Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Cemburu
Hari ini Sarah dan Amora sengaja keluar rumah pagi-pagi karena tidak sabar untuk mencairkan cek yang kemarin Sarah dapatkan dari Rey. Setelah cek berhasil dicairkan Sarah dan Amora segera pergi dari sana menggunakan taksi untuk menuju ke suatu tempat. Di sebrang jalan nampak dua orang preman yang kemarin datang menagih hutang Sarah, mereka memang sengaja bertemu di sana atas permintaan dari Sarah. Segera Sarah dan Amora menemui mereka.
"Hai cantik, makin bening aja nih." ucap salah satu preman tersebut yang berperawakan lebih besar dibandingkan satunya, sambil mengangkat tangannya hendak memegang wajah Amora yang langsung ditepis olehnya.
"Apaan sih! jangan kurang ajar yah! Berani kamu sentuh aku, aku bakal teriak biar kalian dikeroyok warga!!" ancam Amora kesal.
"oke sorry." ucap preman.
"Heh! mau apa kalian panggil kita kesini?!" tanya preman satunya lagi yang badannya lebih kecil. By
"Kita kesini mau bayar semua hutang-hutang kita, berserta bunganya." ucap Sarah.
"Kok kita sih Bu? itukan hutang Ibu." bisik Amora.
"Kan kamu juga ikut pake uangnya. Udah deh, diem aja yang penting urusan kita cepat kelar." jawab Sarah ikut berbisik.
"iya.. iya.." ucap Amora pelan.
"Heh! Katanya mau bayar hutang? malah pada bisik-bisik. Cepetan sini, mana uangnya!" ucap preman itu.
"iya, iya.. sabar dong, kita pasti bayar kok. Ini juga mau di ambil." ucap Sarah sambil merogoh tasnya dan mengeluarkan amplop coklat dari dalam sana.
"Nih! Semua hutang saya sudah lunas, jadi kalian jangan pernah gangguin kita lagi. Urusan kita sudah selesai." ujar Sarah sambil menyerahkan amplop coklat itu.
"Oke, tapi kita harus hitung dulu untuk memastikan jumlahnya." ucap preman tersebut.
"Ya, silahkan." jawab Sarah santai.
Butuh waktu untuk menghitung uang tersebut hingga membuat Amora tidak tahan berlama-lama disana.
"Aduh Bu, panas nih. Nanti kulit aku kebakar terus gosong terus aku item gimana dong?" protes Amora manja dengan menggoyangkan lengan Sarah.
"Iya, sabar dong sayang." jawab Sarah.
Setelah beberapa menit menghitung dan dirasa uang tersebut pas dengan total hutang Sarah preman tersebut memasukannya kedalam kantong jaketnya.
"Oke, uang ini saya terima. Senang berbisnis dengan kalian, tapi jangan lupa kalau kalian butuh pinjaman kalian bisa hubungi kita lagi." ucap preman itu sambil tersenyum.
"Hegh! Ini terakhir kalinya saya pinjam uang dan saya tidak akan pernah lagi meminjam uang pada kalian." ucap Sarah angkuh.
"Ayo sayang kita pergi dari sini." Ajak Sarah pada putrinya.
Sarah dan Amora pun pergi dari sana dengan langkah cepat meninggalkan kedua preman itu yang masih ditempatnya.
"Kira-kira mereka dapat uang dari mana sebanyak ini dalam satu malem ya bro?" tanya preman badan besar.
"Mana gue tau!" jawab preman badan kecil.
"Gue curiga, jangan-jangan mereka ngepet lagi bro?" ujar preman badan besar.
"ngepet kek, apa kek, itu bukan urusan kita, yang penting mereka bayar hutang. Dan urusan kita itu sekarang kasih uang ini ke bos sekarang juga." jawab preman badan kecil.
"iya juga sih."
"Ya udah yuk cabut sekarang." ajak preman badan kecil.
Setelah jauh dari preman itu, Sarah dan Amora berhenti dipinggir jalan sambil mencari taksi.
"Kita kemana dulu nih sayang?" tanya Sarah.
"Mending mall aja deh Bu, kan kita bisa nyalon dulu abis itu belanja. Soalnya kulit aku udah kering banget, terus aku juga pengen ganti gaya rambut baru." ucap Amora.
"Oke tuan putri, apapun yang kamu akan ibu kabulkan." jawab Sarah dengan mengelus kepala putri kesayangannya.
Setelah mendapat taksi mereka langsung naik dan menuju ke mall.
🤎
🤎
🤎
Saat jam makan siang Jena langsung keluar dari ruangan Savero.
"Je, makan siang bareng yuk?" ajak Teo pada Jena.
Saat itu Savero yang kebetulan keluar dari ruangannya untuk mengajak Jena makan siang pun mengurungkan niatnya karena melihat Teo mendekati Jena dan memilih berdiri disana melihat keduanya mengobrol.
Jena yang sebenarnya sadar bahwa Savero saat ini sedang memperhatikan mereka dari depan ruangannya pun pura-pura tidak perduli.
"Ayo, Acha mana?" tanya Jena sambil kedua matanya mencari salah satu sahabatnya.
"Acha lagi di toilet, tadi dia bilang mau nyusul. Mungkin lagi nebelin makeup nya kali." ujar Teo.
"Kamu bisa aja, awas loh nanti kedengaran Acha bisa disemprot kamu." ledek Jena.
"emang air kran, nyemprot?" ujar Teo sambil keduanya tertawa kecil.
"Ya udah yuk jalan, aku udah laper nih." ajak Teo dengan mengelus perutnya.
"Oke." jawab Jena sambil melirik ke arah Savero sebelum berjalan.
Tanpa sadar Savero mengepalkan kedua tangannya sambil menatap mereka berdua yang terus berjalan menjauh dari sana.
"Tuan, apa Anda mau memesan sesuatu untuk makan siang?" tanya Rey yang kini berada dibelakang Savero berdiri tegap.
"Tidak perlu! Saya sudah kenyang!"ucap Savero dengan nada dingin.
"Baik Tuan." ucap Rey patuh.
"Siapkan mobil sekarang!" titah Vero.
"Siap Tuan." jawab Rey dengan menundukkan kepalanya lalu melaksanakan apa yang diperintahkan Tuannya.
Setelah Savero masuk kedalam mobilnya dengan segera mobil itu melaju meninggalkan area kantor King Lionel.
"Kita mau kemana Tuan?" tanya Rey dengan melihat Savero dari spion kaca depan.
"Kita pergi ke mall, saya mau mencari pakaian untuk Jena."
"Kenapa tidak mengajak Nona Je, Tuan?"
"Tidak perlu, saya ingin memilihnya sendiri." ujar Savero.
"Baik Tuan."
Rey segera melajukan mobilnya menuju ke mall terbesar disana. Setelah sampai rey langsung memarkirkan mobilnya dan berjalan di Belakang Tuannya untuk mencari keperluan yang Savero butuhkan untuk istri barunya itu. Dari mulai pakaian, jam tangan, sepatu, tas branded, semua Savero yang memilihnya dengan dibantu oleh Rey. Kini tinggal satu benda yang belum Savero dapatkan, Vero pun masuk kedalam salah satu toko di mall tersebut.
"Rey, Carikan untuk saya baju seksi untuk Jena pakai malam ini." Titah Vero dengan tatapan lurus.
Rey kaget dengan perintah Savero barusan membuatnya membulatkan kedua matanya.
"Tapi Tuan?" protes Rey pada Tuannya.
"Lakukan saja! Tapi sebelum kamu membelinya kamu harus memperlihatkannya dulu pada saya, nanti saya akan beri kode dari sini jika saya menyukainya." Titah Vero.
"Ba.. baik Tuan."
Pertaruhan harga diri dimulai, dengan langkah ragu Rey mulai melangkahkan kakinya. Jika boleh memilih, mungkin Rey lebih memilih untuk loncat dari lantai atas mall sekarang juga dari pada harga dirinya harus turun. Sambil menahan malu Rey meminta tolong karyawan disana untuk memilih baju yang Savero inginkan.
Savero memang sengaja ingin membeli baju dinas untuk Jena sesuai keinginannya sendiri. Entah mengapa semakin Jena membuatnya cemburu dan kesal, semakin Savero ingin memiliki gadis cantik itu sepenuhnya.
Setelah mendapat baju yang Savero inginkan, mereka langsung beranjak pergi dari sana. Rey terus berjalan dibelakang Savero dengan membawa belanjaan yang banyak.
Dugh!!!
Seorang gadis yang juga membawa belanjaan yang tidak kalah banyaknya bertabrakan dengan Savero yang baru saja keluar dari toko.
"Kamu tidak apa-apa? Maaf aku tidak sengaja." ucap Savero dengan berlutut sambil mengulurkan tangannya, mencoba membantu gadis tersebut yang ternyata adalah Amora.
"Ya, tidak papa." jawab Amora yang sedang sibuk mengambil tas belanjaannya yang jatuh sampai tidak memperhatikan Savero.
"Mari saya bantu." ucap Savero sambil ikut memungut tas belanjaan Amora.
"Terimakasih." ucap Amora setelah mereka berdiri berhadapan.
"Ini." ucap Savero dengan memberikan tas belanjaan Amora.
"Kalau begitu saya pergi dulu." lanjut Vero lalu pergi bersama Rey dan melanjutkan perjalanan mereka karena sebentar lagi jam istirahat selesai, jadi mereka harus segera kembali ke kantor.
Amora yang masih mematung disana sambil menatap kepergian Savero dengan tatapan kagum.
"Ya Tuhan, dia manusia atau malaikat? kenapa begitu tampan dan sempurna sekali." gumam Amora.
"Mora?" panggil Sarah dengan memepuk pundak Amora dari belakang.
"Eh! ibu? ngagetin aja deh." ucap Amora yang kaget melihat kedatangan ibunya yang tiba-tiba.
"Lagian kamu ngapain berdiri di tengah jalan gini? Nanti bisa ketabrak orang yang lagi lewat loh." ucap Sarah.
"nggak papa Bu. Ya udah, kita cari makan yuk Bu? Mora laper." ucap Amora dengan tersenyum.
"Yuk, ibu juga udah laper nih." jawab Sarah.
Mereka pun mulai berjalan pergi untuk mencari makan siang disana sambil melepaskan penat berbelanja.