Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Mengurai kepelikan masalah.
Nikmati dulu alurnya..!! FIKTIF..!!!!!
🌹🌹🌹
Bang Ribas menggelar barang bukti di hadapan Niken. Sungguh benda satu itu sudah menguji mental seorang Letnan.
"Ini apa sih, dek??" Bang Ribas sampai berkacak pinggang di depan Niken.
"B*a." Jawab Niken singkat.
"Saya tau, maksudnya kenapa kamu tidak bilang dari awal kalau yang di bawa Momon itu ternyata b*a."
"Om malu?? Bukannya tidak kelihatan??"
Bang Ribas duduk di samping tempat tidur Niken. Memang seharusnya tidak malu dan semuanya adalah kesalahannya sendiri tapi perkara benda tersebut dirinya menjadi bahan ledekan para perwira di Batalyon.
"Aahh sudahlah, lupakan. Besok perkenalan anggota baru. Kamu jadi istri saya..!!"
Niken menoleh mendengarnya, bahkan ia pun tidak paham statusnya saat ini.
"Kita tidak menikah kan, Om??" Tanya Niken.
"Pelankan suaramu..!!!" Tegur Bang Ribas.
"Sabar, nanti ada saatnya kamu akan memahami situasi nya." Kata Bang Ribas.
"Bukankah Niken tidak ada hubungan apapun lagi dengan Om Ringgo, kalau kita seperti ini malah menakutkan."
Bang Ribas bagai mati kutu, rasanya sungguh tidak sanggup mengatakan hal yang terjadi sebenarnya pada Niken.
"Saya hanya minta kamu sabar sebentar, apa yang saya lakukan semua demi kebaikanmu." Jawab Bang Ribas.
"Kebaikan yang mana?? Apa tidak ingat apa yang kita lakukan semalam?? Kenapa laki-laki yang sudah melakukannya selalu ingin pergi menjauh dari Niken?? Apa Niken hanya bahan kepuasan laki-laki."
Seketika Bang Ribas memeluk Niken, hatinya dua kali lipat merasa bersalah.
"Itu bisa bikin hamil kan, Oomm..!!!" Niken pun akhirnya menangis di pelukan Bang Ribas.
Kini perasaan Bang Ribas penuh dengan rasa penyesalan. Dengan kata lain Bang Ringgo sudah melakukannya. Tak tega dengan tangis dan kepolosan Niken, Bang Ribas pun mengusap punggungnya.
"Saya minta maaf, memang saya yang harus di salahkan. Saya tau bagaimana kamu tapi saya tidak sabar." Ucap Bang Ribas.
Tak tau bagaimana harus menjelaskan bahwa kejadian semalam hanya batas keteledoran nya sebagai laki-laki tapi sungguh dirinya belum 'menyentuh' Niken sedikit pun. Dirinya hanya sekedar menguji coba rasa penasarannya.
...
Malam hari Bang Ribas menemui pemuka 'kepercayaan' dirinya di daerahnya berdinas. Beban di hatinya sudah melampaui batas tak sanggup lagi menerka.
Merasa tidak percaya diri akan 'ilmunya', Bang Ribas pun memilih untuk bertanya.
"Sebenarnya apa yang sudah di utarakan Pak Ribas, semua adalah benar. Semua lebih pada pembatalan pernikahan. Tanpa ada saksi yang lengkap, pernikahan antara Pak Ringgo dan Niken memang tidak sah. Usaha Pak Ribas untuk menunjukan sample darah dan urine Bu Niken juga sudah benar. Di perkuat dengan keadaan yang ada, tidak terjadi kehamilan dari 'kegiatan pernikahan' tersebut. Maka dengan kata lain Pak Ribas bisa melanjutkan dengan ibu Niken."
Papa Ahlam yang sudah hadir di sana untuk menyusul Bang Ribas sampai menangis tersedu-sedu begitu pula dengan Bang Ribas yang mengusap titik air matanya. Kini Papa Ahlam percaya bahwa pria yang dulu pernah ia percayakan untuk menjaga.
Seisi ruangan memahami situasinya, Papa Ahlam menyentuh tangan Bang Ribas lalu menunduk menciumnya.
Jelas saja Bang Ribas menolaknya tapi Papa Ahlam terus menunduk. Tangis seorang ayah pecah di hadapan Bang Ribas. "Tolong jangan sakiti putri saya. Tolong..!!!!!!"
...
Bang Ribas masuk ke kamar Niken namun ternyata Niken sudah tidur. Tempat tidurnya penuh dengan bantal dan dirinya bersembunyi di balik selimut.
"Kamu pasti takut ya, sayang???" Bang Ribas memeluk Niken dengan lembut lalu mengecup keningnya.
Merasa ada yang 'mengganggu', Niken pun terbangun. Di antara sadar dan tidak Niken menggeliat.
Melihat respon Niken pada perlakuannya, Bang Ribas pun bereaksi. Ia mengecup lembut bibir Niken.
"Oomm???" Niken sampai kaget saat membuka matanya melihat Bang Ribas sudah memeluknya.
"Ayo..!!" Ajak Bang Ribas.
Niken menggeleng ketakutan. Ia mendorong dada Bang Ribas.
"Tidak apa-apa, saya tidak akan lari dari tanggung jawab. Kamu istri saya, kan??"
"Tapi.. Om............"
\=\=\=
Dara mengetuk pintu ruang kerja Bang Arre. Ia masuk dengan langkah gontai.
"Ada apa dek?? Kenapa lemas begitu??" Tanya Bang Arre sambil menyimpan berkas pengajuan nikahnya yang baru di sahkan oleh dinas.
Dara menyerahkan kotak kecil pada Bang Arre.
"Apa ini??" Tanya Bang Arre.
"Dara berikan pada Abang untuk Abang lihat." Jawab Dara.
Bang Arre pun membukanya dan melihat kotak tersebut. "Kosong?????"
"Di lihat lagi lah Bang. Dara hamil."
"Ooohh.. Haaahh.. apa dek??????" Bang Arre seakan tidak percaya pendengarannya.
"Dara hamil, bagaimana ini??? Dara tidak pernah keluar sama laki-laki." Kata Dara dengan wajah paniknya.
"Lhooo.. laaaahh.. kamu ini, piye to???" Bang Arre sampai pusing sendiri bagaimana cara menjelaskannya pada Dara. "Itu anak Abang, dek..!!"
"Masa Bang?? Tapi kita nggak pernah keluar." Oceh Dara dalam kebingungannya.
"Kita nggak keluar, tapi Abang yang masuk." Jawab Bang Arre to the poin.
//
"Pengen ada lomba tangkap bebek??? Ko' ada-ada saja kamu, dek??"
"Tapi Om yang tangkap sama om-om yang lain..!!" Pinta Niken.
"Kau mau sampai kapan panggil saya, Om?? Saya malu lah, masa suami sendiri di panggil Om." Protes Bang Ribas. "Lagian kelas saya itu minimal rampok, ya masa kudu bebek."
Kini Niken yang mulai terbiasa dengan hadirnya Bang Ribas mendadak merajuk manja.
Bang Ribas pun tak paham sejak kapan istrinya itu mudah merajuk.
Niken beralih duduk di pangkuan Bang Ribas yang sedang merokok di teras belakang rumah. Ia menatap kedua bola mata pria tersebut. Tak ada cara lain, Bang Ribas selalu tidak tahan dengan tatapan matanya.
"Ayolah, Maass..!!!"
duug.. duug.. jdeerr rasa hati Bang Ribas. Rengekan manja Niken selalu menjadi hal paling sulit untuk di kendalikan di dunia ini.
"Kamu bilang saja sama ibu-ibu pengurus ranting. Masa saya juga yang harus urus masalah bebek??" Jawab Bang Ribas.
"Maaaaass..!!"
Bang Ribas menatap lekat kedua bola mata Niken. Tenggorokannya susah payah menelan saliva yang seakan membuatnya tercekat.
"Maaaaaaaaaaaaass..!!"
"Huussttt.. jangan mas-mas terus, dek..!!" Tegur Bang Ribas tapi bibirnya mulai mengejar bibir Niken yang nakal.
"Oomm.. jangan donk. Niken takut hamil. Waktu itu sudah satu kali." Kata Niken yang memang masih saja takut.
"Om tambahi uang jajan? Atau tas???? Hmmm.. mau ponsel keluaran terbaru??? Mobil dah..!!!" Bujuk Bang Ribas.
"Nggak mau, Oomm..!!" Tolak Niken kemudian beranjak.
Bang Ribas langsung menarik tangan Niken, agaknya sensor prianya mulai tidak terkendali. Tanpa banyak bicara, Bang Ribas segera membawa Niken ke dalam kamar.
:
"Hhhkkk..!!!!"
Bang Ribas tersentak dengan reaksi Niken yang hendak 'kabur'. Namun naluri prianya yang nyaris meledak segera mengunci Niken tanpa ampun.
"Tahan sebentar, dek..!!"
Sesaat kemudian Niken merasakan 'panas' mengalir tumpah pada tubuhnya seiring dengan erangan panjang Bang Ribas yang menggelinjang merasakan kelegaan yang tuntas tanpa sisa. Genggaman tangan Bang Ribas mulai merenggang.
"Niken pengen muntah."
Untuk kesekian kalinya Bang Ribas tersentak dan Niken pun seketika muntah di lantai.
"Maaf..!! Niken bersihkan dulu, Mas."
"Nggak apa-apa. Saya saja. Tapi kamu kenapa?? Saya nggak bau badan, kan??" Tanya Bang Ribas bingung.
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂