NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:506
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah berbahaya

Suasana malam semakin tegang saat salah satu penjahat mulai melafalkan mantra kuno. Dengan suara yang dalam dan bergetar, dia mengucapkan,

“Ignis Fatuus!”

Seakan merespons perintahnya, bola api besar muncul di telapak tangannya, meluncur menuju Hiroshi dengan kecepatan yang menakutkan.

Namun, Hiroshi sudah siap. Dengan cepat, dia melompat ke samping, menghindari nyala api yang membara. Suara ledakan menggelegar mengguncang udara saat api menyentuh tanah, menciptakan gumpalan asap dan bara api.

Hiroshi tidak membuang waktu. Dalam satu gerakan halus, dia mengangkat katana-nya, menyerang penjahat itu dengan kecepatan yang tak terduga. “Kata-kata tidak akan menyelamatkanmu!” dia berteriak, suaranya tegas dan penuh percaya diri.

Dengan gerakan cepat, katana Hiroshi membelah udara, menghantam tubuh penjahat tersebut. Darah memercik ke segala arah, melukis dinding gang dengan noda merah yang mengerikan.

Pemuda yang sebelumnya ditangkap itu, dengan telinga runcing, menutup mulutnya, air mata mulai mengalir di pipinya saat melihat pemandangan brutal di hadapannya.

“Jangan! Jangan bunuh dia!” teriak si kakak, suara tremornya membuat Hiroshi terhenti sejenak.

Namun, Hiroshi tidak melambatkan serangannya. Dalam serangan bertubi-tubi, dia berhasil mengalahkan dua penjahat lainnya dengan presisi yang mematikan. Meskipun kelihatannya seperti mengalir, setiap gerakan Hiroshi terukur dan terencana, katana-nya menghunus dengan daya tarik tersendiri.

Ketika suara teriakan dan jeritan terakhir menghilang, hanya ada keheningan. Hiroshi berdiri di tengah gang, tubuhnya basah dengan darah, katana masih menggenggam di tangan. Dia mengelap mata pedangnya dengan santai, seakan baru saja selesai berlatih.

“Semua sudah berakhir,” ucap Hiroshi, suara tenangnya mengisi kekosongan malam.

Namun, matanya beralih ke anak-anak dengan telinga runcing itu. Mereka tampak ketakutan dan bingung, dengan air mata mengalir di wajah mereka. Hiroshi merasa sebuah beban di dadanya. Dia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.

“Tidak ada yang perlu ditakuti lagi,” kata Hiroshi lembut, berusaha menghapus ketegangan di antara mereka. “Mereka sudah tidak akan menyakitimu lagi.”

Si kakak, meskipun masih menangis, mulai mendekat, mengangguk pelan. “Tapi… dia…,” suaranya tersendat, sulit untuk berbicara.

“Dia tidak akan datang lagi,” jawab Hiroshi, menundukkan kepala sedikit untuk menatap mereka dengan lebih baik. “Namaku Hiroshi. Siapa namamu?”

“Aku Aira,” jawab si kakak, “dan ini adikku, elfina.”

“Aira dan elfina. Kalian berani sekali. Mari, kita pergi dari sini. Tempat ini berbahaya,” kata Hiroshi, berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman.

Ketika mereka mulai melangkah mundur, Hiroshi mengamati sekeliling dengan cermat. Sisa-sisa pertempuran masih membekas di dinding dan jalanan.

Dia tahu bahwa meskipun malam ini mereka selamat, ancaman masih mengintai di luar sana.

Dengan Aira dan elfina di sampingnya, Hiroshi berjalan menjauh dari kekacauan itu.

___

Setelah beranjak dari tempat kejadian, Hiroshi berjalan di samping Aira dan Elfina, kedua anak elf dengan telinga runcing yang masih terisak pelan. Saat mereka melangkah, Aira, si kakak, menghapus air matanya dan mulai berbicara.

“Nama kami Aira dan Elfina. Kami adalah budak dari ras elf,” jelas Aira, suaranya masih bergetar. “Kami diambil dari desa kami dan dipaksa bekerja di tempat bawah tanah. Aku berhasil melarikan diri, tapi….”

“Aku tidak bisa membiarkan Elfina sendirian,” sambung Elfina, menatap Hiroshi dengan mata besar yang penuh harapan. “Kami ingin membantu Putri Seraphine.”

Hiroshi mengangguk. “Putri Seraphine? Kalian tahu di mana dia?”

Mata mereka bersinar. “Ya, kami tahu!” kata Aira dengan semangat. “Dia pernah dikurung di tempat kami, di penjara budak khusus. Tapi kami dipindahkan ke tempat lain sebelum kami bisa berbicara dengannya.”

“Aku perlu tahu di mana kalian ditahan. Tolong, tunjukkan jalan!” pinta Hiroshi, suaranya tegas.

Aira dan Elfina saling bertukar pandang, tampak ragu. “Tapi… itu tempat yang sangat berbahaya,” jawab Aira. “Banyak penjaga dan sihir gelap yang melindungi tempat itu.”

Setelah beberapa saat, Aira menghela napas panjang. “Baiklah, kami akan membawamu ke sana. Tapi kamu harus berhati-hati. Kami tahu celah di dinding kerajaan ini yang bisa kita lalui.”

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan setapak yang sepi, terhalang oleh semak-semak dan pepohonan lebat. Hiroshi merasa berat di hatinya saat melihat betapa muda dan rentannya kedua anak ini, sekitar usia sebelas atau dua belas tahun.

Hiroshi merasakan ketegangan menyelimuti malam saat dia melangkah lebih jauh bersama Aira dan Elfina.

Setiap langkah yang mereka ambil seolah menggema di tengah kesunyian malam, menambah suasana mencekam di sekeliling mereka. Angin dingin berbisik di antara pepohonan, membawa aroma lembap dari tanah yang terendam.

“Di sini, Hiroshi,” bisik Aira, suaranya hampir tak terdengar. Dia menunjuk ke arah rumah kosong yang tampak menakutkan, seperti sebuah rahasia gelap yang terkurung di dalam dindingnya.

Hiroshi menatap bangunan itu dengan serius. “Putri Seraphine ada di dalam,” ucapnya, suara tegas namun penuh harap. Meskipun hatinya berdebar, dia tahu bahwa mereka harus segera bertindak.

“Dia… dia ada di penjara bawah tanah,” Elfina menambahkan, suaranya bergetar. “Kami bisa mendengarnya menangis. Dia tidak pantas mendapatkan ini.”

Hiroshi merasakan kemarahan menggelora dalam dirinya. “Kami akan menyelamatkannya,” ujarnya dengan tegas. “Aku tidak akan membiarkan penjahat ini merusak hidupnya.”

Aira dan Elfina mengangguk, tapi Hiroshi tidak ingin mereka merasa tidak berdaya. Dia merogoh kantongnya dan mengeluarkan makanan militer. “Ini untuk kalian. Pastikan kalian makan agar tetap kuat.”

Kedua gadis itu menerima makanan dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih, Hiroshi,” ucap Elfina, senyum tipis mengembang di wajahnya meskipun masih terlihat ketakutan.

Setelah memberikan makanan kepada Aira dan Elfina, dia menyuruh mereka bersembunyi di semak-semak. “Kalian tetap di sini. Jika ada masalah, segera lari dan cari bantuan,” katanya, menatap mereka dengan serius.

Hiroshi melangkah perlahan, menahan napas saat mendekati penjaga yang berbincang dengan santai. Suara gelak tawa mereka seolah menjadi irama yang mencolok di tengah malam yang sunyi.

Dengan katana terhunus di sampingnya, dia merasakan ketajaman logam itu, seolah memberi semangat.

“Satu, dua, tiga…”

Hiroshi menghitung dalam hati, merencanakan setiap langkah dengan hati-hati. Dia harus melakukannya dengan tepat agar tidak menarik perhatian.

Ketika dia mendekati penjaga, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari belakang. Hiroshi menoleh sejenak, matanya melotot saat melihat sekelompok pria besar menghampiri. Mereka tampak mengerikan, mengenakan penutup mulut dan memegang senjata. Dalam sekejap, suasana menjadi tegang.

“Dia di sini! Tangkap dia!” teriak salah satu pria, menunjuk ke arah Hiroshi. Tanpa berpikir panjang, Hiroshi melompat ke samping, menghindari serangan yang mengarah ke tubuhnya.

“Bersiaplah!” teriak Hiroshi, seiring dengan gerakan kilat katana di tangannya. Dia memotong dengan cepat, penuh kemarahan dan ketidakpuasan. Pertarungan meletus, suara logam beradu dan teriakan kesakitan bergema di malam yang gelap.

“Jangan biarkan dia lolos!” salah satu penjaga berteriak, melancarkan mantra api dengan pelafalan kuno yang mengalir deras dari bibirnya. Api itu melesat, tetapi Hiroshi dengan gesit menghindar, rasa dingin menyelimuti tenggorokannya saat nyala api hampir mengenai dirinya.

Dengan kecepatan yang tak terduga, Hiroshi memanfaatkan momentum, menghantam salah satu penjaga dengan katana, menciptakan percikan darah yang membuat Aira dan Elfina terkejut di semak-semak. Jeritan mereka mengiris malam.

“Jangan lihat!”

Hiroshi berteriak, semangatnya terjaga saat dia melihat betapa ketakutannya mengisi wajah anak-anak itu. Dia tidak ingin mereka melihat sisi gelap yang terpaksa dia tunjukkan untuk melindungi mereka.

Satu per satu, para penjaga jatuh di bawah serangan Hiroshi, tubuh mereka terkulai tak berdaya. Dia merasakan kegembiraan mengalir dalam dirinya saat berhasil mengalahkan mereka, namun saat darah mengalir dari katana, kesadaran akan tindakan kejamnya menimbulkan rasa bersalah.

“Aira! Elfina!” dia berteriak, “Kalian aman di sini. Tunggu sebentar, aku akan menyelamatkan Putri Seraphine!”

Ketika dia berhasil mengalahkan para penjaga, Hiroshi menyelinap ke dalam rumah kosong, jantungnya berdegup kencang.

Suasana di dalam seolah mengundang rasa takut, kegelapan menyelimuti setiap sudut. Dia bisa merasakan aura mencekam yang menanti di dalam.

Hiroshi maju perlahan, telinganya menangkap suara isakan yang samar.

“Putri Seraphine…” gumamnya, berusaha menenangkan diri sebelum memasuki ruangan yang lebih dalam.

Ketika dia mendekati pintu ke gua bawah tanah, Hiroshi merasakan hawa dingin yang merayap di kulitnya, seolah ada sesuatu yang sangat tidak diinginkan menunggu di dalam.

Dia menatap ke depan, bertekad untuk menemukan dan menyelamatkan Putri Seraphine, meski harus menghadapi kegelapan dan kejahatan yang mengintai.

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!