Perjalanan hidup keluarga Pak Diharjo yang sehari harinya sebagai penyadap karet.
Keluarga pak diharjo adalah keluarga sederhana bahkan terkesan sangat sederhana, namun begitu cukup bahagia sebab anak anaknya rukun dan saling sayang.
Pak diharjo memiliki enam orang anak, satu laki laki lima perempuan.
Bu kinasih adalah istri Pak diharjo memiliki watak yang sabar dan penyayang walau pun sedikit cerewet.
Sabar terhadap suami, penyayang terhadap suami dan anak anaknya namun cerewet hanya kepada anak anaknya saja.
Adira adalah anak sulung Pak Diharjo dan Bu Kinasih memiliki watak yang keras pemberani tegas galak namun penyayang juga.
Dimas anak kedua Pak harjo dan Bu asih juga wataknya juga keras kepala pemberani namun sedikit kalem tidak ugal ugalan seperti anak anak remaja seusianya.
Dimas adik yang cukup perhatian pada kakaknya, suka dukanya sejak kecil slalu ia lalui berdua dengan sang kakak.
Namun kebahagiaan keluarga itu berubah sejak dimas memutuskan untuk menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syahn@87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Mula Pernikahan ADIRA
Tanpa disadari bantal yang adira tiduri sudah basah oleh airmatanya, adira menangis tanpa suara, ia menangisi nasib adik lelaki satu satunya.
Sejujurnya adira tidak ingin adiknya mengalami hal yang sama dengan dirinya, sebab menikah karna dipaksa oleh sihir itu sama sekali tidak enak, tapi apa yang bisa adira lakukan, ia hanya bisa menangis menyesali yang entah apa yang harus disesali.
Dalam renungannya adira berfikir, secantik apa sich wanita itu? sampai dimas seperti orang yang hilang akal begitu? adira tiba tiba berfikir penasaran dengan wajah wanita itu, ia ingin melihatnya langsung rupa wanita itu, apakah secantik melati atau lebih cantik dari pada melati?
"
"
"
Ra??! bangun udah magrib, kamu sholat magrib ga?, panggil bu asih.
Iya mak., sahut adira karna sesungguhnya ia pun tidak sedang tidur, karna memang tak bisa tidur.
Rian belum pulang lagi ya ra?, tanya bu asih.
Biasa mak, belum, bapak kemana?, tanya adira yang pura pura tidak tau agar bu asih mengira ia baru bangun tidur sebab matanya merah dan agak sembab, adira tidak mau ibunya tau ia habis menangis.
Bapak mu lagi ngantar mbah mu, sepertinya malam ini bapakmu tidak pulang, soalnya udah sore juga perginya, palingan besok baru pulang., jawab bu asih.
Ohh., jawab adira.
Kamu ga masak untuk suamimu ra? kok jam segini baru bangun?, tanya bu asih sekaligus mengingatkan.
Ga mak, nasi sama lauk ku masih ada, masih cukup buat mas rian., jawab adira.
Ooo, walau pun suamimu seperti itu kamu tetap harus mengerjakan yang jadi tugasmu, jangan sampai kamu melakukan kesalahan ya ra? biarkan saja suamimu yang menyalah kamu jangan, tetap jalankan tugasmu sebagai istri dengan baik jangan balas keburukan suami mu pada mu dengan keburukan juga., nasihat bu asih.
Iya mak., jawab adira.
Lah kamu udah makan belum ra? kalo nasi mu hanya cukup untuk suami mu kamu makan nasi ku saja gih, tadi aku masak banyak., ujar bu asih.
Aku udah makan mak, itu adzan nya udah selesai dari tadi, aku wudhu dulu ya mak, mamak sholat dulu., putus adira karna khawatir ibunya terus mendesaknya untuk makan sedang adira sengaja menghemat dan ga mau menjadi beban bagi orangtuanya.
Selepas sholat magrib adira duduk didekat ibunya yang sedang menjaga adik adiknya, ia menemani sang ibu sambil menunggu datangnya isya, namun samar samar adira seperti mendengar suara orang bicara dipojok halaman depan yang jaraknya agak jauh dari rumah.
Astagaaa itu dimas kah mak?, tanya adira yang sudah berdiri di pintu memastikan arah suara itu berasal.
Iya lah ra siapa lagi., jawab bu asih.
Itu dia udah dari tadi mak nelpon?, tanya adira.
Ya begitulah, sejak ashar sampai sekarang., jawab bu asih.
Adira hanya geleng geleng kepala mendengar jawaban sang ibu.
Sepertinya usaha kakek kakekmu dalam mengobati dimas gagal ra, nyatanya habis diobatin ga ada perubahan sama sekali., keluh bu asih.
Dimas ga akan berubah mak kalo niat ingin berubah itu ga ada dalam hatinya., jawab adira.
Iya juga sich, tapi kan dia begitu karna pelet ra bukan murni keinginan dia., sanggah bi asih yang tak percaya jika dimas segampang itu tahluk pada perempuan.
Iya mak aku tau, tapi sekalipun itu pelet teluh santet guna guna atau apa pun lah itu namanya selagi masih sejenisnya tetap saja, ada setitik kesadaran di dirinya mak, ia tetap ingat siapa dirinya, dan dari secuil kesadarannya ia akan berfikir kenapa kok aku tiba tiba berubah? kenapa kok aku bisa begini? kenapa kok aku jadi seperti ini? harusnya pemikiran itu ada pada dirinya mak, bukannya dituruti kegilaan nya tanpa mau berfikir dan mencari sebab kenapa dirinya bisa begitu, soalnya kan dia bukan dihilangkan akal sehatnya, tapi cuma dibuat agar dia tiba tiba suka dan mendadak tergila gila mak., jelas adira panjang lebar.
Jadi menurutmu gimana ra?, tanya bu asih.
Menurutku kalo dimasnya sendiri menuruti alur arahnya sihir itu dan ga mau melawannya ya sudah mak, ikuti saja apa maunya, kita lihat saja sampai dimana dimas bisa mempertahankan cinta diluar kesadaran nya itu, ya syukur syukur wanita itu baik dan bisa jadi istri yang baik buat dimas, kalo tidak ya tinggal mamak lihat saja gimana hasil kedepannya, mending mending kalo mamak mau mendoakan agar dimas bahagia dan ga salah pilih, kalo tidak ya apa pun hasilnya mamak ikhlaskan saja, ga usah dijadikan beban pikiran, ga usah dijadikan masalah besar, bisa jadi memang ini sudah takdir jodohnya dimas kan kita ga tau mak., jawab adira mencoba memberi ibunya pengertian dan kekuatan hati.
Kalo perempuan baik baik menurutku ga mungkin pake pake pelet ra? dan lagi aku tuh slalu mendoakan kalian semua anak anakku., ujar bu asih.
Ya kita kan ga tau mak, bisa jadi wanita itu wanita baik baik cuma mungkin begitu ketemu dimas ia langsung jatuh cinta barang kali terus dimasnya ga respon jadinya dikasih jebakan agar dimas ga bisa pergi dari dia, bisa jadi kan?
Tau sendiri lah dimas orangnya ga gampang nempel sama cewek., terang adira.
Iya kalo bener baik baik ra, kalo engga gimana? aku ga mau punya mantu yang ga bener ra, kasihan adikmu, liat suamimu aja aku udah cukup pusing, aku berharap jangan lah ditambahi lagi dengan istrinya dimas pula., keluh bu asih.
Mamak jangan gitu, kita belum tau kebenaran nya wanita itu gimana, ya kalo pun dugaan mamak bener kan kita bisa bimbing dia pelan pelan, siapa tau dengan bimbingan mamak dia yang awalnya ga baik bisa jadi baik, tapi ya syukur syukur dia emang orang baik sich., nasihat adira.
Aku cuma takut ra, khawatir, kalo bisa sebelum kejadian bisa dicegah duluan., harap bu asih.
Kalo bisa mak, kalo ga apa bisa dipaksa kan, biarlah ikuti dulu saja jalannya, siapa tau memang ini takdir yang harus dijalaninya, siapa tau suatu hari nanti dia akan sadar, dan menerima istrinya dengan hati yang ikhlas bukan dengan terpaksa, kalo saja dari sekarang dia bisa melawan bisikan yang datang, bisa mengendalikan emosi dan nafsu yang mengendalikan otaknya mungkin dia ga akan terjebak perasaan sejauh ini, tapi tau sendiri selemah apa imannya itu, jadi mau ga mau mamak sama bapak harus mengalah, dan masalah mas rian mamak ga usah pikirkan ga usah khawatir, jika aku mampu akan ku pertahankan tapi jika aku sudah ga mampu mempertahankan maka aku akan pikirkan cara agar aku lepas dari dia tanpa harus menciptakan keributan dikampung kita ini agar mamak sama bapak ga pusing karna ulahnya., jelas adira panjang lebar.
Memangnya kayak gitu bisa dilawan ya ra?, tanya bu asih penasaran, pasalnya bu asih tak pernah mengalami nya.
Bisa mak, dilawan dengan berfikir jernih, maksudnya menjernihkan pikiran dan sekuat tenaga sadari kok aku bisa begini?
Dengan begitu ia akan terus berfikir sampai logikanya menemukan jawaban yang bisa membuat dia ingin melawan kelemahan imannya, lama lama sihir yang membentengi kewarasan nya itu akan retak sedikit demi sedikit sampai benar benar pecah lalu dilanjutkan dengan dzikir sholat dan doa tulus minta sama Allah untuk dikembalikan kewarasan kita agar kita bisa benar benar sadar., jawab adira panjang lebar.
Kok kamu tau kayak gitu belajar dari mana ra? dari aki mu apa mbah mu?, tanya bu asih.
Dari diri ku sendiri mak., jawab adira santai.
Kok bisa!!!???, kaget bu asih.
Ya bisa lah mak, kan aku udah duluan mengalaminya makanya aku tau., jawab adira.
Bu asih seketika melongo menatap adira tak percaya...
Aku nikah sama rian ga pacaran mak, bahkan aku sendiri sampai detik ini masih bingung kok bisa aku jadi istri rian, karna sebelum aku jadi istrinya aku itu ga kenal dia, awalnya dia datang menemui ku bilang suka sama aku tu aku tolak baik baik, bahkan aku bilang aku ga mau berteman sama dia, jangankan pacaran temenan aja aku ga mau, karna mamak liat sendiri rian itu ganteng aku ogah punya suami ganteng takut makan hati.
Lah habis ku tolak dia pulang besoknya tiba tiba dia datang lagi dan ngajak aku nikah secepatnya kok tiba tiba aku mau, mang joni juga ga ngelarang aku ga nyegah aku ga ngingat kan aku malah dia juga seperti mendukung ku dengan menikahkan aku sama rian di rumah orangtua nya rian, dua hari setelah aku sah jadi istri rian rasanya kayak orang baru bangun tidur, aku baru sadar dan kayak orang linglung, kaget tiba tiba aku tidur dipeluk laki laki, aku ingat ingat apa yang terjadi aku baru sadar kalo aku udah nikah.
Pas aku mempertanyakan apa yang terjadi kok aku bisa nikah sama dia, dia ngamuk sama aku katanya aku kurang ajar sama dia karna nuduh dia macam macam, padahal aku cuma nanya belum nuduh apa apa, dan aku juga baru sadar selama 1minggu, dari sebelum menikah sampai 2hari setelah ijab qabul aku tuh kayak tergila gila sama dia, pengennya nempel terus sama dia ga mau pisah semenit pun, tapi setelah 2hari aku jadi istrinya tiba tiba aku benci banget sama dia benci sebenci bencinya tapi ga bisa berbuat apa apa, apa lagi kalo aku ingat gara gara dia aku tiba tiba putus sama yusri tanpa ada sebab yang jelas makin memuncak lah rasa benci ku ini, tapi kenapa aku masih bisa bertahan sampai sekarang itu karna aku menjaga nama baik mamak sama bapak, aku ga mau minta cerai, karna mamak sama bapak ga bolehin segampang itu aku minta cerai, aku harus kumpulkan alasan yang jelas dan kuat untuk bisa pergi dari dia, ditambah lagi dia pun ga mau ceraikan aku, jadi aku cuma bisa diam lah, dan aku tau nya aku di guna gunai karna orang yang antar dia ke dukun itu bilang sama aku, awalnya aku ga percaya, tapi dia meyakinkan aku dengan ngajak aku ke dukun itu, sampai sana aku minta bukti sama dukun itu, bukti kalo aku benar benar diguna guna sama rian, dan dukun itu ngasih foto aku yang rian kasih ke dia, aku pun kaget, rian dapat foto ku itu dari mana? tapi dukun itu ga tau katanya rian dapat foto itu dari mana, yang jelas dukun itu dapat foto itu dari rian.
Dan mamak tau siapa dukun itu?
Dukun itu masih saudara ibunya rian, dan yang ngantar aku ke dukun itu juga buat cari bukti masih saudara nya si rian juga, dia sepupunya rian dari ayahnya, katanya dia kasihan sama aku makanya dia mau ngasih tau aku kalo aku sebenarnya diguna guna sama saudaranya.
Makanya sejak itu aku jadi sering dzikir dan sholat karna aku takut aku kena guna guna lagi dan aku takut aku makin ga bisa lepas dari rian mak, sejujurnya aku tu udah ga mau sama rian lagi, tapi setiap kali rian ngajak pisah aku iyakan dia malah ngamuk ga terima, mau nya dia kalo dia ngajak pisah aku nolak, padahal kata cerai dari dia tu aku tunggu tunggu udah lama.
Tapi dia bilang seumur hidup dia ga mau ceraikan aku, tapi mamak ga usah khawatir aku bisa urus masalah ku sendiri., terang adira membuka tabir yang selama ini ia tutupi dari orangtua nya.
Bu asih yang terbengong bengong mendengar cerita adira hampir menangis, ia tak sadar kalo apa yang anak sulungnya alami sepahit itu, "pantas saja adira seolah tak perduli dengan apa pun yang rian lakukan", pikir bu asih.
Jadi kamu nikah sama rian bukan atas kemauan kamu ra?, tanya bu asih.
Ga mak, kan mamak tau aku sebelum pergi ke Indramayu itu udah bertunangan degan yusri dimalaysia, bahkan yusri sendiri kan udah meminta aku ke mamak sama bapak., jawab adira.
Lah iya, terus itu yusri gimana ra?, tanya bu asih.
Setelah aku sadar bahwa aku udah nikah sama rian aku langsung cari pulsa buat telpon yusri, dan aku udah cerita semuanya sama yusri aku juga minta maaf sama dia dan minta dia lupain aku, kalo aku ga ngomong gitu takutnya yusri masih nungguin aku dan masih kirim kirim uang jajan ke aku kayak biasanya, aku ga mau membuat dia merasa tertipu sama aku mak., terang adira.
Apa dia ga marah sama kamu ra?, tanya bu asih lagi.
Dia itu bukan pemarah mak, dia ga pernah marah, dia cuma lemas dan kecewa, tapi dia faham itu semua diluar kendaliku, karna dia juga tau bagaimana aku, dia tau seberapa sayangnya aku sama dia, dia juga tau waktu disana juga dia bukan satu satunya lelaki yang meminta aku untuk jadi istrinya jadi dia faham itu, apa lagi dia juga tau bukan sifatku yang gampang suka sama laki laki., jawab adira.
Syukurlah ra dia ga marah sama kamu, tapi aku jadi kasihan sama dia ra., sedih bu asih.
Ya mau gimana lagi mak, aku juga ga bisa apa apa, sekarang yang aku pikirkan itu semoga masa depan dimas baik baik saja dan dimas ga salah langkah., ujar adira.
Ya mudah mudahan saja ra., lesu bu asih.
Suara motor tiba tiba berhenti dihalaman rumah bu asih.
Sssstttt ra sepertinya itu suamimu., bisik bu asih.
Iya mak, sstttt cerita tadi cukup kita aja yang tau, mamak jangan cerita sama siapa siapa apa lagi sama bapak, aku khawatir ga selamat pula nanti anak orang disini., bisik adira juga.
Bu asih mengangguk faham.
Assalamualaikum
Salam rian
Wa'alaikumsalam
Jawab bu asih dan adira
Baru pulang yan?, sapa bu asih pada menantunya.
Iya mak., jawab rian sambil berlalu masuk kamar.
Melihat itu bu asih dan adira hanya saling pandang tanpa komentar apa apa lagi.
Semangat ya buat othor. oiya Kapan2 mampir2 ya kak ke ceritaku juga. 'Psikiater, Psikopat dan Pengkhianatan' mksh