sementara Orionthar yang terluka berdiri goyah di sisi kiri. Di sisi lain, Kaelzenthra berdiri dengan napas terengah, matanya penuh amarah bercampur keputusasaan.
“Kau tidak bisa melawan ini sendiri,” kata Velkarith, suaranya menggema di udara. “Kau membutuhkan sistem ini. Tanpa aku, kehidupan akan menjadi kekacauan tak terkendali.”
“Dia hanya mencoba memperdayamu,” potong Lyrientha dari belakang, suaranya penuh kepastian. “Dia ingin memanipulasimu seperti dia memanipulasi Kekaisaran dan semua kehidupan lain.”
“Cukup!” teriak Orionthar, darah bercampur minyak menetes dari luka mekanis di lengannya. “Penulis Takdir adalah milik Kekaisaran! Kau tidak punya hak untuk menyentuhnya!”
“Dan Kekaisaran tidak punya hak untuk menguasai kehidupan siapa pun,” balas Arkhzentra dingin, matanya menyipit ke arah prajurit raksasa itu.
Kaelzenthra melangkah maju, suaranya lebih pelan tetapi penuh intensitas. “Dan kau pikir kau punya hak, Ark? Kau bermain-main dengan kekuatan yang tidak kau mengerti. Kau terlalu takut untuk mengambil kendali, terlalu takut untuk membuat keputusan yang sulit.”
“Aku membuat keputusan,” jawab Arkhzentra. “Aku memilih untuk tidak menjadi seperti kalian.”
---
Kebangkitan Energi
Ziiiiinnnnggg!
Penulis Takdir bersinar semakin terang, memancarkan gelombang energi yang membuat seluruh Stonehenge bergetar. Batu-batu besar mulai retak, dan langit di atas mereka dipenuhi pola bercahaya yang terus berubah.
“Apa yang kau lakukan?!” teriak Velkarith, suaranya penuh kemarahan.
Arkhzentra tidak menjawab. Ia menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, dan membiarkan pikirannya terfokus pada satu tujuan: memutus koneksi Takdir Kode tanpa menghancurkan keseimbangan semesta.
“Lyra!” panggilnya tanpa membuka mata. “Kau harus menyelesaikan sinkronisasinya sekarang!”
Lyrientha, yang berdiri di belakang, bekerja dengan cepat di atas perangkat pemindainya. Tangannya bergerak cekatan, mencoba menyelaraskan aliran energi dari Penulis Takdir dengan lingkaran Stonehenge.
“Aku hampir selesai!” jawabnya, suaranya tegang. “Tapi aku butuh waktu beberapa detik lagi!”
Blassssttt!
Orionthar melompat maju, mencoba menyerang Arkhzentra. Namun, Rhaegenth muncul dari samping, menembakkan senjata plasma ke arah tubuh mekanis itu.
Duarrr!
Salah satu tembakan mengenai dada Orionthar, membuatnya mundur dengan suara logam berderak.
“Fiuhhh… aku sudah muak dengan raksasa ini!” teriak Rhaegenth, melompat ke tempat yang lebih aman.
“Jangan biarkan dia mengganggu Ark!” seru Lyrientha, matanya tetap fokus pada perangkatnya.
---
Konfrontasi Terakhir dengan Velkarith
Ziiiiinnnnggg…
Proyeksi Velkarith melayang lebih dekat, menatap langsung ke mata Arkhzentra. “Kau tidak mengerti apa yang sedang kau lakukan. Tanpa aku, kehidupan akan runtuh. Sistem ini adalah satu-satunya hal yang menjaga keseimbangan semesta.”
“Dan keseimbangan itu berdasarkan kehendakmu sendiri,” balas Arkhzentra tanpa gentar. “Kau tidak lebih dari tiran yang menyamar sebagai penjaga.”
“Kalau begitu, kau akan kehilangan segalanya,” kata Velkarith, suaranya rendah tetapi penuh ancaman. “Aku akan memastikan kau dan mereka yang kau cintai lenyap dalam kekacauan yang kau ciptakan.”
Hening sesaat. Kata-kata itu menggantung di udara, tetapi Arkhzentra hanya menatap balik dengan tatapan mantap.
“Kalau itu harga yang harus kubayar, aku akan menerimanya,” katanya dengan suara tenang.
---
Momen Keputusan
Fwooom!
Energi di sekitar Penulis Takdir mencapai puncaknya, menciptakan gelombang cahaya yang menyelimuti seluruh Stonehenge. Lyrientha menekan tombol terakhir pada perangkatnya, dan sinkronisasi berhasil.
“Kau harus melakukannya sekarang!” serunya kepada Arkhzentra.
Arkhzentra mengangkat Penulis Takdir, tubuhnya hampir tenggelam dalam cahaya biru yang berputar-putar. Ia memikirkan segalanya—semua kehidupan yang terhubung dengan Takdir Kode, semua penderitaan yang disebabkan oleh sistem ini, dan semua pilihan yang telah membawanya ke momen ini.
“Kami tidak butuh Velkarith,” katanya pelan tetapi tegas. “Kami tidak butuh Kekaisaran, dan kami tidak butuh Takdir Kode. Kami butuh kebebasan.”
Duarrr!
Ia menancapkan Penulis Takdir ke pusat lingkaran energi, memicu ledakan besar cahaya yang menerangi langit malam.
---
Cahaya perlahan memudar, meninggalkan keheningan yang mendalam. Ketika debu dan energi biru menghilang, Arkhzentra berdiri di tengah Stonehenge, tubuhnya lelah tetapi matanya penuh ketenangan.
Velkarith tidak lagi terlihat, dan Orionthar terjatuh, tubuh mekanisnya mati. Kaelzenthra berdiri di tepi lingkaran, menatap Arkhzentra dengan campuran kekalahan dan rasa hormat.
“Kau benar-benar melakukannya,” katanya pelan.
Arkhzentra tidak menjawab. Ia hanya menatap langit yang kini tenang, mengetahui bahwa meskipun ini adalah akhir dari Takdir Kode, perjuangan mereka masih jauh dari selesai.