Alya, seorang sekretaris dengan kepribadian "ngegas" dan penuh percaya diri, melamar pekerjaan sebagai sekretaris pribadi di "Albert & Co.", perusahaan permata terbesar di kota. Ia tak menyangka akan berhadapan dengan David Albert, CEO tampan namun dingin yang menyimpan luka masa lalu. Kehadiran Alya yang ceria dan konyol secara tak terduga mencairkan hati David, yang akhirnya jatuh cinta pada sekretarisnya yang unik dan penuh semangat. Kisah mereka berlanjut dari kantor hingga ke pelaminan, diwarnai oleh momen-momen lucu, romantis, dan dramatis, termasuk masa kehamilan Alya yang penuh kejutan.
[REVISI]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaraaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Bunga dan Senyum
Pagi itu cerah di Albert Group. Alya melangkah dengan ringan menuju kantor, mengenakan sepatu kets andalan yang nyaman dan membawa secangkir kopi panas. Ia merasa sedikit gugup, tapi juga bersemangat karena hari ini ia memiliki misi kecil yang sangat berarti. Di tangannya, ia memegang sebuah buket bunga mawar merah muda, hadiah untuk David Albert, bosnya yang ia sangat cintai. Bunga itu adalah ungkapan perasaan yang sulit ia katakan dengan kata-kata, tapi kali ini, ia merasa siap.
Alya tiba di depan pintu ruangan David dan berhenti sejenak. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Setelah beberapa detik, ia mengetuk pintu dengan lembut. "Pagi, David," sapanya, suaranya sedikit gemetar karena gugup.
David, yang sedang tenggelam dalam pekerjaannya, menoleh ke arah pintu. Saat melihat Alya dengan buket bunga di tangannya, ia sedikit terkejut. Namun, senyum tipis langsung muncul di wajahnya. "Pagi, Alya," katanya dengan nada lembut. "Ada apa? Kau membawa bunga?"
Alya mengangguk pelan, sedikit canggung. "Ini untukmu, David," jawabnya, seraya mengulurkan buket bunga mawar merah muda tersebut.
David menerima bunga itu dengan hati-hati, mencium aroma mawar yang segar. "Wah, ini cantik sekali, Alya," katanya, matanya berbinar. "Terima kasih."
Alya tersenyum lega. Hatinya berdebar-debar, tapi senyum David membuat semua kecemasannya menguap. "Sama-sama, David," jawabnya. "Aku harap kau menyukainya."
"Tentu saja," kata David sambil tersenyum lebih lebar, menunjukkan gigi putihnya. "Ini warna favoritku juga, loh."
Alya tertawa kecil, merasa senang. "Aku tahu," kata Alya, "Aku sengaja memilih warna merah muda karena itu warna favoritmu."
David tertawa pelan. "Kau selalu perhatian, Alya," katanya, suaranya penuh kekaguman. "Aku merasa sangat beruntung memiliki sekretaris sepertimu."
Alya merona, senang mendengar pujian itu. "Sama-sama, David," jawabnya, mencoba tetap tenang meskipun hatinya berdegup kencang. "Aku juga beruntung bekerja dengan bos yang luar biasa seperti kamu."
Mereka saling memandang, tatapan mereka terasa begitu intim, penuh dengan rasa nyaman dan kehangatan. Suasana di ruangan itu menjadi hening, hanya ada suara ketikan dari keyboard David yang memecah keheningan. Alya merasa seperti ada sesuatu yang tak terucapkan di antara mereka. Ia menunggu, berharap David akan melanjutkan percakapan, tapi yang ada hanyalah perasaan tak terucapkan yang semakin kuat di antara mereka.
Tiba-tiba, pintu terbuka dan Anton, salah satu karyawan senior yang terkenal dengan sifat usilnya, masuk dengan gaya santai. Matanya langsung tertuju pada buket bunga mawar di tangan David. Ia mengerutkan kening dan melangkah masuk dengan senyum nakal. "Wah, wah, apa ini?" tanyanya, suaranya penuh ejekan. "David, kau sedang jatuh cinta?"
David tertawa dan menggelengkan kepala. "Anton, kau selalu saja usil," katanya sambil memandang Anton dengan senyum lebar. "Ini hanya bunga biasa."
Anton tidak langsung percaya. Ia menatap Alya dengan tatapan curiga. "Alya," katanya dengan suara lebih serius, "Kau yang memberikan bunga ini?" tanyanya, matanya penuh pertanyaan.
Alya mengangguk, sedikit kikuk. "Ya," jawabnya pelan. "Aku memberikannya untuk David."
Anton tertawa terbahak-bahak, suaranya menggelegar di ruang kerja yang sunyi. "Aku tidak percaya," katanya dengan nada penuh keheranan. "David Albert, bos yang dingin dan misterius, jatuh cinta?"
David tersenyum tipis, sedikit terkekeh. "Anton, kau terlalu banyak berpikir," katanya sambil menatap Alya. "Ini hanya bunga biasa."
Anton tetap tidak percaya. Ia berdiri di sana, mengamatinya, seolah mencari tanda-tanda lain dari hubungan mereka. "Alya, aku harus bertanya, apakah ini hanya bunga biasa atau ada sesuatu yang lebih?" tanya Anton dengan mata yang penuh penasaran.
Alya tertawa kecil, merasa sedikit canggung. "Anton, kamu ini selalu saja berimajinasi," katanya sambil mencoba tersenyum. "Ini hanya bunga, tidak lebih dari itu."
David ikut tertawa, meski matanya masih penuh makna saat menatap Alya. "Sungguh, Anton, kau tidak perlu khawatir. Ini hanya bunga."
Anton akhirnya menyerah dan berjalan keluar dengan suara tawa yang mengisi ruangan. "Baiklah, baiklah," katanya, "Kalau begitu, saya akan menganggap ini bunga biasa saja."
Setelah Anton pergi, suasana ruangan kembali menjadi tenang. Namun, kali ini, ada ketegangan ringan di antara David dan Alya. David menatap Alya dengan serius, lalu berbicara dengan lembut, "Alya, kau tahu, Anton tidak sepenuhnya salah. Aku memang jatuh cinta padamu."
Alya terkejut, jantungnya berdegup kencang. Ia tidak tahu harus berkata apa. "David," jawabnya dengan suara gemetar, "Aku juga mencintai Anda."
David tersenyum, wajahnya lebih lembut dari biasanya. Ia mendekat dan dengan lembut menggenggam tangan Alya. "Aku sangat senang mendengarnya," katanya dengan tulus. "Aku ingin kita bersama selamanya."
Alya merasa semua kecemasannya menghilang begitu saja. Ia mengangguk dengan mata berbinar. "Aku juga, David. Aku ingin kita bersama selamanya."
David tersenyum lebih lebar lagi. "Bagus," katanya. "Aku ingin kita makan malam bersama malam ini. Bagaimana menurutmu?"
Alya merasa hatinya melompat kegirangan. "Tentu, David," jawabnya dengan senyum manis. "Saya sangat senang bisa menghabiskan waktu bersamamu."
"Bagus," kata David. "Aku akan memesan meja di restoran favoritmu. Aku akan menjemputmu pukul 7 malam."
"Oke, David," jawab Alya, merasa semakin bahagia dengan setiap kata yang keluar dari mulut David.
David berdiri dan mendekati Alya. Ia mencium pipi Alya dengan lembut, membuat jantung Alya semakin berdebar. "Sampai jumpa nanti," kata David sambil tersenyum.
"Sampai jumpa, David," jawab Alya dengan senyum yang lebih ceria, hatinya penuh kebahagiaan.
David keluar dari ruangan dengan langkah santai, meninggalkan Alya yang masih terdiam sejenak di kursinya. Alya menatap pintu yang baru saja tertutup. Ia merasa sangat bahagia, lebih dari yang ia bayangkan sebelumnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa cinta sejati bisa datang begitu tiba-tiba di tempat yang tidak terduga, di tempat kerjanya yang biasa. Kini, ia yakin bahwa hubungan mereka akan terus berkembang dengan penuh cinta dan kebahagiaan.