Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 lost contact
Bi Indah menunjukan ponsel jadul nya , dan kotak pesan hari ini .
"Baiklah Bi Indah , nanti kalau Reymond memberi kabar , beritahu aku lewat pesan ." setelah itu Anggita berangkat kerja . Bi Indah masih menatap punggung Nyonyanya dan sesekali melirik ke ponsel jadulnya .
"Sudah sepuluh hari Tuan pergi ke luar negri tanpa kabar . Sepertinya Nyonya sangat khawatir ." gumam Bi Indah merasa kasihan setiap kali Nyonyanya bertanya , apakah ada pesan dari Reymond . Tetapi sampai sekarang pun dirinya tidak mendapat kabar darinya .
Anggita sudah sampai di kantor , dia mencoba mengabaikan apa yang terjadi meski hal itu selalu berputar dalam kepalanya .
Maxsim tidak hanya tidak pulang , tapi dia juga tidak ada mengabarinya , bahkan pesan dan telepon tidak di balas .." kenapa Maxsim seperti ini ? Apa dia masih marah dengan kejadian waktu itu ."Anggita gelisah dan bimbang .
Ting....
Suara notifikasi dari ponselnya membuat Anggita bersemangat dia segera mengecek siapa tahu ada pesan dari Maxsim . Namun , alih alih pesan dari Maxsim , itu tak lain hanya pesan dari aplikasi hijau menawarkan iklan pinjaman .
Seketika raut wajah Anggita berubah kembali seperti semula , Anggita berpikir untuk mengirim pesan kepada suaminya itu , tapi dia mempertimbangkan satu hal dan bahkan banyak hal lainnya yang membuatnya mengurungkan niatnya .
"Anggita , Pak Narendra minta hasil akhir laporannya . Kamu sudah menyiapkannya kan?." ucap Rosa sambil membenahi blezernya sambil menyandarkan pinggulnya di meja Anggita .
Wanita berambut sebahu itu baru sadar orang yang di ajak bicara ternyata tidak mendengar perkataannya .
"Anggita...
Ah..
Anggita terkejut karena Rosa berseru tepat di samping telinganya . Dan dia hampir terjatuh dari tempat duduknya . Jika tanganya tidak berpegangan tepi meja .
Detik berikutnya Anggita menatap Rosa dengan tatapan tajam , tetapi bukannya merasa bersalah Rosa dengan sangat percaya diri melipat tangannya di depan d**a .
"Aku sudah bicara panjang lebar , ternyata kamu tidak mendengarkan aku . Tapi malah asyik asyik melamun . Cepat pergi ke ruangan Pak Narendra dia sedang menunggu laporan yang kamu buat ."
Ah..
Anggita baru sadar setelah mendengar cerita Rosa . Di berdiri dengan tergesa gesa kemudian memanggil Sinta yang kebetulan melintas di sampingnya .
"Sinta sinta , kamu mau ke mana?".
Sinta mendekati Anggita ." aku mau ke ruangan Pak Toher dan divisi pajak . Ada beberapa hal yang harus didiskusikan dengannya ."
" kebetulan sekali , boleh minta tolong antarkan berkas ini ke ruangan Pak Narendra ." Anggita langsung menyerahkan berkas di tangannya tanpa menunggu jawaban dari Sinta . Sontak gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan menggerutu .
"Tapi kan ruangan Pak Narendra tidak satu arah dengan divisi pajak ." keluh Sinta . Meski begitu dia tidak mengembalikan berkas itu . Lalu segera pergi dari sana walau harus mampir terlebih dahulu ke ruangan Pak Narendra .
Anggita tersenyum puas dan kembali ke tempat duduknya , untuk yang kesekian kalinya , dia mengecek kembali ponselnya . Tapi lagi lagi hanya kekecewaan yang dia dapati .
Rosa yang masih di sana menyipitkan mata melihat gelagat Anggita . Semakin di perhatikan semakin dirinya merasa kalau temannya ini tidak baik baik saja .
"Ngi kamu ada masalah ." tanya Rosa .
Anggita mendadak menatap Rosa kemudian tertawa ." masalah ? Masalah apa , aku tidak ada masalah ."
Untuk menyakin kan Rosa jika dirinya baik baik saja .Anggita bersikap setenang mungkin . Namun Anggita lupa jika Rosa sudah cukup lama mengenal dirinya , sehingga dapat mengetahui arti dari sikapnya .
"Jika kamu ada masalah katakan saja . Apa ini berhubungan dengan suamimu ? Apa dia melakukan KDRT . Kekerasan dalam rumah tangga , atau melakukan sesuatu membuatmu kecewa ? Atau dia menyembunyikan sesuatu darimu ?."
Anggita tertegun mendengar rentetan pertanyaan dari Rosa . Tidak tahu dari mana dia dapat mengumpulkan pertanyaan semacam itu . Tapi sungguh dia sangat berbakat menjadi jornalis .
Anggita menggelengkan kepala ." Tidak ada kami baik baik saja ." jawab Anggita . Dia melanjutkan kalimatnya dalam hati ." Aku tidak berada di posisi yang berhak merasa kecewa , tentang dia menyembunyikan sesuatu dariku . Aku juga tidak berhak ikut campur dalam urusannya , jadi bisa di katakan hubungan ini baik baik saja kan .?"
"Anggita apa pun masalahmu dengan suamimu , jangan pernah memikirkan untuk bercerai . Paling tidak itu adalah pilihan terakhir jika memang tidak lagi dapat di pertimbangkan , kau mengerti ." mendadak Rosa menjadi sangat serius . Dia sudah seperti seorang psikolog ternama yang sudah kenyang asam garam kehidupan rumah tangga , padahal dia seorang jomblo akut .
"Menemukan suami tidak mudah , kau harus bersyukur . Paling tidak jangan menjadi istri konglomerat , meski bisa hidup mewah , tapi juga tidak menjamin mereka akan puas . Orang orang seperti itu datang pada kita saat tertarik , begitu rasa tertarik itu hilang , mereka akan pergi bagai jailangkung , datang tak di undang pergi tak di antar ." Risa menatap Anggita .
" kamu harus mendengarkan temanmu ini , aku begini begini juga peduli padamu ." Rosa mengibaskan blezernya yang ia rasa sangat kusut , dia bangkit dari duduknya kemudian kembali ke kubikelnya .
Anggita mungkin tidak mengatakan apapun tentang ucapan Rosa . Tapi setiap kata tercetak nyata dalam ingatannya . Terkhusus saat mengatakan orang orang kaya dari keluarga konglomerat datang hanya saat tertarik , begitu rasa tertarik hilang ,mereka akan pergi bagai jailangkung .
"Apakah itu tahap hubungan kami ? Dia sudah tidak pulang , bahkan juga tidak mengabari , sepertinya yang di ucapkan Rosa benar ."
Anggita tidak mau mengakui itu , namun mengingat Maxsim saat ini sungguh seperti apa yang baru saja di jelaskan oleh Rosa .
***
Sementara di tempat lain .
"Mau sampai kapan kamu akan terus seperti ini ? Sudah waktunya kamu mengantikan dady mengurus perusahaan , tapi kau terus mencari cari alasan ."
Dua pria berbeda usia sedang duduk berhadapan di satu meja , yang satu mengenakan sweater abu abu lengan panjang . Sementara yang satunya mengenakan tuxedo warna hitam lengkap dengan kemeja dan dasinya .
Memang mereka berbeda usia , tapi jika di perhatikan wajah mereka bak pinang di belah dua .
"Maxsim tidak bisa , setidaknya tidak untuk sekarang . Karena Bird And Meeting masih dalam waktu yang sangat kritis untuk masuk pasar internasional ."
Mendengar jawaban putranya King samudra menyatukan alisnya lalu mengambil nafas cukup panjang .
" kamu tidak lihat Umur bapak kamu ini sudah tua ? Bagaimana mungkin kamu tega membiarkan Bapakmu ini mengurus perusahaan sendirian ? Tidak bisakah kamu mempertimbangkannya lagi ."
"Dady masih sangat sehat . Buktinya , Dady masih bisa pergi bulan madu dengan Momy dua minggu yang lalu . Benar bukan ? Jangan berpikir Dady ingin menyembunyikan hal ini dariku ."
"Ka ..kamu tahu dari mana ." King terbata bata kemudian berdehem satu kali dengan canggung . Lalu meraih cangkir teh di depannya .
"ii itu hanya liburan biasa . Bukankah tidak ada larangan untuk kami para orang tua untuk berlibur ? Jika tidak percaya tanyakan saja pada Momymu ."
Tepat saat itu Aminah datang sambil membawakan cemilan ." Jangan kamu dengarkan ucapan Dadymu , fokus saja dengan perusahaan kamu sendiri ." ucap Aminah .