NovelToon NovelToon
Kubungkam Hinaan Keluarga Dengan Kesuksesan

Kubungkam Hinaan Keluarga Dengan Kesuksesan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Araya Noona

"Pergi kamu dari sini! Udah numpang cuma nambah beban doang! Dasar gak berguna!"

Hamid dan keluarganya cuma dianggap beban oleh keluarga besarnya. Dihina dan direndahkan sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Hingga pada akhirnya mereka pun diusir dan tidak punya pilihan lain kecuali pergi dari sana.

Hamid terpaksa membawa keluarganya untuk tinggal disebuah rumah gubuk milik salah satu warga yang berbaik hati mengasihani mereka.

Melihat kedua orangtuanya yang begitu direndahkan karena miskin, Asya pun bertekad untuk mengangkat derajat orangtuanya agar tidak ada lagi yang berani menghina mereka.

Lalu mampukan Asya mewujudkannya disaat cobaan datang bertubi-tubi mengujinya dan keluarga?

Ikuti terus cerita perjuangan Asya di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Saat Asya sampai di rumah sakit, Bapak dan Ibu sudah tidur. Sementara Luna menunggu sang kakak pulang. Mereka memilih bicara di luar karena tidak ingin menganggu tidur orang tua mereka. Dan di sinilah mereka sekarang, di kursi koridor rumah sakit yang terbuat dari besi yang terasa begitu dingin sampai menembus pakaian mereka.

"Ada apa tadi?" tanya Asya. Dia sudah sangat penasaran sampai tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya.

"Om Radit sama Tante Rania datang lagi ke sini," jawab Luna.

Satu helaan napas yang begitu berat berhasil keluar dari mulut Asya. Gadis itu memejamkan matanya sesaat sembari memijit lembut batang hidungnya. Tiba-tiba saja Asya merasa sakit pada kepalanya. Padahal dia hanya mendengar tante dan omnya yang selalu membuat onar datang.

"Mereka ngomong apa?" Bohong jika Asya mengatakan dirinya tidak berharap kedatangan kedua saudara sang ayah itu untuk menjenguk Hamid dan bukan lagi untuk mempermasalahkan pekerjaannya. Namun jawaban Luna meluluhlantakkan harapan Asya. Bahkan dada Asya kembali terasa sesak ketika Luna menceritakan apa yang terjadi tadi. Gadis itu juga terharu mendengar orangtuanya membelanya.

"Mulai sekarang Kakak gak usah dengerin omongan orang lain lagi ya," kata Luna mengelus pelan lengan kakaknya berharap jika hal itu bisa sedikit menambah semangatnya.

"Aku, Ibu sama Bapak bakalan tetap berada dipihak Kak Asya," lanjutnya.

Asya tersenyum di tengah perasaan terharunya. Dia menarik tubuh sang adik untuk dipeluknya. Luna benar, mulai sekarang Asya tidak perlu mendengarkan kata-kata orang lain lagi. Toh, dia hanya butuh dukungan bapak, ibu serta adiknya dan Asya sudah mendapatkannya.

"Makasih ya," ujar Asya.

"Iya. Sama-sama, Kak. Kita kan keluarga," jawab Luna. Mereka lalu menguraikan pelukan. Asya segera menyapu air matanya tak ingin menangis lagi. Pokoknya dia harus kuat demi keluarganya.

"Oh iya, tadi kakak bilang ada masalah di tempat kakak nyanyi. Ada masalah apa?" tanya Luna kemudian.

Asya terdiam sebentar bersamaan dengan bayangan seorang pria yang hampir melecehkannya. Dia segera menggeleng samar lalu memasang wajah tersenyum.

"Bukan apa-apa kok," ujarnya. Entah kenapa dia merasa jika masalah kali ini keluarganya tidak perlu tahu.

"Beneran?" Ternyata Luna cukup peka juga. Dia sampai memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, memperhatikan wajah Asya dengan seksama.

"Iya, beneran," kata Asya mencoba meyakinkan sang adik dan pada akhirnya Luna pun mengangguk, percaya pada ucapan kakaknya.

"Ya udah kita masuk yuk. Aku udah ngantuk dan dingin juga di sini," ujar Luna sambil memeluk dirinya sendiri yang mulai menggigil.

"Oke. Kamu duluan aja. Aku mau ke toilet sebentar," kata Asya lalu menitipkan tasnya pada sang adik sementara dia berjalan menuju toilet yang terletak di sebelah kiri rumah sakit itu.

***

Asya mengulas senyuman manis saat membaca pesan chat dari Zhaki yang mengatakan jika pemuda itu akan segera sampai. Tentu saja untuk menjemput Asya. Syukurlah karena bang Roy masih mau memberi Asya job meski sudah berulang kali wanita itu membuat masalah. Sungguh gadis itu berharap, semoga mulai hari dia tidak akan membuat masalah lagi yang berujung Bang Roy akan kecewa padanya.

"Kamu udah mau berangkat?" tanya Yani melihat Asya yang sudah siap dengan pakaian serta tasnya.

"Iya, Bu," jawab Asya.

Yani mengangguk pelan lalu mengelus kepala Asya. "Kamu jaga diri baik-baik ya, Nak, di sana," pesannya.

Asya itu selalu menjaga dirinya. Namun ada saja orang yang berniat jahat padanya. Seperti kemarin. Tentang masalah itu, Asya belum berani memberitahu orangtuanya. Asya takut jika mereka sampai tahu Asya hampir dilecehkan, mereka tidak akan membiarkan Asya pergi menyanyi lagi. Padahal mereka masih butuh banyak sekali uang.

"Iya. Tapi, Bapak percaya kok Asya pasti selalu menjaga dirinya," tambah Hamid. Asya senang sekali melihat Bapaknya sudah mulai pulih. Gadis itu segera mengangguk antusias.

"Bapak sama Ibu tenang aja. Asya pasti bakalan jaga diri baik-baik kok," jawab Asya membuat kedua orangtuanya juga ikut tersenyum.

"Kamu yakin?" Suara itu membuat mereka kompak menoleh dan juga kompak menghela napas ketika melihat pria itu di ambang pintu. Asya dan keluarganya mencoba mengabaikannya namun saat melihat seseorang dibelakang pria itu, mereka seketika terdiam di tempatnya.

"Bapak," lirih Hamid melihat eksistensi sang ayah di sana tengah menatapnya dan keluarganya dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun yang pasti jika sang ayah sudah ikut campur berarti hal yang mereka lakukan sudah diluar batas.

"Kamu gak boleh pergi menyanyi lagi, Asya," tegas Panji mejatuhkan seluruh pandangannya pada Asya. Mungkin gadis itu memang pakaian yang sopan dengan hoodie besar dan celana panjang namun tidak ada yang tahu seberapa seksi pakaian dibaliknya.

"Bapak---"

"Diam kamu Hamid!" potong Panji melotot tajam ke arah putranya. Bukan hanya Hamid, mereka yang ada di sana kompak terdiam.

"Seharusnya sebagai seorang ayah kamu bisa mengarahkan anak kamu ke arah yang benar." Panji mulai mengutarakan apa yang ada dalam kepala dan hatinya.

"Bukan malah menjerumuskannya. Bahkan kamu hanya melihat tanpa ada niat untuk melarang." Jelas nada suara Panji mengisyaratkan amarah yang besar.

"Tapi saya cuma kerja cari uang, Kek," ujar Asya mulai muak karena kakeknya terus menyalahkan sang ayah.

Panji lalu menoleh ke arah Asya. "Cari uang kamu bilang?" Itu pertanyaan yang seakan sedang menghakimi Asya. Panji menyuruh Radit untuk menunjukkan video yang dikirim Anjani kemarin kepada mereka.

"Ini yang kamu bilang cari uang?" kata Panji sambil menunjuk video tersebut. "Kamu gak lebih sedang menjual diri, Asya."

Asya merasa seperti sebilah belati baru saja tertanjap di dadanya. Dia melirik ke arah Hamid dan Yani yang sedang melihat video yang entah menampilkan apa. Tatapan mereka terlihat kosong dan penuh akan kekecewaan. Apakah sekarang tidak akan ada lagi yang membela Asya? Bahkan orangtuanya sekalipun. Yani sudah terduduk di lantai dengan air mata yang turun membasahi pipinya. Wanita itu menangis tanpa suara.

"Bapak, Ibu, dengerin Asya dulu." Sambil berlinang air mata Asya menghampiri ayah dan ibunya. Matanya tertuju pada video dalam ponsel pamannya. Tulang Asya langsung terasa lemas sampai rasanya tak lagi bisa menopang bobot tubuhnya. Itu video kemarin ketika banyak sekali pria naik ke atas panggung sebelum kejadian Asya dilecehkan.

"Sekarang kamu liat kan gimana kelakukan anak kamu di sana?" Entah itu sebuah pertanyaan atau sindiran. Hamid terlalu percaya bahkan membela Asya, mempertaruhkan harga dirinya meyakini jika anak gadisnya itu tidak akan mengecewakannya.

"Apa ini, Asya? Ini sungguh kamu?" Hamid masih mencoba berada dibatas kesadarannya. Asya tak sanggup menjawab. Dia sebenarnya ingin mengelak namun orang dalam video itu memang dirinya.

Plak!!!

Satu tamparan mendarat dengan sempurna di pipi kiri Asya membuat gadis itu jatuh tersungkur di atas lantai.

"Kenapa kamu melakukan hal itu, Asya?! Ibu sama bapak cuma nyuruh kamu jual suara kamu bukan jual diri!" kata Yani memukul punggung Asya. Gadis itu hanya bisa menangis sambil menahan pukulan sang ibu.

"Asya gak kayak gitu, Bu!" Asya mencoba membela diri karena sungguh dia sama sekali tidak melakukannya. Sudut pandang kamera itu saja yang menipu. Pada kenyataannya Asya menghindar namun malah terlihat dia semakin masuk ke dalam kerumunan.

"Terus ini apa?" tanya Yani sambil menunjuk video dalam benda pipih tersebut. "Kalo memang itu bukan kamu, ayo sangkal!" katanya lagi terdengar begitu menuntut.

Asya menagis lagi. Ingin sekali rasanya dia menyangkal namun orang dalam video itu dirinya. Bagaimana dia bisa menyangkalnya?

"Hiks ... hiks ... ibu ..." Isak tangis Asya terdengar begitu pilu. Dia yang terduduk bersimpuh ke kaki Yani tapi Yani malah mendorongnya. Dia kasihan pada Asya namun perbuatan gadis itu sudah keterlaluan. Seperti kata Rania dan suadara suaminya yang lain. Asya benar-benar telah membuat nama keluarga mereka tercoreng.

Sementara itu Panji hanya bisa mengalihkan pandangannya. Bohong jika dia tidak kasihan melihat sang cucu menangis marung-raung di sana. Hatinya berkata demikian namun egonya mengatakan jika Asya pantas mendapatkan perlakuan tersebut.

"Bapak sudah mengambil keputusan," Panji bersuara lagi. Dia tidak ingin berlama-lama di sana karena bisa saja dia luluh oleh tangisan Asya.

"Asya akan dimasukkan ke dalam asrama pesantren."

Tunggu!

Apa?

1
Nur Hayati Dzacaulnaufin
mengapa Asya tidak minta izin pd Ustadz tuk menjenguk ayahnya
n memberitahu klo dia adalah tulang punggung kluarganya n ada utang yg harus dibayar
Araya Noona
Jangan lupa memberikan dukungan jika kalian suka dengan karyaku ini yah😁😁. Terimakasih untuk yang sudah membaca😉
Nur Hayati Dzacaulnaufin
Biasa
Shezan Ezan
ceritanya bagus, dan keluarga pak hamid harus melawan jngn diam kalau diintimidasi oleh keluarganya, karena mereka susah keluarganya ogah untuk membantu,



saran saya kalau bisa ceritanya s lanjutkan terus supaya pembaca tidak terputus untuk membaca novelnya, karena kalau suka berhenti sampai berhari hari baru muncul kelanjutan bab nya mana pembaca akan bosan menunggu,
Araya Noona: untuk saat ini memang sampai bab 27 kak besok akan diperbaharui lagi babnya😊😊
Shezan Ezan: tapi kenapa setelah saya sampai bab 27 ada tulisan bersambung, trus sya scrolling k bawah untuk lanjut bab selanjutnya sdah cerita lain yg muncul,
total 4 replies
Anto D Cotto
lanjut crazy up thor
Araya Noona: Iya kak sabar yah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Ah Serin
lanjut lagi please
Araya Noona: pasti kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!