(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!)
Demi mendapatkan uang untuk mengobati anak angkatnya, ia rela terjun ke dunia malam yang penuh dosa.
Tak disangka, takdir mempertemukannya dengan Wiratama Abimanyu, seorang pria yang kemudian menjeratnya ke dalam pernikahan untuk balas dendam, akibat sebuah kesalahpahaman.
Follow IG author : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian jual beli
Via menoleh pada sumber suara. Sepasang bola mata indahnya membulat menyadari siapa yang berdiri di sana.
Bukankah itu Tuan Gunawan yang semalam menolongku? ucap Via dalam batin.
"Kau tidak dengar Tuan Gunawan berkata apa? Lepaskan gadis itu!" perintah salah seorang pria yang berdiri di belakangnya.
Marco yang sangat terkejut dengan kedatangan Tuan Gunawan hanya dapat terdiam. Pria itu memberi kode pada pengawalnya untuk melepaskan Via.
"Tuan Marco, bisakah kita bicara?" ucap Tuan Gunawan. Tanpa dipersilahkan, pria paruh baya itu duduk di sofa berhadapan dengan Marco. Sementara dua orang pengawal yang mengikutinya berdiri di belakang.
"Tentu saja, Tuan. Suatu kehormatan bagi saya anda mau berkunjung kemari," tutur Marco. "Mari kita bicara di ruangan saya."
"Bicara di sini saja. Aku tidak suka basa-basi," tegas Tuan Gunawan. Nada bicaranya santai, namun terdengar menakutkan.
Sementara Via masih berdiri mematung di tempatnya dengan ketakutan yang masih tergambar jelas di wajahnya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Marco sambil memberi kode pada pelayan agar membawakan minuman untuk pria paruh baya itu.
"Tidak usah repot-repot. Aku kemari untuk meminta sesuatu darimu."
Marco mengerutkan dahi sebagai pertanda ia belum menangkap arah pembicaraan pria di depannya. "Meminta apa, Tuan?"
"Aku menginginkan gadis itu!" jawabnya seraya menunjuk Via dengan ekor matanya.
Marco tertawa kecil mendengar perkataan pria itu. Sebab setahunya Tuan Gunawan adalah pria dengan reputasi yang baik. Tidak mungkin ia mau bermain-main dengan seorang wanita penghibur.
"Cleopatra? Tapi, Tuan ... seseorang sudah membayarnya untuk malam ini duluan. Saya akan mencarikan yang lebih baik dan cantik jika anda menginginkan," tawar Marco.
"Aku tidak suka mengulang perkataanku. Aku hanya ingin gadis itu."
"Maafkan saya, Tuan. Tapi saya tidak bisa memberikannya."
Seringai tipis hadir di bibir pria tersebut. Ia mengangkat tangan kanannya sehingga pengawal mendekat padanya. "Ada apa, Tuan?"
"Malam ini juga, ratakan tempat ini dengan tanah!" ucapnya santai, lalu menatap tajam pada Marco.
Mendengar perintah mematikan itu, wajah Marco tiba-tiba menjadi pucat pasih. Ia sadar betul kekuasaan Tuan Gunawan, yang merupakan seorang pengusaha kaya raya. Seluruh kawasan elite di sekitar tempat Marco membuka tempat hiburan adalah miliknya. Bahkan ia dapat meluluh lantakkan bangunan tersebut hanya dalam waktu semalam.
"Ampuni saya, Tuan," ucap Marco dengan wajah memelas, "Baiklah, saya akan memberikan gadis itu pada anda."
"Bagus! Jadi berapa aku harus membayar untuk gadis itu?"
"Anda ingin menyewanya untuk malam ini?" tanya Marco.
"Aku tidak mau menyewa, aku ingin membelinya darimu. Artinya mulai sekarang gadis itu milikku. Jadi sebutkan berapa aku harus membayarmu."
Kerutan di dahi Marco semakin dalam, ia melirik Via sekilas, meneliti ada apa dengan Via hingga Tuan Gunawan mau memilikinya.
Tak ingin kehilangan kesempatan, Marco segera menyebutkan harga yang harus dibayar untuk mendapatkan Via. Ia menyebutkan harga yang fantastis, membuat Via tersentak mendengarnya. Namun, walaupun harga yang ditawarkan Marco sangat tinggi, Tuan Gunawan rupanya tidak terkejut.
"Surya, kau urus semuanya," perintah Tuan Gunawan pada seorang pengawalnya.
"Baik, Tuan."
"Tuan Marco, aku ingin kau membuat surat perjanjian untukku. Bahwa setelah hari ini, kau tidak akan mengusik lagi gadis itu. Kalau kau melakukannya, maka kau akan berurusan denganku."
"Baik, Tuan. Saya akan mematuhi apapun yang anda inginkan," sahut Marco. Pria itupun meminta seorang asistennya membuat surat perjanjian tertulis.
Siapa sebenarnya Tuan itu? Kenapa dia ingin membeliku dengan harga yang sangat mahal. Apa dia sebenarnya pria hidung belang? Tapi kenapa semalam dia menolongku. batin Via.
********
Setelah hampir satu jam menunggu, seorang asisten pribadi Marco datang dengan membawa surat perjanjian yang diinginkan Tuan Gunawan. Pria itu membaca kata demi kata yang tertulis dalam surat perjanjian itu.
"Baiklah. Sekarang kau tanda tangan, setelah itu aku akan mentransfer uangnya."
Marco segera membubuhkan tanda tangan pada surat perjanjian itu. Antara bingung dan juga senang. Ya, ia mendapatkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit dari hasil menjual Via.
Setelah perjanjian jual beli selesai, Tuan Gunawan melirik ke arah Via. Ia memperhatikan penampilan Via dengan balutan pakaian yang cukup terbuka. Seulas senyum terlihat di sudut bibirnya.
"Kau kemari dengan pakaian itu?"
Via menyahut dengan gelengan kepala.
"Kalau begitu ganti dulu pakaianmu dengan yang kau gunakan tadi saat kemari," pinta Tuan Gunawan.
Marco yang sedang senang segera memberi kode pada Laras untuk menemani Via mengganti pakaiannya.
****
"Via... apa kau mengenal laki-laki itu? Dia membelimu dengan harga yang sangat mahal," tanya Laras.
Sambil melepas pakaian itu, Via menjawab. "Aku belum begitu kenal. Tapi dia orang yang menyelamatkanku semalam dari Aldi," jawab Via.
Wanita itu mengenakan kembali pakaiannya, namun pikirannya masih melayang kemana-mana. Antara senang bisa lolos dari Marco dan takut jika ternyata pria yang baru saja membelinya adalah pria hidung belang.
"Aku takut, Ras. Bagaimana kalau Tuan tadi itu ternyata laki-laki hidung belang seperti Aldi. Aku harus berbuat apa?" ucap Via menahan air matanya. "Kau dengar tadi kan, dia memberiku untuk menjadi miliknya."
"Ya, aku juga berpikir seperti itu. Sepertinya dia pria yang sangat berkuasa, bos bahkan sampai gemetar saat bicara dengannya," ujar Laras menambah ketakutan Via.
Kekalutan dalam hati Via semakin menjadi-jadi tatkala pintu diketuk dengan keras oleh seseorang dari luar. Rasanya ia ingin melarikan diri dari tempat terkutuk itu. Namun tidak ada celah sedikitpun untuknya bisa lolos.
Setelahnya, Via menemui pria yang baru saja membelinya. Langkah kakinya terayun dengan gontai, nyaris tak bertenaga. Ia bahkan tidak berani mengangkat kepala.
"Mari kita pergi," ajak Tuan Gunawan.
Apa yang akan terjadi padaku setelah ini. Apa Tuan Gunawan ini orang baik, atau dia sama dengan laki-laki yang kemari untuk mencari hiburan?
Seorang pengawal membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Via masuk, sementara Tuan Gunawan dengan santai masuk dari pintu sebelahnya. Mobil pun melaju meninggalkan tempat hiburan itu.
******
"Kenapa kau bisa kesana lagi? Bukankah semalam kau sudah berhasil meloloskan diri dari pria yang membayarmu?" tanyanya.
Saat ini mereka masih dalam perjalanan yang Via tidak tahu kemana arah yang ditujunya.
"Mereka menyeret saya ke tempat itu, Tuan," jawab Via nyaris gemetar. "Saya juga tidak mau kembali ke sana, tapi ..."
"Aku mengerti. Tidak mudah untuk bisa keluar dari tempat itu. Apalagi kau sudah berurusan dengan Marco."
Via terdiam. Cekat napasnya tertahan. Ingin bertanya tapi takut. Hingga beberapa menit berlalu, ia baru memberanikan diri menatap pria yang duduk di sisinya.
"Tuan ... Boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tanyalah!"
"Kenapa anda membeli saya dengan harga semahal itu? Apa anda ... maksud saya ...." Via berbicara takut-takut. Jika salah bicara sedikit saja maka itu akan sangat berbahaya baginya. Begitulah pikirnya.
Tuan Gunawan terkekeh mendengar pertanyaan Via yang terdengar begitu gugup. Ia bahkan dapat menebak kemana arah pertanyaan wanita muda itu. Namun, bukannya menjawab, ia malah memilih diam.
Aku harus bisa kabur dari sini. batin Via.
Pelan-pelan Via menarik gagang pintu mobil, bermaksud melarikan diri dengan melompat keluar. Namun sayang sekali, pintu terkunci. Tuan Gunawan yang menyadari, hanya melirik dengan ekor matanya. Ia kembali tersenyum misterius.
***