Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Aroma tikus mati
"Memperbaiki keadaan?" Arman berpikir sejenak, pada akhirnya dia menggeleng dengan sedih.
"Betapapun aku menginginkan Dewi kembali, aku tidak bisa mengecewakan orang tuaku terutama ibu, bro! Dia sangat menginginkan jabatan Presiden Direktur ini. Salahku sejak awal tidak bisa tegas," jawab Arman tak berdaya.
Farouq pikir juga begitu. Betapapun dia menyukai Dita tetap harus berpikir logis. Dengan naiknya jabatan Arman jadi Direktur, bukankah dia juga ikut diuntungkan?
Sebelumnya Dewi sangat ketat dalam pemilihan proyek, hampir semua proposal yang dia tawarkan melalui Arman ditolak tanpa penjelasan yang masuk akal. Kini tidak ada lagi penghalang baginya untuk memanfaatkan Thamrin group. Bahkan ayahnya sangat bahagia atas pernikahan Arman dan Dita, melebihi bahagianya saat adik perempuan Farouq menikah.
Jika aku masih berpikir menghasut Arman balikan sama Dewi, bukankah itu akan mengecewakan ayah. Pikir dalam hati Farouq. "Pergilah istirahat, lu harus terlihat fresh saat menikah. Aku akan panggil room service datang untuk membereskan kekacauan yang kamu perbuat," kata Farouq menunjuk seluruh isi kamar yang berantakan.
Arman mendengus kan uap panas dari hidungnya. "Kamu selidiki waitress yang memberi reward gratis itu!" perintah nya dengan tegas. "Aku curiga itu hanya akal-akalan si Alan agar Dewi jatuh ke dalam perangkapnya."
"Okey!" Farouq menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Anak buah sedang berusaha dengan segenap kemampuan mereka."
Arman menatap ke luar melalui jendela kaca. "Langit malam aja cerah, tapi kenapa hatiku suram?" Batinnya seolah ditekan ke dasar bumi membayangkan Dewi berduaan dengan Alan. Apa mungkin pria sampah itu melewatkan kesempatan untuk bermesraan dengan Dewi? "Aku sangat ingin tau siapa Alan dibalik kehidupan gembelnya. Lebih berharap lagi dia punya riwayat kriminal sehingga bisa langsung dijebloskan ke penjara. Cari tau cepat agar Dewi segera berpisah dari sampah itu. Setelah menikahi Dita, aku juga akan menikahi Dewi. Gua laki-laki, bro! Bisa punya empat istri." Arman menatap Farouq tajam.
Ehm, Farouq meringis di dalam hatinya. Dia heran darimana datangnya kepercayaan diri Arman. IQ, ketegasan, kecakapan memimpin saja kalah jauh dari Dewi. Apakah Dewi dan Dita jenis perempuan yang mau berbagi suami?
Farouq telah dikirimi foto candid Alan sesudah rambut serta wajahnya dirapikan. Dan dia yakin 1000% kalau Dewi tidak akan memandang Arman setelah ini.
.
Dewi tipe orang yang tidurnya lasak tapi Alan berkeras ingin memeluknya sepanjang Malam. Sudah setengah jam matanya tak mau terpejam. Sepertinya Alan juga belum tidur, terasa hidungnya mengendus-endus di dada Dewi. "Alan, tolong lepaskan aku. Aku ini Independent women, bukan anak kecil yang butuh dikeloni saat tidur," ujarnya merayu.
Sebenarnya Alan sudah terlelap tapi karena disiplin militer yang pernah diikutinya saat di kesatuan pengaman apalagi sekarang dia Pimpinan tertinggi Two D, indera penciuman serta pendengarannya yang terlatih menjadi lebih peka. "Kamu harus membiasakan diri. Anggap ini sebagai latihan." Suara berat Alan enggan melepaskan Dewi.
"........" Dewi tak dapat berkata-kata.
Berapa tahun Alan menunggu moment ini, hampir 7 tahun. Meski hanya berangan-angan tanpa perduli apakah akan jadi kenyataan atau tidak, yang jelas hanya dengan membayangkan figur Dewi dia bisa melupakan rasa kecewa ditinggal mantan terindah. "Kamu terlalu kecil dan kurus. Kemana semua makanan yang kamu makan?"
Kemana? Habis buat lembur urusan perusahaan serta lembur bersama Arman, batin Dewi jadi kesal diingatkan lagi pada si pengkhianat cinta. "Kalau tipe kamu perempuan gemuk dan montok, kenapa kamu jadikan aku sebagai fantasi?" cibirnya.
"Sepertinya aku salah, telah melebih-lebihkan kecantikan kamu sebelumnya. Sekarang setelah dilihat dari dekat biasa saja." Alan berkata seperti mengigau.
Hah!
Jawaban Alan membuat Dewi naik emosi langsung mendorong pria itu menjauh. "Sialan!" makinya. Dia memunggungi Alan, menarik selimut untuk dirinya sendiri.
Alan yang didorong tersenyum geli, menjadi kesenangan tersendiri baginya menggoda Dewi. Dia pun tidak menggangu lagi. Semula Alan hanya ingin bersikap romantis tapi ternyata, tidur berpelukan tidak seindah seperti dalam drama.
Beberapa saat terdengar dengkuran, Dewi menoleh. Bibirnya tersenyum kecut melihat wajah Alan yang terlelap. Alis seperti pedang, bulu mata lentik panjang-panjang. Bibir tipis membentuk garis lurus, hidung mancung seperti sirip hiu. Seputar dagu keliling dari bawah telinga dan bawah hidung penuh bulu-bulu bekas cukuran. Terlihat sangat jantan, gahar tapi imut dan menggemaskan.
Putus dengan Arman tidak terlalu rugi karena aku dapat yang lebih tampan, pikir Dewi. Apalagi dalam semalam dapat 2 reward free, benar-benar membawa keberuntungan...hehe. Diapun memejamkan mata dan bibirnya tersenyum bahagia.
Alan mengenakan piyama satin hitam liris-liris pink sementara Dewi seolah telanjang dengan lingerie pink tali spagheti hitam di tubuhnya.
Benar-benar serasi, Hiro sengaja menyesuaikan dengan warna tema kamar cinderella waktu mencari pakaian untuk Alan dan Dewi.
.
Dewi tersentak karena ada yang menepuk-nepuk wajahnya, bisa ditebak kalau itu Alan. "Baru tidur sebentar udah pagi, ah!" Dia menggeliat malas.
Kalau tidak ingat hari ini dia harus menikah agar tidak dilangkahi si Dita. Apalagi adiknya itu akan menikah dengan kekasihnya sendiri, si Arman bajingan. Bagaimanapun ngantuknya, Dewi harus semangat untuk bangun.
Dia membuka matanya segera, "Selamat siang," sapa Alan tersenyum memperlihatkan giginya yang tersusun rapi. Pria itu berbaring miring kearah Dewi dengan wajah bertopang pada tinjunya.
Hm, Dewi mendengus. Karena gorden tertutup rapat, tidak tau apakah diluar sudah terang. Apa? "Siang katamu!" teriaknya di wajah Alan.
Alan mengernyit disembur nafas baru bangun tidur Dewi. "Apa semalam kamu tidak sikat gigi?" sergah nya.
"Hehe, aku lupa...eh! Lihat pada apa yang kamu katakan! Siapa semalam yang terlalu semangat mencium sampai tai gigiku semua disapu bersih?" balas Dewi cemberut dituduh dengan kenyataan kalau dia memang tidak ingat menyikat giginya, padahal ada beberapa sikat baru tersedia di wastafel.
"Seharusnya tidak sampai sebusuk ini, kan!" His, Alan mencubit dagu Dewi dengan jarinya. "Coba lihat seberapa banyak karang gigi di mulut kamu! Kenapa aroma nafasmu seperti bau tikus mati."
"Ah!" Dewi menolak mulutnya diterawang.
"Diam, buka mulut lebar! Ntah seberapa jorok mulut yang ku cium semalam sekarang harus diperjelas." Alan menekan tubuh Dewi, memaksanya membuka mulut dengan menjepit wajahnya.
Dewi mendorong tubuh berat Alan tapi nggak bergerak sedikitpun, pipinya sakit. "Alan lepas! Aku sering kontrol kesehatan gigi ke dokter, you know!" Dewi berkata seperti orang kumur-kumur.
"Lumrah nafas agak basi saat bangun tidur! Sembarangan bilang bau tikus mati...umph!" Mulutnya dibungkam, Dewi jadi tak dapat meneruskan omelannya.
Dia membelalak, katanya bau tikus mati tapi kenapa malah, ah. Dewi terpancing gairah, sialan si Alan.
Ump....ump! Dewi sampai megap, dia menepuk-nepuk pundak Alan agar pria itu menghentikan keganasannya. "Huh!" Akhirnya terlepas
"Morning kiss," senyum Alan setelah puas menjelajah kedalaman mulut Dewi.
Dewi memerah, "Dasar maniak!" Dia cemberut, pura-pura marah padahal hatinya senang karena Alan hanya menggodanya. Ia sangat malu tadi, dikata nafasnya bau tikus mati.
Hah, jangan jatuh cinta buru-buru Dewi. Pria dan wanita dewasa sama-sama butuh pelampiasan hasrat biologis, jadi gak boleh baper. Alan hanya obsesi dan kamu butuh pelarian. "Katamu tadi selamat siang, lalu kenapa morning kiss?" marah Dewi.
Alan meraih remot dari bawah bantalnya, gorden kamar pun terbuka. Cahaya matahari segera masuk ke dalam ruangan itu. Pupil mata Dewi melebar, "Ayo cepat ke Thamrin! Kamu harus menikahi ku. Pria sejati tidak boleh ingkar janji!"
_________
waahhh makin seru nich thorrr 😍😘
mampir absen yaaa😉😘