Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Saat akan masuk ke dalam lift, mereka berdua berbelok ke arah yang berlawanan. Kaivan yang merasa Nindya tidak mengikutinya pun menengok ke belakang. Ternyata Nindya akan naik ke lift karyawan.
"Nindya kamu ngapain naik ke lift itu?" ditanyai seperti itu membuat Nindya membalikkan tubuhnya.
"Lah terus saya harus naik lift yang mana? Atau anda menyuruh saya naik tangga darurat?"
"Saya tidak menyuruhmu untuk naik tangga darurat, ayo sini naik lift bareng saya saja."
"Enggak mau pak, itu kan lift eksekutif yang hanya digunakan untuk petinggi kantor saja, saya kan hanya karyawan biasa jadi tidak boleh menggunakan lift itu."
"Enggak usah nolak kamu, ayo sini masuk ke lift agar lebih cepat sampai bawah kalau naik lift yang biasa karyawan gunakan pasti akan lama sampai lantai bawah."
Mendengar ucapan Kaivan, Nindya pun berbalik arah menuju masuk ke lift eksekutif. Saat berada di dalam lift mereka berdua hanya diam saja tidak saling berbicara tapi sesekali Kaivan melirik Nindya lebih tepatnya ke arah kotak donat yang Nindya bawa.
Rasanya Kaivan ingin membuang kotak donat itu sekarang juga. Dalam hatinya sangat kesal karena Nindya terus membawa kotak donat itu. Tidak lama kemudian lamunan Kaivan buyar saat lift berbunyi dan pintu terbuka, mereka berdua segera keluar menuju depan perusahaan yang sudah ada mobil terparkir rapi disana.
"Mana kunci mobilnya?" tanya Kaivan pada penjaga yang ada disamping mobil Kaivan.
"Ini tuan kunci mobil anda" penjaga memberikan sebuah kunci mobil kepada Kaivan lalu setelah menerima Kaivan masuk ke dalam kemudi. Nindya pun masuk ke samping kemudi.
"Kenapa anda tidak menyuruh saya untuk mengemudikan mobil pak?"
"Kamu lelet, saya enggak mau telat sampai sana" ucap Kaivan dengan raut muka dingin.
Nindya diam melihat suasana hati Kaivan yang kembali buruk. Nindya bingung apa yang bisa membuat suasana hati Kaivan bisa berubah dalam sepersekian detik. Mobil mulai malaju dengan kecepatan sedang di jalanan. Saat berada di tengah perjalanan Kaivan tiba-tiba saja bersuara.
"Nindya saya sangat lapar sekali."
"Ya sudah pak kalau begitu kita cari makan dulu saja sebelum sampai butik."
"Saya tidak mau cari makan saat ini karena bisa bikin kita telat, bagaimana kalau kamu berikan semua donat yang kamu bawa itu."
Nindya terdiam sejenak, dia ingin menolak karena dia belum makan satu donat pun tapi kalau menolak pasti bosnya akan menganggap dia pelit. Nindya sungguh sayang sekali kalau memberikan semua donatnya kepada Kaivan.
"Jangan semuanya dong pak, bagaimana kalau pak Kai makan setengah dan saya juga makan setengahnya biar adil."
"Saya enggak mau! Mana kenyang kalau saya hanya makan setengah kotak donat saja? Saya mau semua donat kamu."
"Bapak itu minta apa ngerampok sih? Masa minta donat punya saya semuanya, saya belum makan donat ini satu potong pun pak masa malah pak Kai yang menghabiskan."
"Ouh...jadi kamu enggak mau ngasih donat itu sama saya?" tanya Kaivan dengan memberikan lirikan tajam ke Nindya.
"Bukan enggak mau pak tapi...ah sudahlah ambil semua donat ini pak" Nindya mengangsurkan kotak donat itu keatas pangkuan Kaivan.
"Kamu enggak ikhlas memberikan donat ini kepada saya? Kalau enggak ikhlas tidak usah kamu berikan kepada saya nanti takutnya saat saya makan saya malah tersedak" Kaivan memberikan kotak itu ke Nindya kembali.
"Huft...saya ikhlas pak, sudah donatnya anda makan saja semuanya saya takut nanti kalau anda tidak segera makan maag anda akan kambuh."
"Ya sudah kalau gitu saya makan semuanya ya" Nindya hanya mengangguk saja.
"Nindya tolong kamu suapi saya, saya tidak bisa mengambil donatnya karena masih nyetir."
"Kalau anda kesusahan makannya lebih baik makannya nanti saja saat sudah sampai di butik."
"Saya tidak mau, kamu mau maag saya kambuh saat ini dan menghambat semua pekerjaan saya?"
"Jelas saja saya tidak mau itu terjadi dengan anda pak."
"Ya sudah kalau gitu kamu suapi saya agar lebih mudah."
Malas untuk berdebat lagi, akhirnya Nindya mengalah dan menyuapi Kaivan sampai donat di dalam kotak itu habis tidak bersisa. Nindya sang pemilik donat pun hanya bisa meneguk ludahnya karena melihat donat yang sangat menggiurkan tapi tidak bisa merasakan.
"Akh...akhirnya saya kenyang" ucap Kaivan dengan muka puas.
Nindya hanya diam saja sambil menutup kotak dan mengelap tangannya dengan tisu bekas terkena coklat, toping donat. Dalam hati Nindya menggerutu karena Kaivan tidak bilang terima kasih sama sekali karena sudah memberikan donat dan juga sudah menyuapinya tadi. Menurut Nindya, Kaivan itu pria yang tidak tahu terima kasih.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, mereka pun sampai di butik. Kaivan dan Nindya masuk ke dalam langsung disambut ramah oleh orang yang mempunyai butik.
"Selamat datang di butik saya tuan muda dan nona" ucap ramah Widi pemilik butik.
Nindya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, sedangkan Kaivan hanya berdehem saja lalu berlalu masuk lebih dalam butik. Nindya malu melihat Kaivan yang tidak sopan seperti itu.
"Maaf ya bu atas perlakuan tidak sopan pak Kai" ucap Nindya tidak enak.
"Tidak apa nona, ayo mari masuk ke dalam dan melihat beberapa gaun koleksi terbaik dari butik ini" ajak Widi menyuruh Nindya untuk berjalan terlebih dahulu.
Nindya masuk lebih dalam ke butik sambil melihat-lihat gaun serta baju yang terlihat sangat bagus dan fashionable. Bisa Nindya taksir bahwa semua harga baju didalam butik ini tidaklah murah. Pasti langganan butik ini bukan orang yang mendang mending, patu yang belanja disini adalah para orang kaya yang memiliki uang tidak berseri.
"Mari nyonya masuk ke ruangan sebelah sini, saya sudah menyiapkan beberapa gaun terbaik khusus untuk anda."
Nindya hanya mengikuti saja arah yang ditunjuk oleh Widi. Sampai disana ternyata Kaivan juga sudah ada disana. Terlihat banyak sekali gaun pengantin yang cantik dan sangat mewah yang membuat mata orang silau.
"Silahkan dipilih nona, gaun mana yang anda sukai untuk sementara saya tinggal sebentar" ucap Widi.
"Baik bu" setelah Widi pergi hanya tersisa Kaivan dan Nindya saja yang berada didalam satu ruangan.
"Wah semua gaunnya terlihat sangat cantik" Nindya mengelilingi ruangan sambil melihat satu persatu gaun pengantin.
"Kamu tinggal pilih saja gaun yang kamu suka" ucap Kaivan.
"Semuanya bagus banget pak."
"Ya sudah kalau begitu kita beli saja semuanya" ucap Kaivan dengan entengnya.
"Ya jangan dong pak, mau buat apa gaun pengantin sebanyak ini pak? Lagian ya pak harga gaun disini itu mahal semua" ucap Nindya diakhiri dengan bisikan.