Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seminar proposal
Setelah melalui beberapa revisi yang melelahkan dan penuh tekanan dari dosen pembimbingnya, hari ini akhirnya tiba, hari di mana Daniel akan melaksanakan seminar proposal yang telah ia persiapkan dengan cermat. Ketegangan dan antisipasi menyelimuti dirinya saat dia memasuki ruang seminar, merasa campur aduk antara kecemasan dan kepercayaan diri, berharap semua usaha dan dedikasinya akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Daniel menerima pesan yang baru saja masuk dari Hellena, senyum tipis perlahan menghiasi wajahnya, seolah pesan tersebut memberikan dorongan semangat yang ia butuhkan untuk menghadapi seminar proposalnya dengan lebih percaya diri.
Semangat, Abang. Jangan lupa doa dulu, oke?
Setelah membaca pesan singkat dari Hellena yang membuatnya tersenyum tipis, Daniel menaruh ponselnya dengan rasa lega dan semangat baru. Ia lalu memusatkan perhatian pada ruangan yang mulai dipenuhi oleh dosen penguji dan rekan-rekannya, bersiap untuk memulai seminar proposal.
Hellena duduk di ruang tunggu kampus, memandangi layar ponselnya dengan cemas. Meskipun dia berusaha fokus pada tugas kuliahnya, pikirannya terus kembali pada Daniel dan seminar proposalnya yang penting hari ini. Mengetahui betapa banyak usaha dan dedikasi yang telah Daniel curahkan, Hellena merasa campur aduk antara kekhawatiran dan harapan. Dia berharap pesan singkat yang baru saja dia kirim dapat memberikan sedikit dorongan untuk Daniel, mengingat betapa pentingnya momen ini bagi Daniel dan persiapannya.
Gadis itu tidak bisa menghadiri seminar proposal Daniel karena bentrok dengan jadwal kuliahnya, sehingga dia merencanakan untuk segera mendatangi Daniel setelah kelas selesai. Hellena duduk di bangku kuliah, berusaha keras untuk fokus pada materi perkuliahan meskipun pikirannya terus melayang kepada Daniel dan seminar proposalnya. Dia merasakan kegelisahan yang mengganggu konsentrasinya, dengan harapan dan kekhawatiran tentang bagaimana seminar tersebut berjalan.
"Kok aku jadi gelisah ya? Padahal aku ga seminar tapi kenapa aku yang deg-degan? Huft." Gerutu Hellena dalam hati.
Dia telah mempersiapkan hadiah ucapan selamat khusus untuk Daniel, sebagai tanda apresiasi atas pencapaiannya menyelesaikan satu tahap penting menuju gelar yang akan ia raih. Hellena telah menyiapkan hadiah tersebut di dalam paperbag dari kemarin. Yosea yang membantunya untuk memilih hadiah apa yang bagus dan cocok untuk Daniel.
Selang satu setengah jam berlalu, kelas Hellena selesai tepat waktu. Hellena bergegas menuju ruang sidang yang ada di gedung lain yang tak jauh dari gedung dimana kelasnya berada. Yosea juga ikut hadir, semenjak pertemuan mereka di perpustakaan dan makan siang di kantin fakultas waktu itu, mereka berdua menjadi teman.
"Lama banget." Ucap Yosea di tangga depan, melirik arlojinya dan Hellena bergantian.
"Kelasnya baru selesai, sorry sorry." Sahutnya. Mereka bersama-sama berjalan menuju lift untuk menuju lantai tiga, tempat seminar proposal Daniel diadakan. Selama perjalanan, Hellena merasa campur aduk antara kecemasan dan antisipasi, membayangkan momen bahagia ketika dia bisa memberikan hadiah dan dukungannya kepada Daniel setelah acara tersebut.
Hellena juga bingung kenapa dia masih merasa cemas dan bingung seperti seseorang yang sedang salah tingkah. Wajahnya saja sudah memerah seperti kepiting rebus, padahal mereka belum sampai di tempat yang mereka tuju. Mereka berdua menunggu di luar ruangan. Mereka berdua menunggu di luar ruangan seminar dengan penuh harapan, sementara Hellena terus berusaha menenangkan dirinya sambil mengatur napas.
Pintu ruangan sidang terbuka, semua dosen yang bersangkutan keluar dari ruangan satu persatu, Hellena dan Yosea berdiri sedikit mendekati pintu. Akhirnya setelah beberapa saat, Daniel keluar dari ruangan dengan ekspresi campur aduk di wajahnya.
"Proposal penelitiannya diterima, kan?" Tanya Hellena langsung ke intinya, sambil menatap Daniel dengan cemas.
Daniel menghela napas dan tersenyum lebar. "Iya, diterima! Ada beberapa catatan, tapi overall oke."
Hellena merasa lega dan senang, lalu cepat-cepat mengeluarkan paperbag dari tasnya. "Aku bawa hadiah buat Abang sebagai ucapan selamat, semoga suka ya." Katanya sambil menyerahkan paperbag. Daniel menerima hadiah itu dengan penuh rasa terima kasih.
"Wah, makasih banget, Hellena! Ini berarti banget buat Abang hehe." Jawabnya dengan wajah yang sedikit memerah, menahan malu karena terlanjur salah tingkah.
Yosea yang berdiri di samping mereka ikut tersenyum. "Selamat, Bang Daniel! Keren banget." Sambungnya lalu ikut memberikan paperbag kepada Daniel. Di belakang Daniel, beberapa teman kuliah juga terlihat bersorak dan mengucapkan selamat, menambah suasana meriah di luar ruangan seminar.
Setelah beberapa menit berbincang, Daniel memandang Hellena dengan senyum puas setelah berhasil menyelesaikan seminar proposalnya. Hellena berdiri di sampingnya, masih merasa lega dan bahagia melihat Daniel akhirnya dapat merayakan pencapaiannya. Ruangan di sekitar mereka mulai sepi karena dosen dan teman-teman sudah keluar satu per satu, dan suasana di luar ruangan terasa lebih tenang.
Daniel mengambil kesempatan untuk mengajukan tawaran. "Eh, kamu ada rencana setelah ini?"
Hellena sedikit terkejut, karena dia belum memikirkan aktivitas lain setelah kelas. "Rencana? Enggak sih, kenapa?"
Daniel tersenyum dan berkata, "Gimana kalau kita makan malam bareng nanti malam? Abang pengen merayakan pencapaian ini dengan kamu. Nanti Abang jemput kamu sekitar jam 7, oke?" Lanjut Daniel.
"Makan malam bareng? Boleh juga."
"Mantap! Kalau gitu, Abang bakal jemput kamu nanti malam. Sampai ketemu!"
Setelah percakapan tentang makan malam, Hellena dan Daniel berpisah di luar gedung sidang. Hellena harus kembali ke kelasnya yang berlangsung hingga jam 5 sore, sementara Daniel merencanakan untuk bergabung dengan teman-temannya untuk merayakan pencapaian sidangnya. Hellena mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman, merasa senang dan bersemangat untuk malam nanti, sementara Daniel juga tersenyum lebar, siap menikmati waktu bersama teman-temannya sebelum malam tiba.
Mereka berdua pergi ke arah masing-masing, meninggalkan gedung sidang dengan perasaan puas dan harapan untuk malam yang menyenangkan. Sesampainya di luar, Daniel bertemu dengan teman-temannya yang sudah menunggunya, dan mereka segera menuju kafe terdekat untuk merayakan kesuksesannya. Suasana ceria dan obrolan ringan mengisi waktu mereka, membuat Daniel semakin antusias menghadapi malam. Sementara itu, Hellena kembali ke kelas, menyelesaikan kuliahnya dengan pikiran yang tetap fokus pada rencana malam nanti.