Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 019
Langit malam masih cerah meskipun menunjukkan waktu yang semakin malam. Mobil berhenti di depan kontrakan Aera tepat pukul sepuluh malam.
Aera melepas seat belt nya. Lalu ia menatap lelaki di sampingnya itu yang kini tampak memandangnya dengan tersenyum. Lalu lelaki itu pun melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya.
"Makasih ya udah nemenin saya malam ini. Saya seneng banget bisa menikmati keindahan malam bersama-sama. Kalau begitu saya turun dulu ya . Sampai jumpa besok." ucap Aera dengan tersenyum dan bersiap untuk segera turun.
"Aera , mulai sekarang kamu adalah milikku. Aku mencintaimu. Jangan lupakan itu ya." ucap Derry dengan sungguh-sungguh yang membuat perasaan Aera berdesir-desir.
"Hemm? Kita lihat aja kedepannya gimana." ucap Aera yang tampaknya sedang menguji kesabaran lelaki itu.
"Sudah pasti akan baik-baik saja." ucap Derry dengan tersenyum.
"Pasti nanti kebawa mimpi deh." ucap Aera dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Derry tersenyum melihat tingkah laku Aera. Derry tampak melirik kanan kiri , kompleks kontrakan itu sepi sekali. Mungkin karena sudah malam , penghuninya sudah tertidur.
Lelaki itu pun segera meraih tubuh Aera dan memeluknya erat sekali. Gadis itu kini berubah menjadi candu untuknya. Entahlah , berada di dekatnya membuatnya selalu ingin menyentuhnya.
Aera memberanikan diri untuk membalas pelukan hangat dari lelaki itu.
"Saya sebenarnya masih belum percaya dengan semua ini. Semua seperti terasa begitu cepat. Dan saya harap , jangan hanya permainkan perasaan saya. Tolong jangan kecewakan saya." ucap Aera dengan tersenyum meskipun Derry tidak bisa melihat senyumannya.
"Seorang Derry itu lelaki yang selalu bertanggung jawab. Jangan khawatir , saya nggak akan pernah membuatmu kecewa sedikit pun." ucap Derry yang kemudian memberikan celah diantara.
Aera tampak menundukkan wajahnya yang kini jelas menahan malu dengan ucapannya sendiri. Ia pun berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menatap lelaki di depan matanya itu.
Namun tampaknya memang lelaki itu tidak sabar menunggu , jemari Derry pun dengan santainya mengangkat dagu Aera.
"Buka mata kamu." ucap Derry dengan tenang.
Mata yang terpejam sesaat itu kini sedikit demi sedikit mulai terbuka. Begitu terbuka mata itu , Derry pun segera mengecup pipi Aera yang putih bersih itu dengan lembut.
Jantungnya kini terasa seolah berlompatan kesana kemari. Lelaki itu pasti tidak akan berhenti di situ saja. Bibir ranum gadis itu tidak mungkin sampai terlewatkan begitu saja.
Seorang Derry , lelaki yang begitu akrab dikenal dengan sikap dinginnya itu kini akhirnya sudah mencair juga. Dan jika lelaki yang dingin itu sudah mendapatkan tambatan hatinya , maka ia akan mencintai gadisnya dengan sangat tidak terkira.
Aera terhanyut dengan alur yang di ciptakan oleh lelaki itu. Derry memang belum begitu fasih bermain seperti ini. Namun permainannya cukup membuat Aera kesusahan untuk bebas bernafas.
Tangan Aera mendorong bahu kanan kiri lelaki itu agar menyudahi ciuman maut itu. Ia kembali tersadar. Ia berada di depan rumah. Takut sekali jika ada satu orang pun yang melihatnya , pasti akan menjadi bahan omongan di komplek nya.
Derry mengerti dengan apa yang Aera maksud. Ia mengakhiri permainannya dan mengecup kening serta dahi Aera. Derry kembali menarik tubuh Aera kedalam pelukannya.
"Rasanya seperti mimpi. Kamu itu bos saya ! Tapi kenapa kita jadi gini ? Lucu ya." ucap Aera dengan tertawa kecil sembari memukul punggung lelaki yang tengah memeluknya itu.
Derry dengan tersenyum melepaskan tubuh Aera. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah ia rasakan.
"Ini sebenarnya kamu yang salah. Karena apa ? Karena kamu adalah sekretaris saya." ucap Derry dengan santainya.
"Kenapa gitu?" ucap Aera dengan heran.
"Kamu nggak hanya pintar memikat hati klien , tapi hati saya pun ikut kamu ambil juga. Sepintar itu ya ternyata kamu." ucap Derry dengan tersenyum.
"Ah? Baru sadar ?" ucap Aera dengan tersenyum.
"Enggak , udah lama sebenarnya." ucap Derry dengan tenang.
"Ya udah deh saya turun dulu. Takut ada orang lihat." ucap Aera dengan meraih tasnya bersiap untuk turun.
"Iya deh , jangan tidur terlalu malam ya. Besok saya jemput kamu." ucap Derry dengan tersenyum.
"Oke siap. Ya udah hati-hati di jalan ya." ucap Aera yang siap turun.
"Sebentar !" ucap Derry dengan menarik lengan Aera.
"Apa lagi ?" ucap Aera dengan heran.
"Satu aja." ucap Derry dengan menunjuk pipinya. Lelaki itu mengisyaratkan bahwa ia ingin di cium terlebih dahulu oleh Aera .
"Apa sih? Kenapa pipinya ?" ucap Aera dengan ekspresi seolah bingung.
"Kiss dulu ya , satu aja. Disini." ucap Derry dengan tersenyum.
Aera salah tingkah sendiri di buatnya , ia kembali melirik kanan dan kiri. Lalu dengan cepat , gadis itu akhirnya mengecup pipi Derry.
"Cepet banget !" ucap Derry dengan ekspresi yang tampak lucu.
"Ya nggak apa-apa dong yang penting kan udah. Udah ya , see you." ucap Aera yang kemudian segera membuka pintu untuk turun dari mobil itu.
Aera menutup kembali pintu mobil itu. Ia pun berdiri di samping mobil menunggu Derry pulang.
Kaca mobil itu tampak turun dan memperlihatkan bahwa lelaki itu sedang tersenyum yang kemudian melambaikan tangannya.
"Pulang dulu ya. Kamu cepat masuk rumah." ucap Derry yang kemudian melajukan mobilnya perlahan meninggalkan rumah kontrakan Aera.
Aera menatap kepergian mobil itu sampai tak terlihat sama sekali. Ia menatap langit malam yang penuh bintang , ia tersenyum manis.
"Tuhan , aku bahagia. Tolong beri aku kesempatan untuk bahagia bersama orang yang aku cintai selama-lamanya." ucap Aera dalam hati.
Aera pun segera masuk ke dalam rumah. Rumah itu tampak begitu sepi . Mungkin sahabatnya sudah tidur. Aera membuka pintu sedikit untuk memastikan sahabatnya sudah tidur atau belum. Dan benar saja , Viona sudah tertidur pulas memeluk boneka beruangnya.
Dengan hati yang berbunga-bunga , Aera masuk kedalam kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya pada ranjang favoritnya. Namun sedetik kemudian , ia tersadar bahwa ia harus membersihkan tubuhnya.
Aera bergegas menuju kamar mandi. Ia harus mandi karena sudah beraktivitas seharian sampai malam. Tubuhnya benar-benar merasa lelah untuk malam ini.
-
-
-
Viona yang sudah rapi dengan baju kantornya itu tampak begitu heran melihat Aera yang baru saja keluar dari dalam kamar. Wajah polos Aera khas bangun tidur itu sukses membuat Viona bertanya-tanya.
"Aera lo tadi malam pulang jam berapa ? Gue udah tidur pasti." ucap Viona yang tengah duduk di sofa.
"Hehehe sorry ya , gue pulang jam sepuluh. Gue lihat juga lo udah tidur." ucap Aera dengan tertawa kecil yang kemudian ikut duduk di sofa.
"Lo sama siapa Ra pulang semalam itu ?" ucap Viona dengan penasaran.
"Gue tuh sebenernya tadi malam lembur sampai jam tujuh. Tapi pas pulang , gue di jemput sama pak Derry. Dia ngajak jalan dulu." ucap Aera dengan tersenyum.
"Bentar deh , gue kayak ngerasa ada sesuatu. Iya kan ?" ucap Viona yang mulai curiga.
"Lo emang gak pernah salah kalau punya firasat tuh." ucap Aera dengan tenang.
"Apa Ra? Apa yang terjadi ? Astaga , kalian udah..." ucap Viona dengan menggantungkan ucapannya.
"Ya jadi semalam itu , dia akhirnya jujur juga sama perasaannya. Dia bilang dia cinta sama gue." ucap Aera dengan tersenyum.
"Aera , gue bener-bener kayak masih nggak nyangka loh kalian udah jadian secepat ini. Selamat deh , semoga aja dia benar-benar tulus mencintai lo di sepanjang hidupnya." ucap Viona dengan tersenyum.
"Semoga aja begitu , makasih ya Vio." ucap Aera.
"Pantesan aja gue tunggu-tunggu tuh nggak ada pulang , ternyata lagi ngedate." ucap Viona dengan senyuman untuk menggoda Aera.
"Ya gitu deh. Oh iya , gue cuti seminggu loh. Nanti sore berangkat ke bandara. Gue mau pulang ke kampung Vio." ucap Aera dengan tersenyum.
"Serius cuti seminggu ? Enak banget lo Ra ! Bisa puas liburan dong." ucap Viona.
"Iya dong. Lo mau ikut gue? Ayok lah." ucap Aera dengan tersenyum.
"Enak aja ! Kerjaan gue gimana ? Nggak bisa cuti mendadak lah. Tapi lo sejak kapan ngajuin cuti?" ucap Viona.
"Eumm , Nyonya besar perusahaan yang kasih gue izin cuti secara langsung. Mamanya bos gue."ucap Aera.
"Eh , calon mama mertua dong! Tapi kok bisa gitu ? Lo ketemu lagi ya ?" ucap Viona.
"Kemarin Bu Henny ngajak makan siang , di rumahnya. Dia ngajakin gue ngobrol banyak hal. Tentang putra kesayangan itu juga. Ibu Henny juga sempat cerita kalau pengen cepet-cepet lihat putranya berkeluarga gitu." ucap Aera.
"Lo beruntung banget ya Ra. Nggak cuma anaknya aja , tapi di sayang sama orang tuanya itu adalah harapan semua cewek loh." ucap Viona dengan tersenyum.
"Entahlah Vio , gue ngerasa kalau berada di antara mereka itu kehadiran gue bener-bener di anggap. Jadi kayak nyaman banget rasanya." ucap Aera dengan senyum-senyum.
"Semoga Derry nggak pernah bikin lo kecewa atau bahkan sakit hati. Kalian pokoknya harus nikah!" ucap Viona dengan yakin yang membuat Aera menatapnya dan melongo.
"Nikah ? Bentar deh bentar dulu. Masih terlalu muda nggak sih , gue masih pengen nyari duit." ucap Aera dengan santainya.
"Eh lo sadar woy , calon suami lo itu CEO !" ucap Viona yang gemas sekali kepada Aera.
"Hahaha Viona lo bisa aja !" ucap Aera dengan tertawa kecil.
Viona memang ada benarnya juga. Meskipun ia sampai kelelahan belanja pun , uang di blackcard milik sang pujaan hati tidak akan ada habisnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......