NovelToon NovelToon
Bolehkah Aku Bermimpi ?

Bolehkah Aku Bermimpi ?

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Janda / Keluarga / Karir / Pembantu / PSK
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Titik.tiga

Tiara, seorang gadis muda berusia 22 tahun, anak pertama dari lima bersaudara. Ia dibesarkan di keluarga yang hidup serba kekurangan, dimana ayahnya bekerja sebagai tukang parkir di sebuah minimarket, dan ibunya sebagai buruh cuci pakaian.

Sebagai anak sulung, Tiara merasa bertanggung jawab untuk membantu keluarganya. Berbekal info yang ia dapat dari salah seorang tetangga bernama pa samsul seorang satpam yang bekerja di club malam , tiara akhirnya mencoba mencari penghasilan di tempat tersebut . Akhirnya tiara diterima kerja sebagai pemandu karaoke di klub malam teraebut . Setiap malam, ia bernyanyi untuk menghibur tamu-tamu yang datang, namun jauh di lubuk hatinya, Tiara memiliki impian besar untuk menjadi seorang penyanyi terkenal yang bisa membanggakan keluarga dan keluar dari lingkaran kemiskinan.

Akankah Tiara mampu menggapai impiannya menjadi penyanyi terkenal ? Mampukah ia membuktikan bahwa mimpi-mimpi besar bisa lahir dari tempat yang paling sederhana ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titik.tiga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12 : ternyata mimpi

Malam semakin larut, tetapi Putri merasa sulit memejamkan mata. Perasaan malu setelah bertemu Raka di kamar mandi terus menghantui pikirannya. Ia berusaha menutup matanya rapat-rapat, mencoba memaksa diri untuk tidur. Namun, wajah Raka terlintas dalam pikirannya. Setiap kali ia mengingat pertemuan tadi, jantungnya kembali berdetak kencang.

Dalam kelelahan dan rasa malu yang bercampur, Putri akhirnya tertidur. Tapi tidurnya tidak tenang. Perasaan yang baru ia temukan berubah menjadi mimpi. Dalam mimpinya, Putri melihat dirinya dan Raka sedang berlibur di sebuah pantai yang indah. Angin pantai berhembus lembut, sementara mereka berlari kecil di atas pasir, tertawa bersama. Keduanya tampak begitu bahagia, bebas dari segala beban hidup yang menekan.

Setelah lelah berlari, Putri dan Raka duduk di atas pasir, menatap langit biru cerah. Mereka saling tertawa, berbicara ringan tentang mimpi dan harapan masa depan. Tiba-tiba, Raka merogoh sesuatu dari sakunya, sebuah kotak kecil berwarna merah. Putri terkejut saat melihatnya membuka kotak itu dan di dalamnya terdapat sebuah cincin indah.

"Putri, maukah kau menikah denganku?" ucap Raka dengan lembut, suaranya penuh harapan.

Putri tak bisa berkata-kata. Air mata kebahagiaan menggenang di sudut matanya. Tanpa ragu, ia mengangguk. Mereka berdua pun menikah dalam suasana yang penuh cinta. Putri merasa seperti berada di atas awan, begitu bahagia dan dicintai.

Mimpi itu terus berlanjut. Setelah pernikahan mereka, Putri dan Raka menjalani bulan madu yang penuh cinta. Di sebuah kamar hotel yang mewah, Putri memeluk Raka dengan erat dan penuh nafsu, menciumi wajahnya dengan penuh hasrat dan cinta yang bergejolak. Ada kebahagiaan yang luar biasa dalam mimpinya. Semuanya terasa begitu nyata.

Namun tiba-tiba, suara samar-samar mulai terdengar. Suara itu pelan, tetapi cukup untuk membuyarkan mimpi indahnya. “Putri... Put, bangun…”

Putri tersentak, matanya terbuka lebar. Ketika ia sadar sepenuhnya, betapa terkejutnya ia. Ia mendapati dirinya dalam posisi memeluk Raka dari belakang. Tangan Putri masih melingkar di pinggang Raka, sementara kepalanya bertumpu di punggungnya. Jantungnya berdebar keras.

Wajah Putri memerah seketika, rasa malu menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia segera melepaskan pelukannya dan berbalik, berusaha mengatur napas yang tiba-tiba memburu. Namun, rasa canggung dan malu semakin besar.

Tiara yang duduk di sudut kamar, tidak menyadari kejadian itu, hanya memanggil Putri dengan suara pelan. "Put, kenapa put, kamu baik-baik saja?" tanya Tiara tanpa menoleh.

Putri hanya mengangguk pelan, merasa bersalah atas posisi tidurnya yang tadi. Hatinya masih berdebar, namun ia berusaha keras menenangkan dirinya.

Pagi menjelang siang, cahaya matahari mulai menyusup melalui celah-celah tirai kamar Tiara. Putri masih terlelap, tubuhnya terasa lelah setelah malam yang penuh mimpi. Namun, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang lembut di telinganya, seperti hembusan napas.

"Put... bangun, udah siang," suara itu berbisik pelan, nyaris seperti angin yang menenangkan. Putri sedikit menggeliat, setengah sadar.

Namun, bisikan berikutnya membuat jantungnya berdegup lebih kencang. "Makasih ya, Kak... pelukannya," bisik Raka sambil tersenyum manis, suaranya terdengar begitu lembut dan menggoda.

Putri langsung tersadar sepenuhnya. Wajahnya merah padam, apalagi setelah melihat senyuman Raka yang membuat hatinya meleleh. Ia tidak bisa berkata-kata, hanya menatap Raka yang sudah bersiap-siap meninggalkan kamar.

Raka hanya tersenyum lagi, kali ini lebih lebar, sebelum beranjak keluar kamar, meninggalkan Putri yang masih terdiam.

Putri menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar kencang. Ia tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Apa tadi benar-benar terjadi? Raka... berterima kasih atas pelukan itu? Pikirannya berputar-putar, dan perasaan malu bercampur dengan debaran bahagia yang tidak bisa ia kendalikan.

Sepanjang hari, Putri tidak bisa fokus. Setiap kali ia mengingat senyum Raka dan bisikan lembutnya, jantungnya kembali berdebar. Bahkan saat membantu Tiara mencuci, ia seringkali melamun, senyum-senyum sendiri tanpa sadar.

"Putri... Putri, kamu kenapa sih? Dari tadi senyum-senyum sendiri. Ada apa?" tanya Tiara penasaran, sambil mengangkat alisnya, curiga.

Putri tersentak, cepat-cepat berusaha mengendalikan dirinya. Namun, rasa malunya terlalu besar, dan ia memilih diam seribu bahasa. “Ah, nggak ada apa-apa kok, Tiara,” jawabnya singkat, menghindari tatapan sahabatnya.

Tiara hanya mendesah pelan, merasa aneh melihat perubahan pada Putri. Tapi ia tidak mendesak lebih jauh.

Malam pun tiba, suasana di kamar Tiara kembali tenang. Raka masuk ke kamar setelah mandi, wajahnya terlihat segar. Ia merebahkan diri di kasur di samping Putri yang sudah berbaring lebih dulu. Semuanya terasa normal—hingga tiba-tiba Raka menarik selimut dan memeluk Putri dari belakang.

Putri terdiam. Hatinya kembali berdebar kencang, tapi kali ini ia berusaha tetap tenang. "Kenapa kamu peluk aku ?" bisiknya pelan, setengah berharap Raka punya alasan lain.

“Aku kedinginan,” jawab Raka dengan suara yang rendah, terdengar manja. Alasannya sederhana, tapi Putri tahu itu mungkin hanya alasan untuk mendekatinya.

Putri terdiam sejenak, merasakan hangatnya pelukan Raka di punggungnya. Ada perasaan nyaman yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Rasa canggung dan malu masih ada, tapi di sisi lain, ia juga tidak ingin pelukan itu berhenti. Ia membiarkan Raka memeluknya erat, menikmati kehangatan dan kedekatan yang semakin intens di antara mereka.

Di dalam hatinya, Putri menginginkan Raka terus memeluknya seperti ini. Ada rasa nyaman, tenang, dan meskipun malu. Putri tidak bisa menolak perasaan baru yang tumbuh di hatinya.

1
Geby Silalahi
p
NT.RM
hidup sepahit itu kah? Kasian Tiara
NT.RM
Semangat ya Tiara
NT.RM
cerita yg menarik... inspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!