NovelToon NovelToon
Ours Time

Ours Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.

Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.

Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.

Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Makan malam yang sudah dijanjikan akhirnya tiba. Shaka dan kakeknya sudah memasuki halaman rumah baba Daffa. Sang supir membukakan pintu. Saat mereka keluar dari mobil, baba Daffa dan Vanka sudah menyambut tamu penting mereka.

"Assalamualaikum,"

"Wa'akaikumsalam,"

Kakek Shaka merasa terhormat karena di sambut oleh sang tuan rumah. Mereka saling berjabat tangan, begitu juga dengan Shaka dan Vanka.

Mereka memasuki rumah itu dan langsung di bawa ke ruang makan. Hidangan sudah tersaji, di sana ada Ummah Khalisa yang baru saja selesai menata makanan di atas meja. Namun Vanya tak terlihat, sepertinya gadis itu masih berada di kamarnya.

"Assalamualaikum nak Khalisa, repot-repot sekali."

"Wa'akaikumsalam, Maa Syaa Allah, tidak sama sekali pak. Silahkan duduk, ayo nak Shaka duduk."

Shaka melihat ke kiri dan ke kanan, namun ia tak melihat keberadaan Vanya. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya. Kenapa Vanya tak bergabung dengan mereka? Namun kebingungannya segera ia dapatkan dari pertanyaan Vanka.

"Ummah, Anya kok belum turun?" Vanka juga bingung kenapa adik kembarnya belum juga bergabung.

Belum sempat ummah Khalisa menjawab, Vanya sudah terlihat sedang menuruni anak tangga dengan senyuman yang begitu menawan. Senyuman itu mampu menghipnotis Shaka. Ia sampai terbengong menatap gadis cantik yang duduk di hadapan dirinya itu. Namun Vanya hanya tersenyum kecil sebagai menghormati tamu mereka.

"Hhmm!"

Sang kakek berdeham untuk mengingatkan cucunya agar menjaga sikap. Ia tahu cucunya terpana melihat cicit dari sahabatnya. Shaka langsung salah tingkah dan mengalihkan pandangannya. Namun sesekali matanya tetap melirik ke arah Vanya, sedangkan yang di lirik tak menoleh sama sekali.

"Cantik sekali putri kalian ini."

"Maa Syaa Allah, Alhamdulillah pak. Ayo semuanya makan, nak Shaka juga jangan malu-malu ya. Ini masakan tante sendiri loh. Tante harap kamu suka ya nak."

Hah, mendengar perhatian ummah Khalisa, membuat Shaka teringat dengan almarhumah sang ibunda yang suka memasak berbagai menu masakan. Ia dulu kerap kali di masakkan makanan khas bendung ke sukaan nya.

Mereka yang sudah mulai menyantap makanan, dengan lahap menikmati masakan ummah Khalisa. Namun Vanya yang ingin mengambil lauk, tiba-tiba tangannya yang seharusnya menjangkau sendok, malah meraih angin. Beberapa kali Vanya mencobanya, namun ia selalu salah meraih. Vanka memperhatikan sang kembaran. Namun ke dua orang tua mereka tak melihat apa yang di alami Vanya. Ternyata Shaka menotis Vanya. Tangannya bergerak mengambilkan lauk untuk Vanya.

"Kamu mau ini kan?"

"Eh, terimakasih."

Vanya langsung menunduk. Ia bukannya malu. Hanya takut ada yang ngeh dengan apa yang ia alami barusan. Shaka kembali menyuap makanan itu di mulutnya.

"Dek, semua ini tak mungkin kembali bukan?" Vanka berbicara di dalam hati. Matanya tak lepas memperhatikan sang kembaran.

Vanya kembali melahap makanannya seolah yang tadi terjadi sama sekali tak ada. Hingga semuanya menghabiskan makanan itu tanpa sisa.

"Alhamdulillah, terimakasih nak Khalisa, ini benar-benar masakan rumahan yang sudah sangat lama tidak bapak makan, benar kan nak?"

Sang kakek menatap cucunya. Shaka menganggukkan kepala membenarkan perkataan kakeknya. Masakan ummah Khalisa memang sedikit mirip dengan masakan almarhumah sang mama.

Selepas makan malam, mereka semua pergi ke ruang keluarga. Namun setelah perjamuan makan malam itu, Vanya tak lagi terlihat. Shaka yang izin ke kamar mandi nyatanya malah mencari sosok Vanya. Ia bahkan bertanya kepada art di mana Vanya berada.

"Kamu kenapa di sini sendirian?"

Vanya mendongak, wajah tampan Shaka begitu jelas terlihat, apalagi di bawah sinar rembulan.

"Kamu kenapa juga ada di sini? Udah sana, nanti di cariin. Lagian tidak baik seorang wanita dan lelaki bukan mahram berduaan."

Shaka tersenyum, senyuman yang begitu jarang ia berikan kepada siapapun.

"Aku hanya mencari angin malam, eh tahunya aku bertemu bidadari."

Vanya terkekeh mendengar perkataan yang begitu garing di telinga Vanya. Shaka ikut terkekeh. Ia senang setiap kali melihat tawa manis itu. Andaikan setiap saat ia bisa melihat senyuman wanita yang belakangan ini mampu menghantui pikirannya, sudah bisa di pastikan ia akan menjadi lelaki paling bahagia.

"Kamu tahu, kamu lelaki paling receh dan gombal yang pernah aku temui. Sepertinya kamu memang suka bermain kata." Canda Vanya namun sedikit menyindir.

"Eits, aku ini tidak sembarangan memuji seseorang. Aku berkata jujur, kamu malam ini begitu cantik. Bukan karena ada aku kan?"

Perkataan Shaka mampu membuat tawa Vanya pecah. Ternyata pemuda di hadapannya itu tidak sesuai apa yang ia fikir, dan Shaka ternyata sangat garing dan kepedean.

Mereka berbicara santai mengenai kuliah mereka masing-masing, tanpa di sadari di antara mereka sudah mulai timbul rasa nyaman. Andaikan waktu bisa di hentikan, sudah pasti Shaka menjadi orang paling bahagia saat ini.

Namun di tengah-tengah obrolan mereka, Vanka tiba-tiba menyempil di antara mereka berdua. Bahkan ia merangkul adik kembarnya posesif. Vanka memang sedari dulu posesif kepada Vanya. Sedangkan Shaka hanya bisa menghela nafas panjang.

"Lagi bahas apa kalian? Ingat, di antara wanita dan lelaki bukan mahram jika berduaan, maka yang ketiga setan!" Ucap Vanka menyindir.

"Lah, berarti kamu setannya, buahahaha!" Seketika tawa Shaka pecah. Hari ini ia benar-benar tidak seperti dirinya sendiri. Vanka menoleh ke arah Shaka, dan Shaka menutup mulutnya karena tatapan tajam Vanka.

"Maaf calon Abang ipar, eh!" Shaka merutuki dirinya sendiri kenapa dari tadi ia berbicara ceplas-ceplos. Ia tak lagi merasa canggung di hadapan Vanya maupun Vanka. Vanka menoleh dan menatap Shaka dengan tajam.

"Bercanda kali bang, tapi serius juga boleh!" Tentu saja ia bisikkan di telinga Vanka dan hanya di dengar oleh mereka.

"Dek, sana masuk, tak baik terlalu lama terkena angin malam." Ucap Vanka meminta dengan lembut kepada Vanya. Vanya menurut tanpa membantah sama sekali. Vanya memang sepenurut itu.

......................

...To Be Continued ...

1
Sulastri Oke86
bagus ceritanya
Sulastri Oke86
lanjut kak
Nurgusnawati Nunung
Siapa ya.. pria misterius itu.
Nurgusnawati Nunung
Vanka seperti baba Daffa, penyayang.
kalau shaka anak siapa ya thor?
Musim_Salju: Hayo anak siapa? nanti akan di spill ya kak🥰
total 1 replies
Sulastri Oke86
lanjut kak
Musim_Salju: di tunggu ya kakak cantik 🤗
total 1 replies
Nurgusnawati Nunung
lanjut thor..
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah... semangat thor
Musim_Salju: always kakak🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!